Panggilan kondisi tak bisa ditawar protes untuk bersikap masa bodoh. Karena siapa yang menjauhkan diri dengan kondisi, maka seleksi alam akan menjadi puncak akhir menyaring jalannya prinsip hidup. Apalagi, bagi orang-orang yang menaklukan kondisi dunia menggila dimakan roda zaman yang pongah.
Dunia hitam putih perjuangan, tak mudah hanya diarahkan dengan praktik 'mengembalikan telapak tangan' yang sedang merayu layu. Tapi, hitam putihnya perjuangan adalah gerak langkah kita mampu menerobos batas uji adrenalin. Karena semakin masuk ke dalam gelanggang impian, maka rintangan selalu menghadang dengan jaring laba-laba. Seolah mulai menulis lilitan pada ukiran memberi kode untuk dibuka.
Kecuali, pilihan datang dari pola pikir alamiah. Yang mengatakan 'tak perlu bersusah payah dalam menakhodai hidup' dalam dunia nyata. Karena problematika dan kebengisan tatanan sosial adalah sebuah takdir. Apakah terus diam dimakan rentetan sejarah yang bukan kita ciptakan dengan bara api dan semangat menyala-nyala? Tak ada yang mampu mengukur kadar perjuangan di gelanggang jalanan mau pun ruang-ruang ideologis. Tapi, setidaknya kita harus menjadi 'api sejarah' yang terus menghangatkan kala dingin dan hujan gerimis membasahi lapangan bumi tempat berdiam.
Ibaratnya, masa muda adalah pengorbanan sekuat-kuatnya. Maka jangan biarkan waktu pergi dan berlalu begitu saja. Karena dimana pun zaman, dimana pun perubahan selalu dipelopori oleh kaum muda. Terus apa yang harus didengungkan saat masa muda dikuasai teknologi digital dan dunia online penunjuk arah pasar bebas?
Namun, kaca mata objektif menjadi pola membudaya. Sehingga metode dialektis tak usang dalam mengkaji apa pun. Sampai dalam medan perjungan selalu menjadi pemantik untuk terus bergelora. Akan tetapi di akhir dari perjuangan, selalu saja panggilan adalah 'kembali ke rumah' yang selalu merindu.
Makassar
Selasa, 9 Oktober 2018
By: Djik22
Dunia hitam putih perjuangan, tak mudah hanya diarahkan dengan praktik 'mengembalikan telapak tangan' yang sedang merayu layu. Tapi, hitam putihnya perjuangan adalah gerak langkah kita mampu menerobos batas uji adrenalin. Karena semakin masuk ke dalam gelanggang impian, maka rintangan selalu menghadang dengan jaring laba-laba. Seolah mulai menulis lilitan pada ukiran memberi kode untuk dibuka.
Kecuali, pilihan datang dari pola pikir alamiah. Yang mengatakan 'tak perlu bersusah payah dalam menakhodai hidup' dalam dunia nyata. Karena problematika dan kebengisan tatanan sosial adalah sebuah takdir. Apakah terus diam dimakan rentetan sejarah yang bukan kita ciptakan dengan bara api dan semangat menyala-nyala? Tak ada yang mampu mengukur kadar perjuangan di gelanggang jalanan mau pun ruang-ruang ideologis. Tapi, setidaknya kita harus menjadi 'api sejarah' yang terus menghangatkan kala dingin dan hujan gerimis membasahi lapangan bumi tempat berdiam.
Ibaratnya, masa muda adalah pengorbanan sekuat-kuatnya. Maka jangan biarkan waktu pergi dan berlalu begitu saja. Karena dimana pun zaman, dimana pun perubahan selalu dipelopori oleh kaum muda. Terus apa yang harus didengungkan saat masa muda dikuasai teknologi digital dan dunia online penunjuk arah pasar bebas?
Namun, kaca mata objektif menjadi pola membudaya. Sehingga metode dialektis tak usang dalam mengkaji apa pun. Sampai dalam medan perjungan selalu menjadi pemantik untuk terus bergelora. Akan tetapi di akhir dari perjuangan, selalu saja panggilan adalah 'kembali ke rumah' yang selalu merindu.
Makassar
Selasa, 9 Oktober 2018
By: Djik22
Komentar