Angin membawa riak
Menyampaikan salam berkalung selendang
Suhu udara kedinginan
Bernyanyikan burung-burung
Bersiulan binatang malam
Di perbatasan kesepian belukar
Semak-semak pintu kulewati
Berucap salam menunduk haru
Deru di kedinginan bukit
Bertebaran sinar bintang-gemintang
Memberi napas panjang kehidupan
Deru di kedinginan bukit
Kusaksikan alammu yang subur
Ditanami keanekaan bibit
Tetap bersemayam anak penghuni
Deru di kedinginan bukit
Tersimpan karun berharta berlian
Tak terjual bergadaikan nyawa
Merinding tak kala dicabut
Airnya mengalir berwarna keemasan
Tumbalmu penuh kehormatan
Mata darah perkokohnya alam
Demi harga diri rahimmu
Deru di kedinginan bukit
Berabad mata menyaksi tajam
Pandangan menerawang
Merinding bulu kudukku
Sembari gonggongan anjing menghitam
Mengejar seolah musuh turun-temurun
Padahal bertanda peristiwa
Bertandanya mala petaka di perkampungan
Baik nyawa atau dilahirkan
Penuh serbuan mendapat jatah
Deru di kedinginan bukit
Suburnya tanahmu menanami pohon
Penghasil kopi berharumkan halia
Penumpukan kelapa nyiurnya melambai
Berladangkan cokelat terserang hama
Oh hunian yang indah
Kutemukan di kediaman beringin
Berbisik suara dari timur penjuru
Berbisik perlahan menghalus hilang
Warisan nilai kejujuran
Terkikis bergeser ditinggal
Dengan kesombongan akal berbedil
Larutkanlah malam dalam gubuk
Entah azimat apa dibacakan
Sesajen yang jadi peninggalan
Inilah sebenarnya warisan asli
Mata penjuru berkeramat raya
Makassar
Rabu, 20 Desember 2017
By: Djik22
Komentar