Hidup gemerlap penuh kesakitan
Penuh kepahitan mengecam mati rasa
Penuh kekesalan keluh
Keluargaku dihina
Saat detik nadi tak berputar
Meminta mengintai menengok
Kepada sanak terdekat
Kepada orang yang terdekat
Kepada orang yang kupercayai
Tapi kuraih cemooh pongah
Bagaimana rasanya tak punya ayah?
Telah lama pergi ke panggilan
Telah berdiam di pembaringan
Ah...
Kumerindukan sosokmu ayah
Kenapa ayah berlarut?
Kenapa ayah meninggalkan kehangatan?
Darah anakmu masih berharap
Darah mengering menyerang sakit mengurus
Kejamnya bara kehidupan
Keberatan hasrat dipojokan dipikul
Bermimpi telah kutanam
Di tanah perantauan
Dengan kemandirian kuusaha
Dengan kesedihan membadai
Pada gelombang deras
Pada pelaut ulung menjelajah
Ayah...
Dimana tempatmu?
Surgakah menimpah
Nerakakah pembenci
Lekaslah doaku diterima
Lekaslah kutemui di alam firdaus
Kejamnya kehidupan
Kenapa mereka bahagia?
Kenapa saudaraku sederhana?
Inikah suratan gairah tangan
Inilah takdir memanggil musim
Kuantarmu di penguburan
Kuantarmu diri jatuh pingsan
Di dalam tersimpan jasadmu
Mereka berpendidikan
Mereka jadi jelmaan maha guru
Kutanamkan dalam berderu
Akan kubuat yang lebih
Akan kugenggam segala arah
Kejamnya deru kehidupan
Ibu terkadang kubenci
Hidup berperan berani
Kakak kuhujat tapi mencintai
Mantan kubuang jauh
Sebab ia egois
Sebab ia sombong
Tapi apakah ini kebajikan
Bila sikapku ini masa bodoh
Terpenting kuraih cita
Terpenting terus mandiri
Terjawab surga pelabuhan terakhir
Ditemani bidadari
Disodori jamuan mewah
Jalan ini terus kulalui
Setapak ini tak lagi liku
Kekuatan telah menyatu
Ayah...ibu...keluarga
Telah memberi napas baru
Makassar
Rabu, 27 Desember 2017
By: Djik22
Komentar