Kehidupan adalah panggung dari sebuah drama sementara. Lantaran persinggahan sesaat, maka banyak yang berbondong-bondong untuk memupuk kebaikan. Namun ada juga yang tetap berdiri dengan ketidak hati-hatian. Sampai yang salah jadi sebuah kebenaran.
Apakah sebuah kebenaran tak perlu dicari? Atau bersikap biasa-biasa dalam kehidupan yang penuh trauma masa lalu? Kalau memang masa lalu merupakan bagian dari sejarah, maka jangan lalai dengan pristiwa masa silam. Karena kejadian-kejadian kemarin sebagai loncatan menuju tangga perbaikan.
Bagaimana meraih tangga ketika pijakan mulai kuat? Namun panggilan 'selamat tinggal' terus berbisik. Belum lagi, bunyi hasutan menguji kesabaran dengan berdalil tanpa bukti. Rupanya, kata-kata tak lagi mewakili prikemanusiaan. Hingga mendesak dalam keadaan ramai.
Setidaknya diri ini bukan politisi yang suka berjanji, bukan juga koruptor yang menabur senyum di layar kaca. Apalagi, calon pembohong dan penggobral kata demi paras jabatan. Namun, diri ini adalah manusia yang berbudaya. Karena dalam tarikan nafas dan langkah kaki, selalu terpanjat doa keramat dan ajaran agama. Biar langkah kaki tidak kaku pada hentakan tajam menyerupai sembilu.
Kalau memang benar, aku adalah pihak yang salah. Maka coba tanyakan dengan nada rendah tanpa meninggi dengan desahan dan keputusan sebelah pihak. Cobalah menawar atas apa yang melanda. Biar salah dapat terbuka, benar dapat terungkap jadi senjata. Hingga jembatan penghubung tetap kokoh diserang badai.
Akan tetapi, badai sudah di depan mata. Sampai tak bisa diajak bertahan di jarak seratus meter. Biar di jarak lima puluh meter kubendung untuk menuju di negeri dua puluh dua. Negeri impian dan cita-cita yang terus bergelora. Kalau cita-cita dan kesepakatan telah dilanggar, maka menjauh sebagai pilihan akan dihargai tanpa harus dibeli. Karena kebaikan yang diperoleh selama ini, belum dapat terbalas dengan kata 'terima kasih'.
Biar dua ribu dua puluh dua karya yang terusun dalam bait karya, belum mampu mewakili usaha sadar tangan halus menimang. Karena benih suci selalu tertuang, hingga tetap tertanam dalam detak jantung dan aliran nafas.
Papilawe
Sabtu, 28 Juli 2018
By: Djik2
Komentar