Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

ADIK YANG DILUPAKAN

Badan ini bergetar Berhari-hari panas meninggi Tubuh dipenuhi keringat dingin Sakit yang menyerang perlahan Meminta bantu tiada mendengar Berteriak Suara ini tetap parau Dada seaak berdenyut jantung Diri ini seperti yatim Seperti piatu dekil Padahal punya ayah Padahal punya ibu Inilah ratap tangis Sang adik dikejauhan Hidup ini terasing Di keadaan yang ramai Kegembiraan yang terbuat Kedamaian yang tak iklas Dulu tubuh ini didamba Paras ini disanjung Sayang tiada akhir Itu hanya sesaat Terus memanggil Berdoa berharap belas kasih Berjuang bertarung nyawa Diri ini selalu tegar Jangan didik jadi tamak Jangan jadikan tubuh dikekang Saatnya terus merdeka Sejak dari dalam pikiran Langkah yang salah Haruslah ditegur Jebakan keliru Perlu diluruskan tegak Semoga telinga melebar Mata tetap melolot Keringat terus mengalir Sampai hayat menjemput Makassar Jumad, 1 Desember 2017 By: Djik22

LAGI DI EMPUK JABATAN

Jargon berlian tercecer Bergelora dasyat meninggi Saat kekuatan digalang Saat kampanye memuncak Rakyat didekati Suara dukungan berbondong Berharap resah terjawab Berharap petaka jadi keadilan Saat tuan berdiri Dikelilingi lautan massa Dengan corak penampilan kusut Jawaban serba meyakinkan Menatap senyum bersorak Nyatanya rakyat bermimpi Kata adil jadi asing Sejahtera jadi guyonan Berpihakkah tuan? Tanya rakyat ketika berkunjung Dulu bersahabat Sekarang mereka diabaikan Kemana tempat berlindung? Bila kursi empuk dikejar Gedung dilapisi etalase riak Penampilan berubah total Mata rakyat perlahan sadar Badan rakyat perlahan kesakitan Mulailah sadar Ternyata inilah janji politik Jabatan sejatinya amanah Suara patut didengar Curahan patut dijawab Kebutuhan terus dipenuhi Maukah tuan berganti posisi? Rakyat jadi kaya Tuan jadi kuli Tuan jadi dermawan Kursi empuk berdusta Semua keringat si jalang Jangan lupa Jangan permainkan amanah Makassar

MENCARI PESAN AYAH

Umur telah berlipat ganda Hiruk menerjang badai Terpaan menahan angin taufan Tetap kokoh menahan laju Pesan ayah saat muda Waktu digagas dilahirkan Hanya pengulangan mengingat Tersimpan tak pada rapi Sedikit diingat Banyak dilupa kesengajaan Amanah kata beriring linang Saat melepas tak tega Lahir berbulan ganjil Berangkakan tahun ganjil Kesukaan warna menghijau Dibaluti temali tali tunggal Anakmu tak berharap lebih Karena tanah tak punya Harta dikeruk beringas Hanya sisa usia bersahabat Kadang semangat Terbanyak bercerai-berai Cucumu berteriak Adakah pesan ayah diamalkan? Politik yang membelok Ekonomi yang merampas Politik jadi sembilu tajam Ekonomi jadi utang berwaris Makassar Kamis, 30 November 2017 By: Djik22

TUMBUH DENGAN BEBAS

Sejauh mata menatap lesu Seolah ketarak lama mengendap Sembuhlah memandang murni Bersihlah melihat kebajikan Jangan gunakan libido menipu Jangan gunakan nafsu licik Jangan penuhi kepentingan birahi Ingat... semua milik bersama Kepentingan pribadi Pisahkan dari kepentingan kolektif Jangan ajak berbuat nista Jangan giring menunggangi Tumbuh dengan didikan budi Besar dengan didikan budaya Kehancuran dipotong lewat politik Kepatuhan menghormati kekeluargaan Tak ada lagi kerbau liar Yang mesti ditusuk hidungnya Ditarik maju mundur mengikut Diperintah yang salah mematuh Saatnya bebas menentukan Pulihan jangan dipaksa Terbukalah bila terlibat Terbukalah bila ada kemauan Jangan batasi dengan alibi Hidup di demokrasi teratur Malah kebebasan bicara diatur Keballah harus mendominasi Tumbuh dengan akar kuat Besar dengan batang berlian Bertangkai menahan terpaan Berbuah dinikmati semesta Bolehkah sekali lagi jujur? Yakin hati tetap ditipu Dusta jadi pion

LUPAKAN GELISAH

Semua tidak sama Ada yang mencari isi Ada yang menjaga isi Ada yang terus merawat Lupakan cerita kelam Semua stigma buruk Alkisah yang menakutkan Warisan membuat trauma Tidak jadi luka Karena sekali luka Tak bisa disembuhkan Hati ini selalu meninggikan Banyak bersabar menerima Tinggalkan bila tak pantas Hanya memberi pelajaran baik Sejarah penuh makna baik Selalu berpikir bijaksana Yakinlah genggaman utuh Pinta adalah ibu terbaik Janji adalah ikrar suci Masihkah gelisah? Masihkan dingin? Musim hujan berkepanjangan Taklukanlah dunia Dengan mimpi meraih Jangan diikat waktu Bebaslah meraih Makassar Selasa, 28 November 2017 By: Djik22

CERITA MALAM

Ceritanya tentang cinta Ceritanya tentang perjuangan Tokoh yang gagal Tokoh yang namanya mendunia Diselipi sastra memantik Ditaburi sejarah perjalanan Semua bermanfaat memikat Berbakti membuat sejarah Sejarahnya Berjuang bersama kebenaran Memberi kontribusi kecintaan Mengikhlaskan diri di kehujanan Berpenampilan seperti begal Pakian menghitam kTetap percaya diri Cerita malam Cukup membuat senyum Menarik sumpati memandang Semua heran menatap Makassar Selasa, 28 November 2017 By: Djik22

KOMPAS PENGETAHUAN

Lahir dari ketersiksaan Menemui dunia baru Tangisan seolah menolak Tetap dirawat mengajari Penunjuk kompas mendidik Mengawali dari keluarga Tapi temali terusi setapak Meraih pengetahuan Atas jasa juang cinta Iklas cerewet termotivasi Mencerdaskan ribuan anak manusia Pantas sebuah julukan Patut dilekati berkepanjangan Pahlawan tanpa tanda jasa Itulah pemberian penghargaan Terkadang hujatan memiring Mengebiri tak memandang Tugas mulia dipandang remeh Sejali memukuli dipolisikan Engkau dinamai guru Ibu kedua bagi anak didik Kasih sayang yang tiada tara Kerelaanmu tak harap gaji Sebagian meremehkan usaha ajaran Sudahkah melupa menua? Pikun zaman siap saji Generasi plagiat karya Terima serta kasih Hingganya tak terbalas Tetaplah bertahan Nasibmu adalah mencerdaskan Cita-cita mau merubah Bangga ini dari kebodohan Rakyat yang melek huruf Rakyat yang digilas rakus Teruskah engkau dihujat? Ah...dengan mudah kesombongan Makassar Minggu, 26 Novem

BERTANYA PADA GELOMBANG

Gelisahnya dialektika Memenuhi beriramanya ruangan Membisu suara menurun Tekanan artikulasi diperhalus Kembali lagi Berteman menghitamnya kopi Tetap memanis dikeduk kedinginan Perlahan sedikit tergelitik lelucon yang menyibukan diri Melebur menanatapi layar Mencerah android bersahabat Sambil mengisi bertahan daya Berbisiknya suara gelombang Tak mampu mengalahkan desahan Begitu menguat mengganggu Mendengar nyanyian tentang pantai Masih bertanya Lubuk mendalam berdaham Jujurkah suaranya gelombang? Setiakah laut yang menghitam? Keadaan tak biasanya Kegilaan gendongan sesama Berlarian di lautan bergandeng Tertutup mata berkainkan merah Baikkah didikan menyiksa? Lautpun tetap berisik Suara gemuruh petanda siasat Apa tujuan penyiksaan? Perlahan menerang jawaban Tapi masih tetap Pertanyaannya tiada akhir Mengarah berbaris menghadap Atas utusan mulia Membasuhi wajah tiga kali Apa manfaatnya? Bertanyalah pada gelombang Makassar Minggu, 26 November

KEBAIKAN IBU DIDAGANGKAN

Dulu rahimmu disanjung Buaian menjaga generasi Ingatkah ibu saat sedih? Ingatkah ibu kesakitan? Anak cucumu sudah hebat Bersahabat perbanyak gandengan Sudah tuntas menipu Ibu Bolehkah bertanya Kenapa ibu rela terlantar? Ibu tetap bisu menunduk Anak cucumu mencipta karya Berselingkuh berkawan meramai Bebaskah ibu dari derita? Ibu masih saja tegar Marahkah ibu ke generasimu? Membuat gaduh Menaruh racun pembunuh Misteri tetap tertutup Ingin kembali mengakui Tapi tak semua tersampaikan Harus ada yang bodoh Biar tertipu ditunggangi Ayolah ibu Sadarkanlah lewat mimpi Karena sesama seusia Tak lagi dipercaya penuh Generasimu sekarang Hebat mencuci tangan Bercerita salah jadi benar Yang benar dianggap bahaya Ajarlah ibu Tentang kakak dan adik Tentang tua dan muda Tentang kesamaan hak Dasarmu harus jadi patokan Filosofimu harus dimaknai Semua telah didagangkan Ilmumu disisakan asap Apimu dijadikan panah mematikan Makassar Jumat, 24 November 20

KERAGUAN BERKEPANJANGAN

Derasnya perdebatan melanda Laju menyalahkan keberagaman Penyerangan tiada sehat Strategi menggiring memalak Ada yang dikhianati Ada yang dikerdilkan Dengan sengaja mengorek Dengan sengaja memancing Perdebatan berkepanjangan Pemikiran kemarahan bersembunyi Memulai hanya sebatas pikir Menerusi konsep ke konsep Berdiri di tebing keraguan Berpijak di tepian ruang Tapi bertahan menerima Memenuhi pemangkasan kedewasaan Baikkah keraguan mendominasi? Berkepanjangan wacana rasis Perputar-putar tak berpindah Terus menghamba si tua Salahkah ini Benarkah itu Hajar sana Merakus sinis Soal pola pikir Terus diasah menajam Biar tak tumpul menganalisis Biar tak mendakwa si kecil Mata ini penuh air mata Hati ini disayat Telinga sengaja menuli Kulit kebal merasai kejanggalan Masih maukah berucap curang? Masih maukah berkata membias? Jangan perbanyak budak berlian Hentikan taring rakus raksasa Gagasan bukan raja Konsep bukan malaikat Saatnya seiring sejala

PEREMPUAN DALAM BELENGGU

Perempuan sasaran penindasan Dari hari ke hari Waktu ke waktu Masa ke masa Rentetan sejarah logika alamiah Rongsokan kekerasan lelaki Hingar-bingar membabi-buta Perlakuan yang memilukan Masihkah mau dirampas? Masihkah bertahan menerima? Ayo Saatnya kebebasan berlaku Tak pandang status sosial Tak pandang jenis kelamin Samakah kita dimata hukum? Kenapa realitas membelok? Begitu kejam mencekik Merampas mencicipi hak Percantik dandanan gagasan Perkuat persatuan emansipasi Jangan tuli dibelenggu Jangan buta digilas Lelaki sadarlah-sadar Kami bukan budak Yang sejatinya ditelanjangi Kami hanya sasaran empuk Galanglah kekuatan perempuan Terlibat penuh tiap sektor Berkecimpung gagasan Menangkan dalam gerak Gerakan kita Tak menambah perabot kosmetik Tak menambah warisan kebodohan Tak menambah hasrat biologis Matikah perempuan zaman now? Jangan penuhi kegelisahan Jangan sia-siakan hidup Jadilah perempuan progres Siapa sebenarnya musuh kita? Ia di

PESAN NAKHODA MUDA

Warna adalah identitas Kemilauan keemasan berbaur Mendayu kebersamaan penguat Tutur menggelegar membuai Merona membahana wibawa Menolak kemapanan Yang terbuat paksa Terlibat penuh ketika dibutuhkan Tak mengenal lelah Tak mengenal getir Tak mengenal badai Membangun tatanan keadilan Membuat sejarah terwarisi generasi Jayalah dalam kecemerlangan Budi pekerti Membawa pertemuan kolega Cuaca menakali menyaksikan Ditaburi suhu malam memendung Nakhoda muda berkarismatik Membawa awakan massa Penuh konsep memutiara Penuh pratik tak terkalahkan Hanya satu tujuan Hanya satu niatan Hanya satu pandangan Keadilan merata menerpa Awakan massa yang ideologis Lenteranya menerangi kegelapan Gerakan diimbangi tujuan Semua menyuarakan kesepakatan Banyak yang mengagumi Tak sedikit yang ketakutan Makassar Rabu, 22 November 2017 By: Djik22

LONCATAN PERCOBAAN

Melarang membatasi Blokade mencari kekuatan Semua bersembunyi memalsu Melebari sayap robot mencolok Salahkah pembejaran kritis? Berdosakah kebenaran didekati? Seraya bersaksi bersama Dunia hitam tak memutih Loncatan percobaan Sesegera tertuang menyelip Kepentingan akhiri petaka Kemapanan menolak kritik bijak Mematah membunuhnya langkah Menggalak kehalusan bahasa Sembari perkuat analogi Terbangnya jauh berimajinasi Alam ini adalah kesadaran Anakan manusia bernyawa nyata Usapilah dengan pengetahuan Tegakanlah dengan kepeloporan Loncatan percobaan Melancong mencuci tangan Bercerita merasa mahabenar Segalanya perbandingan penyejuk Logika dilawan kekerasan Ocehan berbayang pekat buram Benar katakanlah jujur Salah katakanlah membaiki Tuan muda terus meloncat Loncatan tetap membodohi Dengan tegas Tak semudah mengira Apa yang telah diraih? Nah hanya bercerita mengejek Turunlah ke medan laga Dekatilah keresahan Bersahabatlah bergetarkan suara Berb

MADU BERGELORA

Sang motivator humoris berlagak Disertai senyum menawan Rupa dekil kemalasan Keriting begelombang belain Suara itu Terus begelora Kata-kata selalu setajam Ialah nun jauh Suara serak keiklasan Keadaan merakus melacur Membeludak gumpalan-gumpalan Memupuk memekik menyatu Madu bergelora Berjudi janjikan kata Terkhianat desakan kuasa Berupa duga menyuap Ah...madu buatan Hasil rampasan hak si miskin Berlipat menuai murka Bersuka keringat congkak Sesekali memberi harum Sesuasai pidato mimbar terjal Mimbar berpoles berproduk licik Hasilnya menggoda mata Tapi madu tetap melekat Madunya menikung Manisnya tersa pahit Terus saja ditelan Saatnya keasyikan Sudi kuasa keikhlasan Berilah sepenuh Jangan harap lebih berganda Oh... Kemana gerangan rasa Si empu tuan Pemilik jagat rasa Ialah kemurnian pengecap Makassar Senin, 20 November 2017 By: Djik22

MARI MENARI BERSAMA MERAH

Rentetan peristiwa ke peristiwa Dentupan tekanan menakutkan Agitasi propaganda berlian Strategi taktik mematikan Masihkah kita takut? Masihkah kita mundur? Marilah menarih Marilah berjuang Di bawah tiang merah Dilingkari bintang bergerigi Dihiasi cahaya menguning Diperkuat bacaan tiada henti Jangan mundur Jangan takut Di atas bumi pertiwi Di atas hijau keresahan Menarilah bersama merah Semangat membara menghantam Gerakan terus ditambah Kekuatan perlu dipupuk Ayo pejuang muda Coretlah tinta juang kecintaan Sekali lagi Sudahkah merasa kalah? Kepalkan tangan kirimu kawan Tusuklah ulu hati si rakus Robeklah wajah munafik membalut Tancapkanlah panji kebenaran Hari ini adalah duka Esok adalah luka Maukah terus ditindas? Atau berhenti melawan? Perjuangan terus berlanjut Bara api tak redup padam Di tangan pejuang muda Amanah disandarkan Makassar Sabtu, 18 Oktober 2017 By: Djik22

BERLAGAK MENGAJAK

Kebenaran adalah ibu Keberanian adalah senjata Didiklah arah sesuai cita-cita Janganlah melenceng Tangan murni bukan bahasa Jangan menunggangi Berlagaklah sesuai tutur Singkirkan individual sesat Tabir pembatas Mudah berganti wajah Sayang Generasi telah sadar Bukalah telinga melebar Dengarlah kebajikan sejati Kutukilah kebohongan Tak harus pandang usia Cukup dramatisasi palsu Tak harap kata manis Tak sudi makan hati Butuh kepastian kecintaan Luruskan niat yang kotor Tegakanlah ajakan aneh Semua tak mudah lagi Ia bukan seperti dulu Berhentilah berlagak mengajak Ajakan yang berselingkuh Mari sehat berdialektika Belajar bersama munuai hasil Belumkah malu? Atau sudah kebal rasa? Copotlah ketokohan watak Semua sia-sia Makassar Sabtu, 18 November 2017 By: Djik22

KACA MELATA MELEKAT

Memedam penerang-menerang Menunggu kemilau Tak redup basahan rerintik Deras perlahan mengecil Jadi rerintik lumpur menempel Setia setiap yang berirama Berjalan raut kelesuhan Hanya terucap Teruslah semangat Meninggal sesat sesaat Mengantari berbagi Memberi ikhlas menghaus Terkaget terdengar nama Detak Geraknya jantung Antara yakin dan tidak Ah...Si November Menatap penuh harap Menyapa terasa tersipu Menyodori kehangatan kopi Ah...Si Baju Hitam Hei...Si Berkacamata Saat itu Bulan berangka ganjil Tanggal bersama Ialah sebelas November Menjaga menyimak Setiap yang tersampaikan Saat berbalut baju hitam Bertutur ilmu pengetahuan Jatuhlah pada senyum Menegang saat mimik bersemangat Masihkah tersimpan? Utuhkah pemberian terjaga? Tinggalkan bila perlu Bertahanlah bila mampu Makassar Selasa, 14 November 2017 By: Djik22

LUKA DITERPA SEJARAH

Dunia simbolik berselubung Dinamika kesenjangan duka Kemerosotan yang memudar Keegohan mewarnai belukar Belukar menumbuhi peradaban Bangunan kota mencakar Melangit berdiri menipu Terbuat dari tangan perampas Luka diterpa sejarah Identitas sebagai pembeda Lahirlah embrio subjektivitas Memecah persatuan keberagaman Semua semunya slogan Berguling berjejer Perpolitikan membeludak rusak Ugal-ugalan memaknai Telah usai perdebatan panjang Skriptialisme Diartikan sesuai konteks Bukan memperkuat argumentasi Pengklaiman si bersih hati Pemagaran berakal budi Perlunya pengetahuan Tapi kaku bersandar Objektif kalau menghakimi? Subjektifkah tanpa referensi? Semua harus tampak Bukan lagi gunung emas Makassar Selasa, 14 November 2017 By: Djik22

MENOLAK DOKTRIN

Jubah berwarna mencurigai Gerah menatap tertutup Inikah kebenaran? Baikkah kebenaran ditutupi? Perlu peluru jitu Bersiap senapan laras Dokrin terus direfleksi Atau tetap bernaung bersembunyi? Ingat Semua harus bebas Bebas yang mencerdaskan Merdeka tanpa penindasan Suara wajib disaring Omongan wajib ditelaah Ambil hikmahnya Singkirkan kutu keburukannya Toh si tuan berkuasa Perlahan menjadi tokoh Tapi sudahkah berbuat? Mungkin iya Lebih baik Berkaca si filsuf Bergerak tak takut geretak Bercermin teori perjuangan Berlenggang perjuang perubahan Makassar Kamis, 9 November 2017 By: Djik22

PERISTIWA 30 OKTOBER

Iringan massa berbaris Dibaluti hitamnya kostum Bernyanyi bersorak-sorai Melangkah memilih berjemur Gemuruh lalu-lalang Bisingan suara kemarahan Memerah paras berkeringat Menuai titik detak aksi Peristiwa Tiga Puluh Oktober menjalar perjuangan Tongkat sejarah pemuda Memilih jalan mematikan Peristiwa Tiga Puluh Oktober Menantang menguji keberanian Mengasah semangat kepeloporan Masihkah mengeluh berjuang? Sejarah telah mencatat Perjuangan tetap berkonsekuensi Tak jalan uji coba Tak menyulit memudahkan Adakah semangat bertambah? Atau berhenti berjuang? Menyaksikan nyawa belum melayang Janganlah getir Janganlah takut Kalau di atas bumi Makassar Kamis, 9 November 2017 By: Djik22

BERTUBI DISAKITI

Untaian bersiulan kata Jelmaan berhari berganti Memilih menusuk Bahu berganti bersandar Sejauh suara merana Sedekat mata menitip Temani setia berjuang Walau bertubi disakiti Melupakan lalu Berpura kuat menghadap Diterjang getir malam Disuguhi amanah amarah Saat kepergian Pinta menanya kembali Merayu menuduh gila Teringat saat itu tersadar Bertubi tersakiti Berdiri menghadap Iklas budi dibalas Hingga terjaga dalam doa Bertubi tersakiti Dengan lantang Memghadang badai Mengaliri air mata menetes Makassar Senin, 6 November 2017 By: Djik22

PERLUKAH JEMBATAN PALMERAH?

Sedikit menggelitik, ketika wacana pembangunan jembatan Palmerah. Wacana ini, hadir di beberapa tahun terakir. Di tahun 2017, tidak kala seksi pendiskusian jembatan Palmerah. Maka muncullah pro dan kontra. Padahal merefleksikan wacana ini sangat penting. Kenapa Wacananya Jembatan Palmerah? Mari kita menganalisa secara seksama. Pertama, jembatan Palmerah adalah sejarah pertama di Indonesia bila terbangun. Karena menyambungkan dua pulau, yaitu Pulau Adonara dan Pulau Flores (Larantuka). Jarak jembatan Palmerah dengan panjang bentangan 800 meter akan dipasang turbin 400 meter. Kedua, persoalan proses pembangunan jembatan Palmerah dibutuhkan dana tidak sedikit. Diperkirakan dana mencapai Rp. 51 triliun. Hal ini, perlu dipikirkan. Karena Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi NTT pada tahun 2016 hanya mencapai Rp. 3,8 triliun. Sama halnya pemerintah mengajak kita mengutang dengan investor (swasta). Ketiga, jembatan Palmerah bukan proses meninabobokan masyarakat Flores Timur