Langsung ke konten utama

TERANG YANG BERHENTI (421)

#Part 01

Tentang sinar dan cahaya adalah sebuah jalan. Sebab terang melahirkan sinar yang berjalan di malam ketika gelap. Pasti akan muncul tanya, bagaimana dengan pagi? Tetap akan ada sinar kapan pun. Baik siang menuju malam dan malam menuju pagi.

Kala tangan terbata mengukir di gelap yang sedikit terang di akhir bulan perjuangan menggugah hati membuat tertarik. Hingga tetap melukis tentang indah yang sebentar lagi akan pergi. Walau pun datangnya penuh usaha dan perlawanan, sampai meraih yang diimpikan. Tapi saat ini, hari mulai berbisik dan lebih berpihak untuk pergi.

Entahlah, bila pergi adalah pilihan. Maka jangan sisahkan kenangan yang mendalam. Apalagi tak kala yang ditinggalkan adalah sakit. Maka sepanjang waktu, lebih banyak menerima luka yang membara bersemayam dalam kalbu.

Bisakah kau hentikan luka kalau kau tak berada di sampingku? Bagaimana kau tahu tentang keadaan diri? Ketika kau pergi tinggalkan air mata? Semoga akan tiba saatnya, kalau air mata mampu dihapus dengan perlahan yang bukan dirimu.

Sebab, sudah banyak air mata yang mengalir. Tapi tak satu pun mampu bertahan mengikuti putaran waktu. Kebanyakan memilih berpindah dari pada tetap bertahan. Karena banyak mengeluh dan pasrah.

"Untuk apa bertahan? Kalau yang diraih adalah janji". Tanyamu padaku di malam dingin.

"Atau kau takut janji yang memaniskan bahasa?"

Saat itu, kepalamu menunduk dan menitihkan air mata. Seolah mengalahkan aliran air yang mengalir kala musim hujan. Tapi sayang, hujan adalah ciptaanmu yang jatuh di pipi indahmu.

Aku tak bisa menjabarkan lebih dalam tentang baikmu. Apalagi kugambar lewat karya yang mahadasyat. Sebab yang kulukis tidak akan usai dan kugambar akan melahirkan imaji baru yang terus memanggil.

"Buat apa terus berimajinasi ketika harapan berhenti diserang kemarau?"

"Setidaknya kemarau adalah kering yang mengajarkan cara bertahan". Jawabku sambil mengelus tangan sebelah kiriku.

Rupanya takut begitu dekat. Hingga kau definisikan diriku menyamai yang lain. Padahal, luka antara kau dan aku terima adalah salah memaknai. Bagaimana kau mampu menghalangi badai? Kalau pristiwa kecil tak mampu kau bertahan untuk melalui.

Setidaknya, kecil dan besar sebuah rentetan jalan panjang adalah menerima 'proses' dengan lapang tanpa harus mengeluh. Karena aku tak pernah mengajarkan kau tentang 'mengeluh' tanpa berusaha. Yang kuberikan adalah cara bertahan yang baik dalam keadaan apa pun.

Lalu protesmu saat tatapan matamu menyoroti bola mataku.

"Bagaimana aku bertahan? Bila berkali-kali sumpah serapah yang diberi. Apalagi aku merasa tak terlalu dianggap".

"Aduh... Aku heran dengan bahasamu barusan. Kenapa kata-kata itu kau ungkapkan tanpa harus menimbang. Harusnya berpikirlah sebulum memilih kata. Apalagi yang kau ucap adalah perasaan. Bukan bahasa para politisi yang menggoda massa untuk terpikat".

Karena aku pernah bahasakan padamu di malam Kamis tepat pukul sepuluh malam.

"Aku tak akan jadi politisi atau masuk dalam sistem yang mengingat".

Masih di malam itu, ketika aku terus mengingat. Ternyata kau tak kalah seru untuk menjawab pernyataanku.

"Jika sistem yang mengingat adalah cara kau mengelak, maka kau akan tetap mengingkari segala janji yang terucap".

Suasana jadi hening lagi. Ketika jawabanmu dengan lembut sambil membelai rambut ikalmu.

Malam itu, adalah pristiwa yang tak bisa kulupakan. Sampai aku lebih mencintai malam dan pagi. Dari pada siang dan sore. Bukan aku tak ingin mencintai semuanya. Setidaknya, aku memilih hanya satu pasang. Biar ketakutanmu tentang berpindah hati mulai mengurang. Apalagi dihubungkan dengan logika para politisi, maka aku akan berpindah ke calon yang lain. Tapi dengan tegas kukatakan.

"Aku dididik untuk jadi pribadi yang konsisten. Bukan menjadi abu-abu di Rabu kelabu. Sebab Rabu telah lewat kemarin".

"Lantas kau lupa tentang kemarin?" Tanyamu padaku.

"Bukan melupakan yang pernah lewat, tapi..."

Kau lanjutkan seolah penasaran dengan bahasa lanjutan.

"Tapi apa?"

"Tapi... Aku mengambil yang kemarin adalah kebaikan dan melupakan yang buruk mulai hari ini dan esok mendatang".

Kau tertawa kecil seolah tak percaya. Namun dirimu lebih tahu tentang diriku dibandingkan orang-orang terdekatku. Tapi semuanya hanya jadi cerita, hanya tinggal kenangan tanpa harus bersama lagi.

Kalau memang bersama adalah membuatmu tak nyaman dan sinarmu mulai mengurangi terang, maka aku harus memilih pergi tanpa menjanjikan hal yang lebih indah lagi. Sebab yang indah akan terus bersemayam dalam hatiku. Hingga terus kujaga tak kala maut menjemput.


Papilawe
Jumat, 29 Juni 2018
By: Djik22

Komentar

Populer

FILOSOFI DAUN PISANG

Harapan dan mimpi dari setiap kepala tidak semua terpenuhi dengan usaha dan praktik. Tapi masih membutuhkan untuk saling dekat dan merespon segala polomik. Di masa yang akhir ini, perutmu telah melahirkan bayi yang masih merangkak dipaksa berjalan di kerikil jalan persimpangan. Dari rawat dan buaian, telah membuka mata batin, mengevaluasi adalah jalan yang tepat. Karena kurangnya menilai dari setiap sisi. Sehingga lahir dua persimpangan kiri kanan jalan. Mata telah terang, langkah sudah tepat, bersama sudah terpupuk, kesadaran mulai bangkit. Berdiri dan bergerak. Saatnya cahaya jadi penerang. Titipan amanah 20 21 11 14 jadi bahan belajar bersama. Filosofi "Daun Pisang dan Bidikan Panah yang Tepat" telah ditemui jawaban dan makna yang dalam. Dia bukan sekedar kata, tapi dialah nyawa setiap yang di dalam. Makassar, April 2017 By: Djik22

TOGAKU TAK IBU SAKSIKAN

Perjuanganmu ibu Mengantarkanku meraih mimpi Mataku lembab berhari-hari Setiap saat mengingat ibu Harapan ibu Aku tetap kuat Aku tetap melaju Tapi ibu Saat bahagiaku Takku tatap lagi ibu Wajah bersinar hadir dalam mimpiku Kala itu ibu Ibu Toga dan pakian kebahagiaanku Semua untuk ibu Togaku tak ibu saksikan Karena ibu telah tiada Yakinku ibu senyum melihatnya Tetap tersenyum di sisiku ibu Dua puluh tiga November dua ribu tiga belas Dua kali dengan angka tiga Ibu telah berbaring bergegas Makassar Minggu, 1 Oktober 2017 By: Djik22

PERLUKAH JEMBATAN PALMERAH?

Sedikit menggelitik, ketika wacana pembangunan jembatan Palmerah. Wacana ini, hadir di beberapa tahun terakir. Di tahun 2017, tidak kala seksi pendiskusian jembatan Palmerah. Maka muncullah pro dan kontra. Padahal merefleksikan wacana ini sangat penting. Kenapa Wacananya Jembatan Palmerah? Mari kita menganalisa secara seksama. Pertama, jembatan Palmerah adalah sejarah pertama di Indonesia bila terbangun. Karena menyambungkan dua pulau, yaitu Pulau Adonara dan Pulau Flores (Larantuka). Jarak jembatan Palmerah dengan panjang bentangan 800 meter akan dipasang turbin 400 meter. Kedua, persoalan proses pembangunan jembatan Palmerah dibutuhkan dana tidak sedikit. Diperkirakan dana mencapai Rp. 51 triliun. Hal ini, perlu dipikirkan. Karena Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi NTT pada tahun 2016 hanya mencapai Rp. 3,8 triliun. Sama halnya pemerintah mengajak kita mengutang dengan investor (swasta). Ketiga, jembatan Palmerah bukan proses meninabobokan masyarakat Flores Timur

ADONARA DALAM PUISI

Petuah kata sejarah Masih temani kaki untuk melangkah Dalam bayang-bayang ibu kuatkan hari Dalam jelmaan ayah pancarkan cahaya hati Hingga tebal awan kota Ingatkan suasan desa Dihimpit berdiri megahnya Ile Boleng Didekatkan Bukit Seburi tanah kampung Karena kitalah gunung yang berdiri Karena kitalah bukit yang menyapa Membawa bisikan bahari Ketika menghadap ke arah pantai Sampai kata dan petuah terus mengikut Wariskan api dari generasi ke generasi Tentang pentingnya menjaga kata Tentang indahnya memakai tenun ikat Maka... Tak kulupakan petuah indah dan keramat Tak kuingkari segala kata-kata bernyawa Di atas alam ditaburi darah dan air mata Karena air mata Bukan hanya tentang tangisan Bukan hanya tentang derita tanpa rasa Namun air mata darah tanda perjuangan Maka... Untuk mengingatmu yang di gunung Untuk mengenangmu yang di pantai Aku mengisi kata-kata lewat puisi Karena darah dan bisikan kata terus diasa Biar perang telah terganti buka dan pena

ANTARA (576)

Sering ada perbandingan pada kata 'antara' ketika diapit oleh kalimat. Antara kau dan aku ternyata banyak perbedaan, antara kau dan dia memiliki banyak kesamaan. Antara pacar dan mantan adalah orang yang pernah berlabu dan sementara bertahan. Baik terkandas di tengah jalan, mau pun mampu melewati batas getir yang melampau kesabaran. Namun, pada kata 'antara' seolah jadi misteri yang tersembunyi. Serupa kolom kosong yang disembunyikan dengan untain doa. Lalu, dipercaya menjadi sebuah legenda atau mitos. Bagaimana sesuatu yang dipercaya tapi tak pernah diinderai? Apakah setan yang berpenampilan putih pada malam Jumat hanya menakut-nakuti? Kemudian muncul pertanyaan, siapa yang menjahit pakian putih yang dipakai setan? Ulasan ini, aku dapati saat duduk di bangku SD. Sang guru selalu menakut-nakuti pada setiap siswa. Bahwa malam Jumat selalu ada tanda ketika melewati tempat-tempat gelap. Saat itu, aku dan kawan-kawan sebayaku selalu percaya. Namun, batang hidung p

KARYAMU TETAP MEMIKAT

Foto: Abdul Rahim (Khalifah05) Ketika doa-doa Telah kau panjat Dengan lemah-lembut Pada Tuhan Yang Esa Tak lupa pula Pintamu Pada para pendahulu Dengan merinding bulu-bulu Begitu dalam penghayatan Bersama angin Bersama waktu Bercampur masa lalu Maka... Yakin pun mendalam Tak secuil akan buram Tampak pada kaca belaka Namun ia selalu melekat Selalu mempererat Antara roh dan jasat Hingga karyamu tetap memikat Makassar Jumat, 21 September 2018 By: Djik22

PEMUDA SAHABAT PERUBAHAN (397)

Indonesia adalah negara yang terdiri dari ragam perbedaan. Baik suku, ras agama, budaya, dan corak berpikir. Inilah bagian kekhasan dari bangsa ini. Dengan kekhasan tersebut, maka tak heran bangsa Indonesia dikenal dengan kemajemukan dan menjujung tinggi perbedaan. Sebab perbedaan adalah varian dari semangat menuju persatuan. Belum lagi menerobos batas wilayah yang terdiri dari beberapa provinsi. Perlu kita menelisik lebih jauh lagi tentang bagaimana membangun tatanan bangsa. Supaya mampu keluar dari zona ketertinggalan. Ternyata, ketertinggalan adalah salah satu masalah dari apa yang dirasakan setelah revolusi Indonesia didengungkan. Walau merdeka secara pengakuan sudah memhudata sampai ke telinga anak cucu. Tapi pertanyaan besar yang harus dijawab, Kenapa merdeka secara praktik/ penerapan jauh panggang dari api? Ketika secara penerapan dalam kehidupan berbangsa mulai melenceng dengan dasar negara, maka harus kembali mengamalkan nilai-nilai kebaikan yang telah diletakan oleh