Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

N. Raya

N. RAYA PTJ 196 | PERIHAL CEMBURU (1) Sebuah hubungan yang selama ini dijaga Dirawat dengan hati berbalut rasa Dihiasi rayuan-rayuan mendewasakan Dengan segala macam perhatian Namun semua hilang seketika Saat sebuah badai tiba Di tengah malam hari Rabu Rindu dan rasa kini telah jadi beku Membuat beberapa analisis lucu Dari hasil telaah dan kata hati Keabadian perlahan pergi Perihal cemburu jadi dewa mengisi hari Kecurigaan   itu selalu muncul. Tancapkan kata-kata dan bahasa yang serba kasar. Berontak untuk melawan sebuah rasa tanpa penglihatan yang bersih. Membutakan pikiran jernih dalam sebuah perhatian. Hingga hilang dan sirnah kemesraan yang selama ini dijaga dengan rapi. Raya termenung dalam lamunan panjangnya. Tepat di kiriman puisi yang harus dibalas. Namun, naas semua curiga dan duga-sangka muncul dari Rani. Perempuan periang yang selalu memberinya biji-biji inspirasi untuk menuliskan kata-kata puitis. Sayang, tangan Raya seolah kaku ingin

Puisi

/1/ MELUKIS KATA Menggambarkanmu lewat kata Tak pernah usai dimakan usia Tak pernah lelah menyusun bahasa Menjadi puisi-puisi yang indah menawan Iya... Puisi yang menggambarkan keadaan Dengan bahasa yang kaya budaya Dalam nafas pergulatan pemikiran Menjadikan diri sebagai orang berguna Walau baru secuil melukismu Walau sepenggal membuatmu bahagia Namun diri tetap percaya pada ajaranmu Karena kau ajarkan eja Karena kau indahkan kemauan Kala restu kupinta tanpa paksaan Kemudian tanganku mulai menuliskan kata Dan semua restu tetap terbukti Sampai kata-kata dari puisi Selalu bernyawa Kala melukis nusa Makassar Rabu, 27 Februari 2019 By: Djik22 _______ /2/ KATA MAAF 16.32 Patahan kata kuramu dalam puisi Mengisahkan tentang misteri Ungkapkan cinta yang tersembunyi Coba kutelusuri perlahan-lahan Walau cobaan datang berganti rupa Biar godaan berduyun lampiaskan rasa Hingga diri terombang-ambing Dengan keadaan yang tak bisa dikontrol Ada haru menga

BATAS #1 /CP/ {103}

Doa terbaikmu selalu dikabulkan oleh Yang MahaKasih. Nasihat indahmu selalu didengar semesta. Dan harapmu selalu diiyakan oleh bumi. Hingga sampai kini, niatan baikmu dengan ingatan selalu membara dalam jiwa. _______  Tahun genap kau lepas aku dari pelukan dengan hukuman jarak di ambang pintu rumah. Antara udara sejuk selalu menyengat memberi pikiran dingin. Dengan berat hati, aku melangkah pergi. Semua itu, atas restu dan doa-doa panjangmu setiap siang, malam, hingga cahaya menjemput pagi. Masih terhitung dengan baik dalam ingatan angka-angka. Dengan ragam tanda keramat telingaku dibisiki "Jalanlah dengan kegembiraan. Walau yang kau tinggalkan adalah dengan tangisan. Tapi, mereka adalah orang-orang hebat yang mengantarmu dengan ketabahan hati. Sebab, mereka tahu kau akan pulang membawa sejuta harapan untuk menyelesaiakan sengketa yang selama ini masih terbungkus rapi. Tepat di ajakan arah jarum jam memberi tanda. Aku harus berjabat tangan. Dan pasti ada air mata

CINTA YANG HILANG /CP/ {102}

Sebuah cinta yang hilang. Saat itu, kau tiba dengan sulamanan tenun. Membangkitkan raga lewat senyum dan sapa. Hingga aku masih tetap berdiri mengagumimu. _______ Dua puluh empat jam kau berikan perhatian. Setengahnya aku gunakan untuk mengeja patahan-patahan rindu. Dan tak ada lagi waktuku tersisa untuk lari ke lain hati. Jadi, jangan khawatirkan cintaku. Karena aku tak seperti cerita dan pendapat umum tentang sosok seorang lelaki. Tepat adzan Magrib. Kabar darimu mengantarkan aku kembali ke Pemilik Semesta. Dan dengan ketenangan kuiyakan menjalankan perintah. Sebab, menanam bekal untuk setumpuk amal akan tetap berguna. Biar serpihan yang kotor dapat dibersihkan perlahan-lahan. Kau datang lagi dengan kata-kata budaya "Jangan lupa pada helai benang-benang yang tersulam di tubuhmu. Karena ia sama dengan perekat budaya yang memiliki ciri khas tersendiri. Jika, ia tetap kau jaga, maka cintaku pun tak gampang kau nodai. Apalagi harus meragukan kesetiaanmu. Tetapalah j

LAUTKU DILACURI POLITIK

Terlalu banyak pelacur berdasi Yang merajalela di bangsa ini Hingga menjama ke daerah-daerah Seolah-olah meletakan sebuah sejarah Baik itu masuk lewat pariwisata Berselubung dengan cara budaya Menyewa orang yang berpengaruh Yang sebentar lagi akan ada pertumpahan darah Maka... Jangan ajarkan kami cara kurang-ajar Biar tanah tak jadi saksi perlawanan Yang terus bergelora tanpa henti bersuara menggelegar Apalagi... Dalilmu tiba dengan jargon politik Yang coba mencederai rakyat Yang coba membuat perpecahan sengit Namun kami tak buta pada cara penguasa Kami tak tuli pada suara-suara hasutan Karena mata kami masih terang menatap Antara hasutan dan berdiri di kebenaran Ketika mengingat kembali Antara laut dan Pulau Siput Adalah sebuah sejarah yang kait-mengait Hingga beberapa suku berpencar pergi Tapi... Penghormatan terhadap leluhur Masih tetap kami jaga rapi Karena itulah sebuah peninggalan budaya Terus yang berdasi mau menipu siapa? Apakah tuan anggap

MELAWAN ATAU DIBUNGKAM KEBIJAKAN

Huru-hara alunan kota Tak mengalahkan jerit dan tangis Pada rakyatku yang sedang digilas Dengan kebijakan tanpa ada kesepakatan bersama Apakah tuan buta? Apakah tuan dan kolega sengaja? Membuat kegaduhan mencemari lingkangan Atas nama pembangunan pariwisata Sekiranya budaya jangan dihilangkan Dari ingatan rakyat yang sudah dipertahankan Begitu lama melewati waktu untuk menjaga Hingga seremonial sakral tetap dijalankan Maka... Jangan tuan didik kami dengan sengsara Biar kami tetap setiap padamu Jangan tuan larang kami menjaga budaya Biar kami tak merasa warisan nenek moyang dihinakan Karena pulauku mahal tanpa dibeli Karena alamku kaya tanpa dikotori Oleh tangan-tangan rakus berdasi Dengan menyewa orang untuk jadi antek Ah... Tuan pemerintah bisa saja Membuat keonaran dengan politik pecah-belah Hingga rakyat saling sikut ikut pada sabda Dan kami tak mau dibodohi Kami tak mau semua jadi tuli Di tanah Lomblem Pulau Lembata Di bibir pantai berserak siput

GELAP #1 /CP/ {101}

Sumber foto: Google Dua kali kau datang mengetuk hatiku. Tiga belas kali kau menyapa bahagia. Yang mulai dengan bahasa ragu-ragu. Yang kujawab tanyamu penuh asa. _______ Langit malam tak bercahaya seperti biasanya. Hanya tampak lampu kota yang melayang di ketinggian gedung-gedung megah. Di dalamnya orang-orang penuh tingkah-laku. Ada yang sedang bersetubuh, ada yang sedang berdiskusi, ada lagi yang menyusun stategi perang, serta banyak lagi membahas persoalan politik Pilres 2019. Tepat di pukul nol dua nol satu. Satu kesatuan yang menyapa penuh kaget. Ialah para sahabat yang tiba dengan ketukan berkali-kali pada pintu kamar. Aku dan tetangga terbangun penuh kaget. Kiranya ada pencuri yang mencari perlindungan. Tapi, tidak. Mereka tiba dengan semangat menghapus khayal di malam gelap. Tak bertahan lama. Dan Mereka pun pamit pergi. Tampaknya, ada gangguan yang luar bisa menghentikan lamunan malam. Yang sedang dirajut birahi. Ialah nafsu tentang teka-teki dunia yang

UNTUKMU IBU PULAU

Sumber foto: Google Luasnya alam purba Mengasa eja merawat rasa Dalam pelukan hangat tanah semesta Dalam budaya penuh ragam warna Gambarkan tentang sebuah pulau Dari lilitan kewatek mengasah rindu Tentang batas-batas patok cinta belantara Masih dipertahan oleh bumi dan manusia Ialah manusia yang tetap melestarikan budaya Ialah bumi yang merestui setiap doa-doa Dengan bisikan ikhlas bernada Untukmu ibu pulau kami tetap menghormati Untukmu ibu ketuban tanah yang memberikan pijakan. Tanpa keluh dari setiap keringat yang jatuh. Demi besarkan generasi yang berada di bumi. Ialah bumi budaya dari peradaban turun-temurun. Ialah manusia yang peka dan masih sadar pada sandaran kejujuran. Hingga di tangga drama lakon zaman berganti. Masih tampakan wajah semesta menghalaui kewatek lilitan tangan inawae penari rindu. Dengan sabar menyulam lilitan benang jadi sebuah tenun. Gambaran umum tentang kekuatan jiwa. Terselubung benih-benih pengikat hati. Yang tak

Puisi Dua Jemari

KITA MEMULAI /PDJ/ (1) Oleh: Djik22 Sebelum pagi menjemput Aku ingin kita tidak terhanyut Pada segala rayu yang terus menyapa Pada segala kata yang terus terselip rasa Karena bukan rasa yang menyatukan kata Namun karena niat baik mengikat kita Dengan tali budaya bisikan semesta Degan bisikan pulau ketuban belantara Maka... Dekatilah aku dengan kata-kata indahmu Biar kutahu tentang kedalaman asa Dalam genggaman dua jemari Hingga hari ini aku sadar Setiap patahan kata-kata jujur Yang kau titipkan lewat angin malam Yang kau tulis bukan membuat kelam Degan senang hati Aku menyambut tanpa berdiri sendiri di sini Temani ragamu Biar kita memulai menulis puisi dengan hati Makassar, 23 Februari 2019 →○○~ TELAH MENYAPA /PDJ/ (2) Oleh: Djik22 Udara pagi ini Memang luar biasa Kala tiba suaramu mandayu rasa Dengan pilihan kata tentang inawae berbudaya Ialah budaya penguat menjerat Yang selalu mengapit melepas penat