Adalah waktu yang mengantarkan kita
Adalah jeda yang menghentikan kita
Untuk sebuah temu yang menanti
Untuk sebuah kisah yang menunggu
Maka...
Aku tetap ingin mengenalmu
Tanpa mengeluh dengan segala kata
Tanpa harus menderita segala tanya
Karena aku sudah menemukanmu
Dari beberapa kali temu
Dari beberapa kali tatapan
Yang terus menawan-bertahan
Halaman rumahmu begitu indah. Membuat hati begitu menyentuh; membuat mata begitu memikat. Dan menggodaku untuk tetap bertahan. Tapi, aku temukan sebuah kekosongan tempat. Maka, dengan malu dan sopan aku melangkah. Duduk di sebuah kursi penunggu yang tergeletak di halaman indah rumahmu.
Lama di sebuah penantian halaman rumahmu. Kau pun tak kunjung tiba. Namun udara yang kuhirup begitu harum-mewangi. Sampai mengalahkan rasa bosan dan kejenuhan. Karena aku selalu percaya pada setiap keadaan. Jika, ada jeda pada setiap perjalanan, maka keyakinan akan selalu memberi kekuatan untuk bertemu. Karena pertemuan adalah harapan kita untuk menghapuskan rindu.
Menghapus rindu adalah deretan rasa dan kisah yang selalu menunggu. Maka, aku akan menjadikan segala rindu menjati kata yang tak berujung. Biar dirimu selalu hadir dalam ingatan dan jelmaan. Karena dari sekian temu, baru dua kali aku menyadari. Sedangkan dirimu mengenal dari pertemuan pertama sampai ke lima. Apakah kau mengikuti sejak dahulu? Bagaimana bisa semuanya aku tak tahu? Semoga kau mengingatnya dengan baik. Biar semua berjalan dengan harapan kita.
Maafkan aku yang terlalu lama menunggu. Hingga membuat jarak pada setiap jeda. Sekiranya, pertemuan itu banyak memberi jawaban. Apakah kau ingat segala jawabanku yang penuh senyuman? Bukankah saat yang tepat pada pertemuan kelima dirimu mengelabui hatiku dengan bahasa kebohongan?
Ah... ingatan itu hadir lagi. Sampai, bola mata dan lilitan kerudungmu menjadi penyejuk jiwa. Aku semakin tertawan dengan segalanya. Apakah kau merasa semua biasa-biasa? Bukankah kita sudah saling membatasi diri?
Kamu tahu; aku pun tahu. Kalau kita tidak akan ke mana-mana. Kita akan tetap menikmati taman yang kosong dan indah itu. Karena aku mengenalmu dengan waktu tanpa protes. Maka, jangan kau layangkan lagi diriku dengan deret kebohongan. Kiranya, bulan lahir sebagai tanpa kita selalu menjelma. Iya, kita menjelma dari dua-pasang tanpa kesepakatan bertele-tele.
Makassar
Minggu, 3 Februari 2019
By: Djik22
Komentar