Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

DI TIGA PULUH OKTOBER

Bentrok huru-hara Menjajaki seperjuangan Di seret ditusuk laras Membutanya mata bersenjata Rapi berseragam Melawan corong suara Pengeras senjata Berteman nyanyian semangat Hei Si Kutu Busuk Bermodal penampilan Kiri-kanan senjata Senjata melumpuhkan Catatan sejarah Kembali tergores Menanam benih kecintaan Kepalan tangan berirama Amanlah beramanah Tak mudah goyah Tak mudah padam Tak mudah menunduk Di tiga puluh Oktober Menagi tuntutan reformasi Meangkan Pancasila Matikan neoliberalisme Inilah jalan juang Inilah pilihan hidup Kemana semangat muda? Makassar Senin, 30 Oktober 2017 By: Djik22

KONTRIBUSI PEMUDA UNTUK BANGSA

Indonesia dalam catatan sejarah tidak bisa dilepaspisahkan dari peran pemuda. Pemuda sebagai pendobrak tatanan sosial. Perjuangan pemuda dan berbagai peristiwa adalah dorongan dan kemauan pemuda menuju kemerdekaan. Semangat juang, kepeloporan, militansi, darah, dan air mata dipertaruhkan sebagai bukti kaum muda mampu berjuang. Rentetan sejarah begitu panjang, sehingga sehingga sumpah dan ikrar pemuda mampu membawa gagasan berlian menuju kemerdekaan Indonesia yang dicita-citakan. Karena bersatunya kaum muda melawan kolonialisme Belanda. Keputusan kongres pemuda II yang diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta)merupakan cita-cita berdirinya bangsa Indonesia. Karena keputusan ini, menegaskan cita-cita akan "Tanah air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia". Kongres tersebut hadir berbagai organisasi organisasi kepemudaan, yaitu Jong Ambon, Jong Java, Jong Celebes, Jong Batak, Islamietej Bond, dan lain-lain. Dari perwakilan pemuda setiap daerah,

BERPARAS RAKUS

Letih melewati batas Memegang sepotong tongkat beracun Memasuki hati memasuki rumah Bercengkram temali lama Sedih pengkhianatan diobral Amarah tongkat kebapaan Suara petuah bersila Berparas letih beriris sedih Meneropong kejauhan Bayangan berparas rakus Bermain menari berirama Nikmati kerja menuai hasil Pesta berkawan licik Sambil memberi makan Kijang cantik Tak lupa Membagi ular berkepala dua Berhati binatang Berlaku dewa raja Mewarisi antero hunian gersang Dosa ulah pembesar Rakuskah mengejar bidik? Jatuh berserak patahan panah Itulah dulu berjatuh darah Pola baru lebih halus Tersinggung bila disebut? Ini dunia khayal Ini dunia sesat Apa peranmu suci? Siapa sebenarnya berparas rakus? Secuil terkumpul Bertumpuk kebenaran Mulai mengupas perlahan Sejarah perlahan terbongkar Hei! si berparas rakus Bukalah topeng sandimu Makassar Minggu, 22 Oktober 2017 By: Djik22

DIJULUKI PENGINGKAR

Debu berdesir menempel tembok Pecahan beling gedung tua Debu semakin menambah Terkikis perlahan sepoih angin Kencangnya angin Di kebisiuan riak bersahabat Mengingat meraba air muka Yang sempat terlupa Oh debu Mulai perlahan hilang Dinodai majunya zaman Dikotori tangan tata kelola Yang masih memahit Yang masih memburuk Yang indah tampak kusam Yang benar terlintas sesat Debu menempel tak bersuara Adakah selain meminta Mungkinkah jalan tak bertikung Oh...kau debu pencuriga Malu telah lama terkubur Keberanian tetap menggores Berdiri di atas segalanya Ialah kebenaran Janji tak selama tertepati Ia dipenuhi kemudian Yang terpenting Noda debu perlahan bersih Berilah dengan hati Haraplah dengan perasa indah Masihkah seburuk itu? Telah hapuskah pengingkaran? Makassar Minggu, 22 Oktober 2017 By: Djik22

MENANGKAN PANCASILA

Polemik bangsa tiada henti Persembunyian wajah beriringan Dengan dalil slogan kebaikan Ha...ha...ha... Slogan menipu Menindas Pembodohan massal Ruang demokrasi dibatasi Inikah yang namanya merdeka? Merdeka itu... Bukan bahasa beretorika Merdeka itu bukan jadi budak Perputaran hajatan pemilu Kampanye caleg bermodal pengusaha Saat duduk berjabat Sibuk lunasi utang pribadi Dasar negara Pandangan hidup Filosofi bangsa Apakah ajarannya bertentangan? Sekali lagi Apakah ajarannya bertentangan? Saatnya Pancasila dimenangkan Pancasila final jadi perdebatan Yang perlu adalah Nilai-nilai diaktualisasikan Ekonomi yang pancasilais Politik yang mencerdaskan Pendidikan yang ilmiah Kesehatan yang gratis Sudahkah semua dijalankan? Bayangkan birokrasi sadar Koruptor dipotong tangannya Pemerintahan berada di rel Pancasila Maka kesejahteraan mudah diraih Saatnya kampanye Gelorakan alam semesta Guncangkan isi jagat Menangkan Pancasila Tidakkah bosan Kebo

SENJATA TAK BERTUAN

Menjelang terbitnya fajar Rerumputan dibasahi embun semalaman Hijau tanaman menari Pinggiran coretan pena berlanjut Dipadukan beragam warna Makna warna patriotisme Yang berjuangnya hingga akhir Itulah dianalogikan Pena kanfas tak mengering Bergetar tangan bernoda menulis Bercerita berurai air mata Menyimak kisah empat bulan Sang anak tak diakui Tak salah si ayah Tapi anaklah mencari keadilan Butuh sandaran hangat Lahir begitu sial Mengingini mati muda Habisi usia bersama alam Di medan juang kemerdekaan Oh senjata tak bertuan Oh ayah melupakan sang anak Masihkah menyengsarakan diri ini? Ah... tak mau juluki durhaka Bebunyian suara petuah Berganti wajah beralih kasih Langkah ini Keringat dekil kejujuran Bukan sembilan tahun lamanya Mengiklaskan pembebasan sesama Cita-cita tetap diperjuangkan Masihkah iklas ayah menerima? Sudikah jadi senjata tak bertuan ayah? Makassar Minggu, 15 Oktober 2017 By: Djik22

SUSAH DITEBAK

Beragam potret buram Di antara barisan massa Di situlah susah ditebak Membelakangi memandang Bertanya Siapa sebenarnya? Mengingin tahu seutuhnya Biar rindu akhir bergelora Mentari menampakan cahaya Amukan massa perjuangan Saat itu Tak tertuang keseluruhan Memang misterius Terus tak mudah padam Saat ideologi dihantui Butuh peneguk sejuk Siapa sebenarnya? Teka-teki terus ditelusuri Hanya empat tergambar Lima dan seterusnya jadi puisi Jalan langit dihantui Kolom jembantan jeritan hina Padahal hidup di atas emas Diri seperti kapas Terbangnya mengikuti angin Ya angin romantika Romantika perjuangan Bukan romantika nafsu Suatu saat bertemu Diikat pita perjuangan Siapakah sebenarnya? Terus membuat tak hilang Makassar Minggu, 15 Oktober 2017 By: Djik22

BARA API MENGGELORA

Mudah mengenal letih juangmu Pajangan gambar tersebar Semangat gerilya tak tertandingi Sedari kecil menderita Pneumonia Nyaris nyawa merenggut Saat berumur Empat puluh hari Gagasan gerakmu Begitu ditakuti Hingga eksekusi mati Sembilan Oktober Nafasmu berakhir Mendikte Mengeja berlembar-lembar Seperti berhadapan nyata Seperti bersama bermain catur Sembari memotret dedaunan Sederhana klasik berpenampilan Begitu banyak digemari Pengagum sosok militan Berjuang di negara lain Yang bukan asalmu Ernesto Che Guevara Itulah kelengkapan namamu Che akrab disapa Berpetualang Kelilingi Amerika Selatan Mengendarai motor bututmu Terkesan sejarah mendunia Bara apimu masih menggelora Menghangatkan kedinginan jiwa Apa tujuanmu berjuang kamerad? Adakah pemuda mendekati!!! Atau melebihi kepeloporanmu? Makassar Selasa, 10 Oktober 2017 By: Djik22

GANYANG FREEPORT

Surganya surga belahan dunia Kayanya melalang-buana Semerbak letusan mutiara Emas bertaburan berserakan Pertiwi nama kesaktian Nusantara berbentangan hasil alam Semua perlahan dirampas Pendiri bangsa berisak tangis Menumpahkan linangan keringat Bahkan dari dalam kubur Anak bangsa asik beradu Memasuki babak baru Tambuk kekuasaan tangan besi Bersikut melirik si rakus Semua mulai bermula Nomor satu Tahun Sembilan Belas Enam Tujuh Asing menanam modal Tak mau tunduk tak mau patuh Saatnya mata rakyat terbuka Cacat hukum wajib dirapikan Jadilah milik sendiri Menikmati hasil sendiri Selama pemuda bergerak Ya... Ialah LMND Pelopor penggagas ulung Berkibarlah melawan Neokolonialisme Kuncinya apa? Tetap pada platform perjuangan Laksanakan pasal tiga-tiga Menangkan Pancasila Maukah kita terus digilas? Jawabnya tidak Lebih baik mati Karena keringat darah perjuangan Ganyang Freeport Nasionalisasikan Freeport Angkat kaki Kalau tak tunduk patuh Sejara

BERGERAKLAH PEREMPUAN

Desiran peluru kehalusan Berbunyi senyap melintasi Pelipis sedikit ternoda Tamparan keras pemuas nafsu Bergerak tertatih melatah Didahului lelaki penggoda rakus Semua didominasi kejam Mencela perkuat pemanis bahasa Wajarkah perempuan dikerdilkan? Dimana keadilan sebagai manusia? Ah... Perempuan lagi Tugasmu ada tiga Dapur sumur kasur Begitu mengerikan ruang pembatas Saatnya perempuan bergerak Bergerak laju melintasi Tuntutlah hakmu meraih Merdekalah Perempuan tak lagi budak Bebaslah berekspresi Ekonomi politik milik bersama Iklaskah laki-laki? Bila kesetaraan dimenangkan Beribu berderet pertanyaan Harus diretas raih sejahtera Siapkan tembakan jitu Kenai ulu hati Biar mereka merasa Biar mereka menyadar Bergeraklah perempuan Indonesia Tak pandang suku Tak pandang golongan Kita berdaulat kemajemukan Makassar Selasa, 10 Oktober 2017 By: Djik22

PEMUDA MENDEWAKAN TEKNOLOGI

Merajut kemegahan lupa ratap Diterjal badai menua Menumbuh berakar mengait Berdirilah tunas kelembekan Meneropos isi terbaluti kulit Dari sisi luar menawan Isinya bermental keriput Berdewa kebiasaan seremonial Kemanakah pemuda? Sebagian bermalas diri Sisa terjerumus keheningan Berkatung-katung pelupa Mendidik memanja teknolgi Melupa peran fungsi Saat negara meratap tangis Ha...ha...ha berlagaklah rapi Kemudahan bersahabat erat Bermain di wilayah biologis Perlu penguatan ideologi Ada yang kaget? Bersama si lemah terbuai Berteriak dijuluki gila Salahkah teriakan kebenaran? Pengharapan hakim yang bijak Pemuda lalai ajaran sejarah Maukah kemiskinan diperparah? Kelolalah aset negara menyeluruh Pancasila perlu dimenangkan Pemuda perlu membuat sejarah Peradaban kesejahteraan Hapus isak tangis kesengsaraan Dimana kontribusi pemuda hari ini? Cintailah negeri Berjuang dengan riang mengiringi Berjuang sejak dari hati Makassar Minggu, 8 Oktober 2017 B

DERMAGA PERJUANGAN KELABU

Memahat asa memantik Perlahan keindahan begitu dekat Menaburi rapikan semerbak Butuh dorongan kecintaan Maaf multi tafsir bermakna Berlabu deretan dermaga Pengharapan perjuangan berlabu Singgahi memudar merayu Keringat mengalir perlahan Menetesi jiwa keresahan Suaramu kebenaran perjuangan Nikmatilah usia sejarah perjuangan Seperti kapal menangkis gelombang Tapi ingatlah meraung Penyertaan Sang Kuasa Butuh telinga memasang Pendengaran sejernih mutiara Mendengar suara meradang Bertemukah perjuangan sejati? Ya... karena tak berhenti Bukan karena mengagumi Semua karena mendustai Selama bintang bergerigi Memberi pancar cahaya Merah keberanian tak ragu Bergetar berteman pengeras suara Kapan dermaga berlabu? Mengartikannya lewat jeritan Membuainya bersama jalan-Mu Masikah bersama pencarian semu? Makassar Sabtu, 7 Oktober 2017 By: Djik22

BERSAMA CERMIN KEHIDUPAN

Hentakan badai suara Terheran menelanjangi Sepadan berkaca bersama Mempertajam kecerdasan insani Menanti keheningan malam Membisu lautan membiru Cermin pancaran malam Bermulalah membaca buku Warna-warni kesenjangan Ekonomi politik hingga pendidikan Menyelam ke dasar lautan Percikan seolah cahaya perak Analisis jitu keterbukaan Persembunyian bertopeng dalil Oh...dalil yang manakah? Saatnya pemuda bergerak Lengganglah kemelaratan Membawa nasib tertindas Bukan tunggang-menungang Kenapa gerakan dibayar buas? Bagaimana kesejahteraan merata? Apa solusimu? Makassar Sabtu, 7 Oktober 2017 By: Djik22

BUDAYA PELOSOK

Kemajuan zaman Seolah mengikis budaya Tapi sebagian terlestarikan Nyatanya masih dipertahankan Inilah seharusnya Menjaga budaya Biarkan sebagian meremehkan Tapi yang tahu Yang mau Harus mempertahankan Menjaga Bangga punya ciri khas budaya

FILOSOFI DAUN PISANG

Harapan dan mimpi dari setiap kepala tidak semua terpenuhi dengan usaha dan praktik. Tapi masih membutuhkan untuk saling dekat dan merespon segala polomik. Di masa yang akhir ini, perutmu telah melahirkan bayi yang masih merangkak dipaksa berjalan di kerikil jalan persimpangan. Dari rawat dan buaian, telah membuka mata batin, mengevaluasi adalah jalan yang tepat. Karena kurangnya menilai dari setiap sisi. Sehingga lahir dua persimpangan kiri kanan jalan. Mata telah terang, langkah sudah tepat, bersama sudah terpupuk, kesadaran mulai bangkit. Berdiri dan bergerak. Saatnya cahaya jadi penerang. Titipan amanah 20 21 11 14 jadi bahan belajar bersama. Filosofi "Daun Pisang dan Bidikan Panah yang Tepat" telah ditemui jawaban dan makna yang dalam. Dia bukan sekedar kata, tapi dialah nyawa setiap yang di dalam. Makassar, April 2017 By: Djik22

SISA SEPUCUK HARAPAN

Gelombang bisingan huru-hara Menyapa keramaian manusia Terbaca menanya keadaan Menemui pintu dua garis batas Menunggu antrian bersua Tetap berada mengapit Sela-sela ruang sempit Sisa harapan tetap menatap Harapan berguna semasa hidup Redup tak lekang waktu Sembari mengatur nafas Membuka kejujuran pencarian Matahari menyinari September Penentu masa bahagia Hati menagis menyimak Gelar tambahan sarjan terucap Tiada istimewa Ingatan tetap misteri Sosok pejuang tak kunjung tiba Itulah kekesalan Terbuka curahan senja Masih tersimpan Masih terjaga menoleh Menemukan sisa harapan terdalam Makassar Rabu, 3 Oktober 2017 By: Djik22

TANTANGAN GARIS TANGAN

Dialektika celaka merekah Perputaran peran siklus pengawalan Menyokong jalan-jalan setapak Penuh tebing terjal bahaya Mengingat masa itu Transisi birokrasi pengalihan Kuasa lama ke yang baru Bertepatan dirgahayu bangsa Menoleh ke belakang Kandungan kasih menggaet jemari Di tepi air bah Belantara samping gubuk tua Telapak tangan beragam makna Saat sentuhan hangat Menyemil secuil rasa Membisikan suara perlahan Garis tangan tantangan Menelusuri tujuan hidup Sebagian telah tercapai Tersisa memilih jalan lain Tangan lembut sutera putih Memutih letih berpisah Apa yang diperbuat? Setelah itu harus berpisah Makassar Selasa, 3 Oktober 2017 By: Djik22

CINTA SEPENGGAL JALAN

Purnama menerangi kesetiaan jiwa Bulan, bintang, penerang hati sang insan Kemesraan kasih tak terbalas kebaikan raga Kasih, cinta, rasa, membuka alam sukma Kekacauan raga dikalahkan kesetiaan Luka-liku kehidupan cinta abadi Cinta mengapa berlalu begitu cepat? Pergi tak direlakan sang pemilik Perang ganti mengisi kekosongan Cumbu rayu menusuk sum-sum tulang-belulang Tulang terkeropos teringat kejadian Cinta sepenggal jalan jadi nyata Amanah ayah bunda terjaga rapi Kesakitan relung-relung batin Semangat melawan kesakitan nestapa nadi Nadi berdenyut perlahan berhenti Oh...cinta... Begitu tega menimpa kemalangan nasib Cinta, perasaan, memuaskan birahi Sosok muntahan terbuang ke mana tempat Tak mengenal tuan, tak mengenal bunda Hadirmu mengisi perang jasmani Cinta sebenarnya bukan orang ketiga Sosok sahabat jadi lawan berkepanjangan Cinta bukan membagi harapan Cinta hadir menyatukan insan Lupakan yang lalu oh cinta Banyak cinta sebagai pengganti Pengobat

SAKSI ALAM RAYA

Subur, damai, tentram, alam pertiwiku Tanah, air, udara menyimpan sejuta harapan Tanah kelahiran para pejuang sejati Demi kesejahteraan alam ini Sejuta kekayaan melimpah-ruah negeri katulistiwa Negeri terkenal hukum yang licik Politik uang dan kepentingan kian menjolak Perang saing penguasa dengan segala properti Dunia tercerai-berai Persatuan terpecah di sana sini Saling klaim kelompok yang kuat dan lemah Yang lemah semakin ditindas kelicikan Yang kuat menjadi raja pion-pion kecil Kekuasaan, kepentingan, kekerasan, keangkuhan mendarah daging Alam raya sebagai saksi penyelewengan Pendidikan jauh terperosot menimpah anak negeri Lahirlah generasi pencontoh, penjiblak, pembangkang Generasi ditunggangi rezim penguasa yang rakus Kami rindu, kami terharu, sebagai saksi Kekelaman negeri ini Kami ingin tanah, air, bahkan udara seperti semula Biar yang tercerai bisa bersatu Makassar By: Djik22

TOGAKU TAK IBU SAKSIKAN

Perjuanganmu ibu Mengantarkanku meraih mimpi Mataku lembab berhari-hari Setiap saat mengingat ibu Harapan ibu Aku tetap kuat Aku tetap melaju Tapi ibu Saat bahagiaku Takku tatap lagi ibu Wajah bersinar hadir dalam mimpiku Kala itu ibu Ibu Toga dan pakian kebahagiaanku Semua untuk ibu Togaku tak ibu saksikan Karena ibu telah tiada Yakinku ibu senyum melihatnya Tetap tersenyum di sisiku ibu Dua puluh tiga November dua ribu tiga belas Dua kali dengan angka tiga Ibu telah berbaring bergegas Makassar Minggu, 1 Oktober 2017 By: Djik22