Langsung ke konten utama

Postingan

Teduh #1-#2

Teduh #1 ______________________ Terlalu cepat kau hadir di sebuah  penantian.  Ragaku belum sepenuhnya menanggung  segala  beban  yang sudah siap menghadang.  Aku ingin  kita  lebih  dalam  lagi saling menyelam tentang  rasa  dan asa. Tentang  sebuah teduh yang  ingin  menjadi  tempat kita berlindung. ______________________ Kita terlalu  jauh untuk dipertemukan. Jarak terlalu kejam memberikan hadiah. Namun, kata hati terus berbisik, “antara kau dan aku segera berlabuh di pelataran teduh. Biar kita sama-sama bersandar dengan kelembutan." Kita semakin larut dalam pembahasan yang sulit dijabarkan satu persatu. Memilih lebih banyak diam daripada harus berbusa-busa dalam bicara adalah pilihan kita untuk sementara waktu. Dalam diam, kita sama-sama mengetahui tentang getaran jiwa yang tak bisa dibendung. Adalah sebuah bisikan dari perasaan yang tak mudah kita utarakan demi mendapatkan jawaban dari sederet tanya.  Apakah bisikan hatimu masih tetap gerogi seperti kali pertama mend
Postingan terbaru

CERPEN Mimpi Anak Digilas Zaman

C/1/ Mimpi Anak Digilas Zaman #Part1 Terlalu cepat tubuh dilahirkan Terlalu sering raga dihantam kutukan Dari setiap bahasa dibalut amarah Pada setiap kata ditaburi sumpah serapah Untuk apa dilahirkan? Kalau kemudian tak dianggap Sampai, dikucilkan dengan ejekan Hingga air mata terus dibendung tertutup Tuhan telah menggariskan takdir tentang jodoh, rezeki, dan maut pada setiap makhluk yang bernama manusia. Dari tiga jalan takdir yang terus melembutkan pikiran. Ada yang tetap berusaha sekuat tenaga. Ada lagi yang masih bersantai-santai menjalani hidup. Iya, itu adalah hak pribadi, mau tetap berusaha dengan tabah sambil dibumbui doa. Atau lebih banyak mengutuk diri ketimbang tetap bersyukur. Nyatanya, hidup tetap berjalan. Baik mau ikut ego sendiri atau ikut terbentur oleh tekanan. Kemudian terbentuk oleh keadaan dari lingkungan sekitar. Siapa yang bertahan, maka ia tetap menjadi pemenang dalam percaturan hidup karena karakternya terbentuk perlahan-laha

Menanti di Akhir Senja

#1 Tak ada hati yang ingin diingkari. Tak ada raga yang ingin setiap saat dihujani luka. Apalagi, setiap gerak selalu diiringi dengan percaya. Pada hembusan nafas, harum bau curiga selalu ditepis sebelum ada bukti yang kuat diterima. Adalah kita yang tak mudah terima segala cerita tanpa menatap dengan mata rama. Adalah kita yang tak ingin segala duga sangka menjadi duri menyayat jiwa. Akulah penikmat senja. Ibarat tubuh, aku selalu berharap kasih sayang dan kehangatan. Andaikan luka, aku menanti obat penawar demi menyembuhkan semua yang diderita. Dan, aku akan benci, jika senja terlalu cepat pergi. Aku mau lebih lama menatap. Aku mau ikut tenggelam bersama cahaya yang dipeleh oleh batas air laut dan langit. Sayangnya, aku ikut bersedih kalau senja tak lagi kupandang. Dan, dia pergi tanpa memberi pamit. Menunggu esok adalah sebuah pekerjaan yang membosankan. Aku berdoa dengan teduh, biar esok kembali bisa menatap senja. Kemudian kubisikan padanya "Wahai senja yang men

P u i s i R a s a

Pada sebuah senja yang menyapa, wanita berselimut surban menycoret kisah. Ia melarutkan diri dengan rasa pada setiap ingatan tentang kejadian yang telah lewat. Pada setiap cerita yang tak bisa terulang. Dengan sabar, ia meminta segala restu yang datang dari setiap penjuru. Sambil ditemani semesta mengajaknya berpindah ke malam menemui mimpi. Dan, pada penggalan kesempatan, buih kata-kata tumbuh dari nurani terdalam. Ia kembali bertanya dalam hati tentang 'Persinggahan' dua anak manusa yang sedang diuji oleh jarak. "Apakah kau jadi ayah untuk anak-anakmu? Pantaskah raga yang masih penuh kurang menjadi ibu dan makmun setiap sujud-rukuk menderu?" /PR/1 | P e r s i n g g a h a n Kita sering kali dibalut luka Nyatanya kita tak pernah bosan bersua Kita sering kali dirundung curiga Tapi, selalu saja dibubuhi alasan tenangkan jiwa Bukan sebatas alasan Bukan sebatas memperindah perkataan Tapi, kata-kata itu datang dari nurani Yang tersedia di meja rindu untuk

TIBA WAKTUNYA

Sumber foto: Pinterest Deru angin itu tak usai Ditambah aliran air mengisi pagi Baling-baling suara terus berputar Dan warna-warna itu tak tampak pudar Karena warna kita adalah keberanian Dan pendirian kita adalah kebenaran Dalam lautan perlawanan penuh hati-hati Hingga tiba waktunya kita akan teus bernyanyi Maka... Nyanyikanlah lagu pembebasan Biar namamu bersama dalam jiwa Yang dikenang dalam catatan keabadian Sebuah petuah dari generasi pertama, masih tetap terjaga rapi. Ialah tentang kebertahan diri tanpa ada keberatan. Maka, semua yang tiba akan dilalui dengan gembira. Sebab, suara-suara itu masih ada. Dan aliran kebenaran itu mengalir bersama air yang nenetes di seluruh badan. Karena para penggoda sudah mulai berdiri gagah berani. Tanpa merasa segala perbuatannya melanggar prikemanusian dan penindasan terhadap sesama. Dengan berbagai dalil dan cara. Bersikukuh dengan ragam pola. Ialah yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan. Apak

Puisi Antara Dua Kota

Kau hadir dari segala kerinduan. Kau dan aku sepakat dengan kode dan angka rahasia. Tapat  pada arah jarum pendek angka nol dua dan jarum panjang berjeda tubuh lima puluh dua di 16 Maret 2019. Lahirlah sebuah anak kata baru, ialah Puisi Antara Dua Kota yang turun ke bumi dengan tangis bahagia. DUA KOTA -PADK- /1/ Deru suara kekuatan politik bangsa Sedang berseteru dengan asyiknya Hingga kita terlena menganga Dalam ketepatan analisis berlapis baja Kita adalah anak bumi yang siap keluar Mengungkap segala kata dengan jujur Kemudian membuka hati Demi mengisi hari Karena kita terlalu lama menghilang Termakan gelombang sunyi pasang surut Pada waktu yang menjerit-jerit Pada bahasa yang kian mengapit Hingga menemui lewat tatapan Yang masih berlaku malu-malu menawan Kita tak ingin penyiksaan terlalu lama Bagai penjara yang membelenggu hati Hingga jeruji besi sebagai hukuman Atas segala kesepakatan Dibuat dengan cara tiba-tiba Bukankah kita perlu kompromi? Demi memb

Puisi dalam Jarak

SEBUAH SEJARAH -PDJ #1- Karya: Djik22 Sebuah permulaan yang bermuara Di awal bulan musim yang menyapa Gegegerkan pikiran merajut hati Hingga kau terobos pilu masuk menakuti Bentutan suara malam terus menagi Tak bisa kuusir menjauh dan pergi Biar aku dalam ketenangan tanpa kelam Dari raksasa teknologi globalisasi Di bulan Februari angka Delapan pemalu Dua hati digenggam Sembilan sembilu Membuat sebuah indahnya catatan Yang ditulis demi menghapus air mata Hingga aku tergoda dan terhinggap Dalam syair aksara gelap tanpa kedip Yang kau jawab tanpa malu berbudaya Demi sebuah sejarah di bulan Februari Makassar Jumat, 8 Februari 2019 CINTAKU BERKALUNG DI DADAMU -PDJ #2- Karya: Djik22 Kasihmu tak akan kuakhiri Biar bulan Februari sudah siap pergi Biar warna di matamu tampak pudar Digoda kata-kata tak jujur Karena aku tak menaruh luka Pada ibu semesta raya Apalagi... Inawae Lamaholot penuh inspirasi Dalam dirimu terdapat mahar Yang tiada banding na