Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

Teduh #1-#2

Teduh #1 ______________________ Terlalu cepat kau hadir di sebuah  penantian.  Ragaku belum sepenuhnya menanggung  segala  beban  yang sudah siap menghadang.  Aku ingin  kita  lebih  dalam  lagi saling menyelam tentang  rasa  dan asa. Tentang  sebuah teduh yang  ingin  menjadi  tempat kita berlindung. ______________________ Kita terlalu  jauh untuk dipertemukan. Jarak terlalu kejam memberikan hadiah. Namun, kata hati terus berbisik, “antara kau dan aku segera berlabuh di pelataran teduh. Biar kita sama-sama bersandar dengan kelembutan." Kita semakin larut dalam pembahasan yang sulit dijabarkan satu persatu. Memilih lebih banyak diam daripada harus berbusa-busa dalam bicara adalah pilihan kita untuk sementara waktu. Dalam diam, kita sama-sama mengetahui tentang getaran jiwa yang tak bisa dibendung. Adalah sebuah bisikan dari perasaan yang tak mudah kita utarakan demi mendapatkan jawaban dari sederet tanya.  Apakah bisikan hatimu masih tetap gerogi seperti kali pertama mend

CERPEN Mimpi Anak Digilas Zaman

C/1/ Mimpi Anak Digilas Zaman #Part1 Terlalu cepat tubuh dilahirkan Terlalu sering raga dihantam kutukan Dari setiap bahasa dibalut amarah Pada setiap kata ditaburi sumpah serapah Untuk apa dilahirkan? Kalau kemudian tak dianggap Sampai, dikucilkan dengan ejekan Hingga air mata terus dibendung tertutup Tuhan telah menggariskan takdir tentang jodoh, rezeki, dan maut pada setiap makhluk yang bernama manusia. Dari tiga jalan takdir yang terus melembutkan pikiran. Ada yang tetap berusaha sekuat tenaga. Ada lagi yang masih bersantai-santai menjalani hidup. Iya, itu adalah hak pribadi, mau tetap berusaha dengan tabah sambil dibumbui doa. Atau lebih banyak mengutuk diri ketimbang tetap bersyukur. Nyatanya, hidup tetap berjalan. Baik mau ikut ego sendiri atau ikut terbentur oleh tekanan. Kemudian terbentuk oleh keadaan dari lingkungan sekitar. Siapa yang bertahan, maka ia tetap menjadi pemenang dalam percaturan hidup karena karakternya terbentuk perlahan-laha

Menanti di Akhir Senja

#1 Tak ada hati yang ingin diingkari. Tak ada raga yang ingin setiap saat dihujani luka. Apalagi, setiap gerak selalu diiringi dengan percaya. Pada hembusan nafas, harum bau curiga selalu ditepis sebelum ada bukti yang kuat diterima. Adalah kita yang tak mudah terima segala cerita tanpa menatap dengan mata rama. Adalah kita yang tak ingin segala duga sangka menjadi duri menyayat jiwa. Akulah penikmat senja. Ibarat tubuh, aku selalu berharap kasih sayang dan kehangatan. Andaikan luka, aku menanti obat penawar demi menyembuhkan semua yang diderita. Dan, aku akan benci, jika senja terlalu cepat pergi. Aku mau lebih lama menatap. Aku mau ikut tenggelam bersama cahaya yang dipeleh oleh batas air laut dan langit. Sayangnya, aku ikut bersedih kalau senja tak lagi kupandang. Dan, dia pergi tanpa memberi pamit. Menunggu esok adalah sebuah pekerjaan yang membosankan. Aku berdoa dengan teduh, biar esok kembali bisa menatap senja. Kemudian kubisikan padanya "Wahai senja yang men