Sumber foto: Geulgram
Kau adalah gudang aksara
Yang selalu mengajak raga berkunjung
Melewati jalan bergelombang
Melewati segala kemacetan nalar dan rasa
Namun kau masih tetap ajari aku
Untuk jangan menjadi bisu
Untuk jangan menjadi abu dan debu
Ketika api bertemu dengan api
Sebab kau adalah kunci gudang tua
Sebab kau adalah edaran darah yang kutulis
Biar dalam waktu tragis
Aku tetap mengingat kunci biar tak berdebu
Dua puluh empat jam kau selalu hadir dengan senyuman menawan. Dalam lima waktu kau selalu lantunkan doa dan kekuatan. Biar diri tidak terjebak pada segala kesesatan. Hingga kebaikan jadi panutan untuk menyusun aksara. Kau adalah gudang ilmu yang menyediakan stok diksi berlian.
Ruas jalan ini selalu bergelombang menuju gudang tua. Ditambah kemacetan kota dan likunya jalan yang terpele debu. Tapi, mata ini tak pasrah dan menyerah melalui tantangan itu. Ialah tantangan menjadi seorang yang tidak mudah patah dan tak gampang menyerah.
Hingga sejauh ini, kau masih mengajari aku tetap mandiri. Untuk menjadi mandiri, kau bisikan aku dengan doa dan semangat yang tak ada tara. Karena kau berikan semua dengan keikhlasan tak banyak meminta balasan. Iya, semuanya masih aku jaga dengan baik.
Maka, ketika kembali kuputar otak untuk berpikir dan mengingat lagi. Maka, kutulis ulang seperti ini:
Kehidupan itu tidak sulit untuk dijalani. Yang pening jangan kau berpikir melulu. Namun, setiap apa yang dipikirkan harus segera dilaksanakan. Biar kegelisan tak menguasi diri. Jadilah pribadi yang tangguh dan tak mudah nenyerah. Apalagi, kau pasrahkan diri setiap polemik yang menimpah. Apakah kau mau menjadi orang bisu dan abu-abu ketika zaman sudah maju? Atau kau melupakan ajaran budaya, agama, hukum, dan ilmu pengetahuan untuk menambah nalar kritismu?
Jangan banyak berharap apa yang mau kau rubah. Ketika kunci pemberianku tak kau jaga dengan baik-baik. Karena untuk menjadi seorang petarung sejati, kau jangan selalu mengelak. Namun, hadapi semua tantangan dengan riang-gembira. Sebab, hidup ini harus dijalankan dengan sebuah keuletan dan disiplin. Doaku kelak kau jadi orang berguna untuk nusa dan bangsa. Dan untuk bumi tanah lahirmu.
Kau tahu apa itu? Sebentar lagi akan sampai ke kunci itu. Yang penting kau siap menjaga dan menjalani dengan hati. Untuk menjaga kunci itu biar tidak berdebu. Maka, kau harus rajin berkunjung. Minimal dua puluh empat zam kau sering menggaulinya. Ialah sebuah cara biar tidak lapuk dimakan rayap. Kau harus membaca setiap deretan yang tersedia. Dan jangan lupa kau juga harus menulis.
Kunci sebenarnya adalah membaca dan menulis. Hidup yang baik, maka kau harus mandiri serta selalu menjaga sikap. Jangan kau sia-siakan setiap patahan aksara. Karena dunia dan semesta menunggumu untuk menari bersama dengan gudang aksara.
Makassar
Kamis, 14 Februari 2019
By: Djik22
Komentar