Sumber foto: Google
Dua kali kau datang mengetuk hatiku. Tiga belas kali kau menyapa bahagia. Yang mulai dengan bahasa ragu-ragu. Yang kujawab tanyamu penuh asa.
_______
Langit malam tak bercahaya seperti biasanya. Hanya tampak lampu kota yang melayang di ketinggian gedung-gedung megah. Di dalamnya orang-orang penuh tingkah-laku. Ada yang sedang bersetubuh, ada yang sedang berdiskusi, ada lagi yang menyusun stategi perang, serta banyak lagi membahas persoalan politik Pilres 2019.
Tepat di pukul nol dua nol satu. Satu kesatuan yang menyapa penuh kaget. Ialah para sahabat yang tiba dengan ketukan berkali-kali pada pintu kamar. Aku dan tetangga terbangun penuh kaget. Kiranya ada pencuri yang mencari perlindungan. Tapi, tidak. Mereka tiba dengan semangat menghapus khayal di malam gelap. Tak bertahan lama. Dan Mereka pun pamit pergi.
Tampaknya, ada gangguan yang luar bisa menghentikan lamunan malam. Yang sedang dirajut birahi. Ialah nafsu tentang teka-teki dunia yang suka menggoda. Pada bumi yang suka diberaki dan dirusaki. Namun, para perusak malah bersembunyi tangan tanpa mengakui siapa dalang sebenarnya. Dan siapa yang perintahkan cara kurangajar pada semesta. Semua tak terjawab. Masih jadi misteri. Seolah-olah, hidup dalam dunia fiksi yang menjadi perdebatan.
Ilalah perdebatan hal-hal sepele. Menyamai hiruk-pikuk gejolak bangsa dewasa yang diserang wabah virus menjangkit. Virus ketamakan dan saling menindas merampas. Iya, merampas yang bukan milik dijadikan milik. Dengan perjudian dan percaturan politik dari cara-cara kotor. Hingga orang baik jadi buas, orang bijak jadi gila, dan berganti rupa maling-maling keluar masuk penjara. Penjara karena mencuri atau pemerkosaan? Mari kita telusuri satu demi satu.
○○★★★○○
Langit malam pun belum berganti warnanya. Kegelapan tambah jadi, saat diri sedang berada di luar keramaian. Mencari inspirasi untuk menambah kata-kata. Biar catatan singkat tentang Gelap ini menemuan tujuannya. Tapi, tiba-tiba saja ada bayang-bayang yang lewat.
Ternyata dirimu yang kurindu. Datang juga dalam duniaku tanpa kuundang. Kenapa kau datang walau hanya dalam bayangan? Harusnya jangan kau tiba, kalau aku sedang bahagia untuk dalam kesendirian. Kuusap mataku, tapi kau masih berdiri dengan senyuman menawan. Memanggilku untuk mendekat.
Kuhampiri dirimu dengan panggilan penuh suara terbata-bata. Kau bilang padaku "Jangan takut, jangan ragu. Kalau aku datang tak tepat waktu dan malah mengganggumu yang lagi bahagia meramu kata. Aku butuh waktu sebentar saja ingin melihatmu dari suasana gelap. Biar, semesta yang sedang dipertontonkan oleh arus drama perpolitikan tak usai menyenangkan hati rakyat menjadi saksi bisu."
Aku kaget. Tak biasanya kau datang tanpa kabar. Aku masih diserang banyak pertanyaan. Dan kujawab kata-katamu "Harusnya kau datang memberiku kabar terlebih dahulu. Biar tak ada kekagetan yang kuberikan untuk menjemput senyummu. Tapi, tak apalah. Mari duduk di sampingku, biar kita bercerita untuk menjemput pagi." Ucapku meyakinkanmu.
Namun tak kau indahkan ajakanku. Malah kau Pergi meninggalkanku sendiri di suasana gelap. Dan hatiku kembali redup jadi gelap. Belum lagi, dirasuki keadaan yang tak berprikemanusiaan.
○○★★★○○
Dan akhirnya, aku mengerti tentang diammu tanpa kata. Dan ajakanku tanpa kau jawab. Karena dirimu memilih jalan berpisah. Lantaran, laranganku padamu 'jangan setubuhi dirimu' dengan ajakan untuk merampok yang bukan hakmu dan merampas yang bukan milikmu. Tapi, kau tak mau mendengar. Karena dirimu dijadikan kelinci percobaan oleh mereka yang berjas rapi itu.
Ah... cintaku kau gadaikan dengan lebih memilih setia ke orang lain. Yang tentunya punya peran penting dalam memutuskan segala perkara. Baik, kasus penggelapan dana, pemabagian jatah, dan mutasi para pejabat yang tak lagi di garis kolektif.
Aku hanya tertawa dengan sikapmu. Kau mudah berganti wajah dan dandanan. Dan tentu saja, semua memancing godaan yang lebih menarik lagi. Tapi, hanya kuingatkan padamu "Jangan kau datang lagi, bila jalanmu sudah buntu. Diriku bukan lagi tempat pelarian untuk kau sandar. Dan untuk waktu lama, kita tak akan bertemu lagi. Karena aku tak mau terseret masuk dalam sistem rakusmu yang sementara kau geluti."
Makassar, 25219 | Djik22
Komentar