Indonesia dalam catatan sejarah tidak bisa dilepaspisahkan dari peran pemuda. Pemuda sebagai pendobrak tatanan sosial. Perjuangan pemuda dan berbagai peristiwa adalah dorongan dan kemauan pemuda menuju kemerdekaan. Semangat juang, kepeloporan, militansi, darah, dan air mata dipertaruhkan sebagai bukti kaum muda mampu berjuang.
Rentetan sejarah begitu panjang, sehingga sehingga sumpah dan ikrar pemuda mampu membawa gagasan berlian menuju kemerdekaan Indonesia yang dicita-citakan. Karena bersatunya kaum muda melawan kolonialisme Belanda.
Keputusan kongres pemuda II yang diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta)merupakan cita-cita berdirinya bangsa Indonesia. Karena keputusan ini, menegaskan cita-cita akan "Tanah air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia". Kongres tersebut hadir berbagai organisasi organisasi kepemudaan, yaitu Jong Ambon, Jong Java, Jong Celebes, Jong Batak, Islamietej Bond, dan lain-lain.
Dari perwakilan pemuda setiap daerah, menandakan bernagai warna perbedaan. Mulai dari suku, agama, ras, bahasa, dan adat-istiadat menjadi kemajemukan menanamkan semangat persatuan. Dari perbedaan tersebut, tidak memjadi penghambat dan perselisihan. Tetapi menjadi suatu kekatan yang dimiliki kaum muda saat itu.
Peristiwa Rengasdengklok, terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 (perselisian pendapat antara golongan muda dan tua). Paa peristiwa tersebut, kaum muda mendesak dan menginginkan segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Karena terjadinya kekosongan kekuasaan Jepang yang dibombardir oleh Sekutu (Amerika Serikat).
Beragam peristiwa, sudah saatnya menjadi refleksi bagi kaum muda. Melihat peran pemuda mulai terpengaruh oleh gerakan/ aksi momentuman (seremonial). Gerakan pemuda seharusnya memilih strategia taktik yang mampu sebagai penengah berdiri bersama barisan massa rakyat. Pemuda adalah tulang punggung bagi suatu bangsa dan negara. Di tangan pumudalah perubahan besar itu diraih.
Majunya zaman, membuat sebagian golongan kaum muda, terutama mahasiswa yang menciptakan gap pemisah untuk menghindarkan diri. Padahal, tugas dan tanggung jawab mesti diselesaikan secara kolektif. Baik itu, lewat gerakan maupun penyatuan gagasan yang revolusioner. Fenomena neoliberalisme sebagai salah satu faktor pola pikir dan ikrar pemuda yang pernah didengungkan. Banyak pemuda/ mahasiswa yang hedonis, apatis, pasif, dan berdiam diri melihat polemik bangsa yang ada. Nyatanya "agen perubahan" dijuluki mahasiswa hanya sebatas slogan belaka.
Kaum muda dituntut produktif, kreatif, inovatif, dan berbudi luhur. Baik memberi gagasan maupun tindakan nyata akan perubahan terhadap bangsa maupun negeri yang tercinta ini.
Hal pokok yang dijadikan pijakan dari Sumpah Pemuda, yaitu semangat kolektif dan perlawanan sampai titik darah penghabisan terhadap Neoloberalisme. Inilah musuh, inilah jadi malapetaka yang mencerai-beraikan kita. Seperti Bung Karno katakan "Api Sumpah Pemuda harus kita ambil dan kita nyalakan. Kalau sekedar mewarisi abu, saudara-saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah satu bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air. Tapi itu bukan tujan akhir".
Penulis: Djafar Abdoel Aziz Hamid
(Sekretaris Eksekutif Kota LMND Makassar)
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Bosowa Makassar
Komentar