Dunia pendidikan adalah salah satu tempat menimbah
ilmu. Baik pendidikan formal, informal, dan nonformal. Karena tujuan dari pada
pendidikan adalah ‘usaha sadar untuk memansiakan manusia (humanisasi)’. Usaha
sadar tersebut, tidak terlepas dari sistem dan kurikulum yang diterapkan pada
setiap jenjang pendidikan. Dalam proses belajar-mengajar, dibutuhkan suatu
interaksi yang ilmiah, kreatif, serta demokratis. Sehingga tidak ada penindasan
dalam dunia pendidikan. Menciptakan pola pikir melalui dunia pendidikan, maka
dibutuhkan keterlibatan dan peran serta tenaga pendidik, pemerintah,
masyarakat, dan peserta didik itu sendiri.
Realitas yang terjadi sekarang adalah pendidikan
hanya sebatas syarat formal untuk mendapatkan ijazah tanpa didukung oleh ilmu
dan pengetahuan yang memadai. Sehingga lahirlah sarjana yang tidak peka
terhadap masyarakat luas setelah menamatkan studinya.
Wadah pendidikan selalu berkait erat dengan
kesenangan mengikuti kemajuan zaman. Sehingga tidak tertinggal di dunia yang
serba modern. Dunia yang penuh dengan kemajuan berbagai tekhnologi. Hal seperti
ini terjadi, maka tidak salah konsep yang ditawarkan Shoe Hok Gie tentang
mahasiswa, yaitu “politik, pesta, dan cinta”. Politik di dunia pendidikan
adalah lemahnya daya kritis untuk merespon polemik yag terjadi di internal
Perguruan Tinggi (PT) dan wacana di luar pendidikan itu sendiri. Minimnya
analisis wacana membuat sebagian masyarakat kampus menerima politik yang selalu
bermain dengan uang. Maka tak heran dunia pendidika diwarnai dengan budaya
kompromistis merajalela di lingkaran kampus.
Pesta yang tergambar adalah kesenangan yang jauh
dari tujuan pendidikan dan arah gerak pendidikan yang termktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan (Sisdiknas). Banyak pihak yang menyatakan Sisdiknas pun
mengandung kepentingan yang berbau liberisasi. Karena beberapa pasal dan ayat
kontradiktif dengan amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu “Mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia”.
Cinta yang dibicarakan di sini, harus dikerucutkan.
Karena cinta memiliki makna yang luas. Tergantung teori dan pendekatan yang
dipakai untuk memberi batasan terhadap definisi cinta. Cinta yang dimaksud
adalah cinta ala mahsiswa dan mahasiswi. Cinta antara dosen dan mahasiwa, dan
cinta antara dosen dengan dengan dosen. Tetapi kenapa cinta berujung saling
merugikan? Ini merupakan satu alasan, yaitu adanya kenyamanan anatara mahasiswa
dan dosen untuk memudahkan pemberian nilai.
Makassar
Kamis 23 Maret 2017
By: Djik22
Komentar