Sumber foto: Pinterest
Kabar dari media terus bermunculan. Dan terus bergentayangan mencekoki pikiran penonton dan pendengar. Sampai, rakyat luas dirugikan. Kenapa dirugikan? Karena banyak tontonon yang tidak menarik harusnya jangan ditampilkan. Apalagi, kubu satu dan kubu dua saling mengadu-domba. Antara klaim kanan-kiri selalu menempel pada kekuasaan. Antara nyata dan maling yang suka bersembunyi tangan ketika merampok tabungan negara.
Zaman gila yang penuh pengelompokan. Hingga kebebasan berekspresipun terus dilarang. Dengan berbagai dalil dan ancaman. Seolah-olah, kita hidup di atas pertiwi ini ada pengkotakan bunda yang melahirkan 'anak kandung' dan 'anak tiri' berserakan di atas bumi yang kaya-raya ini.
Ialah mereka yang punya garis kekuatan dengan penguasa dan elite biar melakukan kesalahan besar, tetap saja aman terkendali. Tapi, kalau coba rakyat biasa yang tak punya kekuatan dan kenalan dengan orang-orang rapi itu, selau saja dipersulit dengan teguran hukum yang mencekik leher. Oh... ketukan palu para bedebah berjas rapi yang selalu saja berpihak.
Hukum yang seharusnya menjadi panglima rakyat dialihkan ke siapa? Kok, hukum di negeri ini berlaku 'tumpul ke atas dan tajam ke bawah' selama dibaluti kepentingan. Memang aneh bin ajaib. Tapi, inilah negeri kita. Indonesia yang penuh harum bau-mewangi menggoda penciuman. Saking harum dan baiknya, mengundang tetangga dari negara lain menanam saham dan membawa semua kekayaan yang ada di bumi Nusantara Lama.
Terus kalau ada golongan yang meneriakan penegakan demokrasi sejati dengan kemurnian gerak. Selalu saja dituduh dan diancam. Belum lagi, ruang kebebasan lain yang mulai dipersempit. Buku-buku disita, edukasi politik hanya datang saat Pemilu, kebebasan berekspresi lewat seni dan suara pun terus-terus dikekang. Terus apakah rakyat dididik untuk terus diam menerima segala regulasi yang disepakati secara berpihak?
Kasihan, kasihan, kasihan. Nasib seniman dan para penyusun aksara. Sebentar lagi dan hanya sebentar lagi. Kebebasanmu pun akan dipersempit. Karena suaramu terlalu berbentuk protes dan penamu terlalu berbahaya. Karena mereka itu, tak mau suatu rezim diganggu dari sisi mana pun. Apalagi, kita masih berdiri bandel tak mau ikut segala kepentingan mereka. Pasti penuduhan selalu ada. Dan cap merah pencarian mulai disisir perlahan.
Ini negeri milik siapa?
Kenapa hukum sering kali mengebiri rakyatnya?
Makassar
Kamis, 14 Februari 2019
By: Djik22
Komentar