Sudah sekian tahun. Aku memupuk rasa untuk dedikasi kepada yang mengagumi sekaligus yang membenci. Tapi rasa dan ingin terlalu cepat dibatasi. Hingga aku dipojokan dengan kata dan kutukan.
Padahal, dengan kepulangan membawa harapan besar. Namun sayang, semuanya tak direstui. Entah apa jadi alasan dalam zona dunia fatamorgana. Tapi alam semesta yang indah mengiyakan. Akan tetapi, keindahan yang melahirkan telah membelahku masuk ke jurang yang begitu dalam.
Sehingga kuputuskan dalam kata, kutuang dalam sanubari, dan kubatalkan yang terpupuk. Bahwa apa pun salah yang sengaja tercipta adalah kebuntuan yang kutemui. Bukan aku tak mampu melewati tantangan yang bermelodi, namun jalan panjangku selalu dibrenggus dengan sadis.
Apa pun yang kulakukan semenjak menginjakan kaki di Pulau Pembunuh adalah dengan ketenangan, keikhlasan, dan air mata bahagia. Tapi yang kupinta selalu dilanda dengan kata 'jangan' oleh bumi yang membesarkan.
Kusadari dengan analisis yang tajam. Bahwa 'Aku dan Cita-cita' adalah mata rantai kehidupan dalam kosmos bernapas. Sampai jalanku dipotong, langkahku dihengkang, dan niatku diolok oleh orang-orang terkasih. Tapi tak ada penyesalan. Namun hati ini tetap besar. Hingga kuputuskan untuk tak kembali jika pergi dalam waktu dekat.
Papilawe
Jumat, 6 Juli 2018
By: Djik22
Komentar