Langsung ke konten utama

MARAH #1

Sumber foto: Yasinta Wea Bii

Kau marah karena aku jarang beri kabar
Kau marah karena aku sering kabur
Dari garis dan haluan janji
Yang terus menagi-nagi

Aku sadar
Jika segala kau tagi dengan hati yang jujur
Namun aku belum sempat bertemu dirimu
Untuk saling melepas rindu

Maka...
Mari kita gantikan rindu dengan rasa
Biar bumi dan manusia tetap bersua
Tanpa lampiaskan marah pada semesta

Sudah lama kita berkenalan. Dari rentetan waktu yang terus berjanji. Namun, aku masih di sini untuk merenungi segala yang terjadi. Karena segala tekanan di atas semesta belum sepenuhnya diusir pergi. Aku tak ingin menjadi seorang penjajah atau para kompeni yang selalu menekan kemerdekaanmu. Tapi, akulah mata pena sederhana yang lahir dari pergulatan kata yang berwatak.

Belum lagi, kala kubuka sejarah yang penuh tabu itu. Segala larangan terus menghardik kemerdekaan berpikir. Apakah kau masih sadar dengan kata-kata yang kupesan dahulu? Tentang kemerdekaan seorang kaum muda yang dirampas. Bahkan diperkosa dengan bangga sampai digeser-diseret ke dapur. Aku tak ingin tugasmu hanya duduk di dapur dalam budaya patriarki. Namun, mari kita jadikan dua sejoli-juang yang selalu sadar dan peka melawan tanpa menyerah. Apakah kau sudah mulai menyerah dengan tingkah manusia yang ditampakan di atas bumi pertiwi dan benturan manusia Indonesia?

Belum lagi, hujan janji yang kau tunggu pun tak segera turun dari langit. Sampai, dirimu mulai bosan. Membuat perasaan dan dengungganmu terus menangi. Untuk apa kau menagi jika semua sudah jelas kukatakan? Atau kau mulai lupa dan mencoba untuk membenciku? Lagi-lagi kukatakan ulang "bahwa aku bukan seorang penjahat dan atau para pejabat yang suka menyalahgunakan uang rakyat" selama berkuasa. Tapi, akulah manusia merdeka yang lahir dari rahim purba penuh pergulatan.

Tak banyak yang kupinta darimu. Namun, hanya memberi pesan kembali untuk direnungi. Jika, saat kau tunggu "aku tak tiba, maka jangan tanyakan aku dengan rasa curiga. Karena aku masih mencari dan terus berjuang" di sebuah masa yang sedang menanti dan di sebuah waktu yang sedang menunggu. Maka, jangan 'marah' wahai manisku. Karena di waktu dekat ini, posisi cinta dan rasa kita sedang diuji. Sama seperti nasib rakyat yang terus ditaburi janji. Apakah kau ingat kalau ini musim politik sedang berkuasa? Atau kau berinsiatif menyewa orang-orang untuk menyogokku biar kita bertemu dalam satu meja-rindu?

Jangankan menyogok dengan uang. Dengan janji saja aku jarang percaya. Maka, kita jangan termakan janji yang bertele-tele wahai manisku. Sekiranya, segala marahmu sedikit-perlahan kau lantunkan dalam doa malam dan di deret waktu lima waktumu. Biar, tangan Tuhan dan semesta selalu memberi kode dan jawaban. Karena aku yakin. Purnama akan tiba. Pelangi akan muncul. Dan saat itulah aku muncul dari garis warna di langit itu.

Tetap tenang menanti dan jangan menjadi sosok yang lemah. Karena ajaran sejarah sudah jelas berkumandang. Sebentar lagi persatuan yang mewakili kita membawa dua warna bersejarah menujuh cita dan asa tanpa pasrah. Karena bahasa cinta persatuan yang menyatukan kita dari tanah air Indonesia yang kita pijaki. Maka, jadikanlah dirimu seperti dengungan lebah dan suara menggelegar seperti halilintar di musim hujan. Karena sebentar lagi aku akan memelukmu. Lalu, menceritakan tentang indahnya sebuah perjuangan sebagai kaum muda. Apakah kau masih mengizinkan dengan hati untuk aku datang kembali?


Makassar
Jumat, 8 Feberuari 2019
By: Djik22

Komentar

Populer

FILOSOFI DAUN PISANG

Harapan dan mimpi dari setiap kepala tidak semua terpenuhi dengan usaha dan praktik. Tapi masih membutuhkan untuk saling dekat dan merespon segala polomik. Di masa yang akhir ini, perutmu telah melahirkan bayi yang masih merangkak dipaksa berjalan di kerikil jalan persimpangan. Dari rawat dan buaian, telah membuka mata batin, mengevaluasi adalah jalan yang tepat. Karena kurangnya menilai dari setiap sisi. Sehingga lahir dua persimpangan kiri kanan jalan. Mata telah terang, langkah sudah tepat, bersama sudah terpupuk, kesadaran mulai bangkit. Berdiri dan bergerak. Saatnya cahaya jadi penerang. Titipan amanah 20 21 11 14 jadi bahan belajar bersama. Filosofi "Daun Pisang dan Bidikan Panah yang Tepat" telah ditemui jawaban dan makna yang dalam. Dia bukan sekedar kata, tapi dialah nyawa setiap yang di dalam. Makassar, April 2017 By: Djik22

TOGAKU TAK IBU SAKSIKAN

Perjuanganmu ibu Mengantarkanku meraih mimpi Mataku lembab berhari-hari Setiap saat mengingat ibu Harapan ibu Aku tetap kuat Aku tetap melaju Tapi ibu Saat bahagiaku Takku tatap lagi ibu Wajah bersinar hadir dalam mimpiku Kala itu ibu Ibu Toga dan pakian kebahagiaanku Semua untuk ibu Togaku tak ibu saksikan Karena ibu telah tiada Yakinku ibu senyum melihatnya Tetap tersenyum di sisiku ibu Dua puluh tiga November dua ribu tiga belas Dua kali dengan angka tiga Ibu telah berbaring bergegas Makassar Minggu, 1 Oktober 2017 By: Djik22

PERLUKAH JEMBATAN PALMERAH?

Sedikit menggelitik, ketika wacana pembangunan jembatan Palmerah. Wacana ini, hadir di beberapa tahun terakir. Di tahun 2017, tidak kala seksi pendiskusian jembatan Palmerah. Maka muncullah pro dan kontra. Padahal merefleksikan wacana ini sangat penting. Kenapa Wacananya Jembatan Palmerah? Mari kita menganalisa secara seksama. Pertama, jembatan Palmerah adalah sejarah pertama di Indonesia bila terbangun. Karena menyambungkan dua pulau, yaitu Pulau Adonara dan Pulau Flores (Larantuka). Jarak jembatan Palmerah dengan panjang bentangan 800 meter akan dipasang turbin 400 meter. Kedua, persoalan proses pembangunan jembatan Palmerah dibutuhkan dana tidak sedikit. Diperkirakan dana mencapai Rp. 51 triliun. Hal ini, perlu dipikirkan. Karena Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi NTT pada tahun 2016 hanya mencapai Rp. 3,8 triliun. Sama halnya pemerintah mengajak kita mengutang dengan investor (swasta). Ketiga, jembatan Palmerah bukan proses meninabobokan masyarakat Flores Timur

ADONARA DALAM PUISI

Petuah kata sejarah Masih temani kaki untuk melangkah Dalam bayang-bayang ibu kuatkan hari Dalam jelmaan ayah pancarkan cahaya hati Hingga tebal awan kota Ingatkan suasan desa Dihimpit berdiri megahnya Ile Boleng Didekatkan Bukit Seburi tanah kampung Karena kitalah gunung yang berdiri Karena kitalah bukit yang menyapa Membawa bisikan bahari Ketika menghadap ke arah pantai Sampai kata dan petuah terus mengikut Wariskan api dari generasi ke generasi Tentang pentingnya menjaga kata Tentang indahnya memakai tenun ikat Maka... Tak kulupakan petuah indah dan keramat Tak kuingkari segala kata-kata bernyawa Di atas alam ditaburi darah dan air mata Karena air mata Bukan hanya tentang tangisan Bukan hanya tentang derita tanpa rasa Namun air mata darah tanda perjuangan Maka... Untuk mengingatmu yang di gunung Untuk mengenangmu yang di pantai Aku mengisi kata-kata lewat puisi Karena darah dan bisikan kata terus diasa Biar perang telah terganti buka dan pena

ANTARA (576)

Sering ada perbandingan pada kata 'antara' ketika diapit oleh kalimat. Antara kau dan aku ternyata banyak perbedaan, antara kau dan dia memiliki banyak kesamaan. Antara pacar dan mantan adalah orang yang pernah berlabu dan sementara bertahan. Baik terkandas di tengah jalan, mau pun mampu melewati batas getir yang melampau kesabaran. Namun, pada kata 'antara' seolah jadi misteri yang tersembunyi. Serupa kolom kosong yang disembunyikan dengan untain doa. Lalu, dipercaya menjadi sebuah legenda atau mitos. Bagaimana sesuatu yang dipercaya tapi tak pernah diinderai? Apakah setan yang berpenampilan putih pada malam Jumat hanya menakut-nakuti? Kemudian muncul pertanyaan, siapa yang menjahit pakian putih yang dipakai setan? Ulasan ini, aku dapati saat duduk di bangku SD. Sang guru selalu menakut-nakuti pada setiap siswa. Bahwa malam Jumat selalu ada tanda ketika melewati tempat-tempat gelap. Saat itu, aku dan kawan-kawan sebayaku selalu percaya. Namun, batang hidung p

KARYAMU TETAP MEMIKAT

Foto: Abdul Rahim (Khalifah05) Ketika doa-doa Telah kau panjat Dengan lemah-lembut Pada Tuhan Yang Esa Tak lupa pula Pintamu Pada para pendahulu Dengan merinding bulu-bulu Begitu dalam penghayatan Bersama angin Bersama waktu Bercampur masa lalu Maka... Yakin pun mendalam Tak secuil akan buram Tampak pada kaca belaka Namun ia selalu melekat Selalu mempererat Antara roh dan jasat Hingga karyamu tetap memikat Makassar Jumat, 21 September 2018 By: Djik22

PEMUDA SAHABAT PERUBAHAN (397)

Indonesia adalah negara yang terdiri dari ragam perbedaan. Baik suku, ras agama, budaya, dan corak berpikir. Inilah bagian kekhasan dari bangsa ini. Dengan kekhasan tersebut, maka tak heran bangsa Indonesia dikenal dengan kemajemukan dan menjujung tinggi perbedaan. Sebab perbedaan adalah varian dari semangat menuju persatuan. Belum lagi menerobos batas wilayah yang terdiri dari beberapa provinsi. Perlu kita menelisik lebih jauh lagi tentang bagaimana membangun tatanan bangsa. Supaya mampu keluar dari zona ketertinggalan. Ternyata, ketertinggalan adalah salah satu masalah dari apa yang dirasakan setelah revolusi Indonesia didengungkan. Walau merdeka secara pengakuan sudah memhudata sampai ke telinga anak cucu. Tapi pertanyaan besar yang harus dijawab, Kenapa merdeka secara praktik/ penerapan jauh panggang dari api? Ketika secara penerapan dalam kehidupan berbangsa mulai melenceng dengan dasar negara, maka harus kembali mengamalkan nilai-nilai kebaikan yang telah diletakan oleh