Kemarahan langit berkepanjangan
Membasuh peluh punggawa
Membasahi tokoh berkarismatik
Terlarut langit meneriaki bising
Sejuta pecahan beling bermutiara
Seribu kenangan pahit berseri
Sangkarnya berbelit memiluh
Berterbangan angin sepoi mengecil
Ada harapan menyandar
Masih dapat terpatahkan
Dibawa deru diri berduri
Pahitnya bak rasai secangkir kopi
Kutiduri malammu
Kutelanjangi dalam terangnya ruang
Terbangun lesu memucat
Mencoret tumpahan dengan ukiran
Gerimis mengakhiri Desember
Cepatlah berlalu
Tinggalkanlah kelikir bertusuk
Seperti lebah menyengat mangsa
Saat badai bulan ganjil
Gerimis bertanda kesuburan
Tetap ada yang menolak
Tetap ada yang membenci
Sebab berbunganya mawar baru
Merahnya mawar berduri
Menunggu undanganmu
Menanti simpati setelah Desember
Palsunya catatan berlatar hitam
Kini berganti potret baru
Beginilah kegersangan kening
Ketika otak berlagak kaku
Darimu oh Desember
Telah menitipkan ilham
Telah mengajari kekuatan
Telah mendewasakan cakrawala
Telah tahan dari serangan badai
Sebab ajaranmu adalah cinta
Pengkhianatanmu kujadikan kesetiaan
Yang tak mudah goyah
Ajarilah kepribadian berwatak
Ajarilah sekali lagi
Walau lewat kata berirama
Lewat bahasa simpatimu
Mendoakan dari kejauhan
Makassar
Kamis, 21 Desember 2017
By: Djik22
Komentar