Kalau memang benar hidup butuh pengaturan. Maka, janganlah bermain dengan aturan yang telah dibuat. Karena jika tidak, maka akan membawa malapetaka yang dirasakan bersama hembusan angin dan jatuhnya dedaunan. Kenapa daun terus jatuh mengotori bumi kita dibesarkan? Lalu kenapa sudah beranjak dewasa kebanyakan yang lalai?
Ah...Ternyata permainan terus berlanjut. Serupa hidup penuh drama yang dilakoni dengan curang. Sampai di batas patok pun orang-orang beranikan diri untuk melanggar. Hingga kesalahan dianggap sebagai budaya yang perlu diteruskan. Terus kapan tanah ini subur dengan kemajuan?
Belum lagi, banyak yang menikung. Sampai tak mengenal lagi dengan sehat dan pikiran berlian. Seolah kekuasaan jadi incaran dan jabatan mengalahkan akal budi dalam putaran drama keadilan.
Drama yang membuat penonton terbawa ke alam mimpi. Hingga tak sadar, ada aktor terbaik yang bersembunyi dengan kepentingan pribadi. Apakah hidup tak butuh kebersamaan? Atau kebersamaan tercipta lewat 'darah pembesar?'
Ini negara bukan neraka yang penuh api tanpa air. Tapi, kita (baca manusia) telah tercipta dengan berpasang-pasang oleh Yang Kuasa. Bukan masih dalam zaman kerajaan yang pekerjakan para pengikut. Belum lagi, di lihat di dunia nyata yang penuh canda dan derita. Sampai luka-luka belum tersembuhkan atas ulang si aktor.
Bukankah sebuah film terbaik mampu mengangkat semua faktor kehidupan? Atau etika dan budaya bukan wejangan utama dalam dunia layar kaca? Jangan-jangan layar kaca penuh penipuan dengan bayang-bayang semu menggoda mata dan pikiran. Sampai mendidik bagi yang menonton sebagai pendengar dan penonton yang manja.
Papilawe
Jumat, 27 Juli 2018
By: Djik22
Ah...Ternyata permainan terus berlanjut. Serupa hidup penuh drama yang dilakoni dengan curang. Sampai di batas patok pun orang-orang beranikan diri untuk melanggar. Hingga kesalahan dianggap sebagai budaya yang perlu diteruskan. Terus kapan tanah ini subur dengan kemajuan?
Belum lagi, banyak yang menikung. Sampai tak mengenal lagi dengan sehat dan pikiran berlian. Seolah kekuasaan jadi incaran dan jabatan mengalahkan akal budi dalam putaran drama keadilan.
Drama yang membuat penonton terbawa ke alam mimpi. Hingga tak sadar, ada aktor terbaik yang bersembunyi dengan kepentingan pribadi. Apakah hidup tak butuh kebersamaan? Atau kebersamaan tercipta lewat 'darah pembesar?'
Ini negara bukan neraka yang penuh api tanpa air. Tapi, kita (baca manusia) telah tercipta dengan berpasang-pasang oleh Yang Kuasa. Bukan masih dalam zaman kerajaan yang pekerjakan para pengikut. Belum lagi, di lihat di dunia nyata yang penuh canda dan derita. Sampai luka-luka belum tersembuhkan atas ulang si aktor.
Bukankah sebuah film terbaik mampu mengangkat semua faktor kehidupan? Atau etika dan budaya bukan wejangan utama dalam dunia layar kaca? Jangan-jangan layar kaca penuh penipuan dengan bayang-bayang semu menggoda mata dan pikiran. Sampai mendidik bagi yang menonton sebagai pendengar dan penonton yang manja.
Papilawe
Jumat, 27 Juli 2018
By: Djik22
Komentar