Sumber foto: Djik22
Masih saja tentang semesta yang tak habis dipuji dengan kata-kata berlantun majas. Tapi, harus dipupuk dengan semangat pelestarian dari setiap generasi. Biar tak ada penebangan, pembakaran liar, bahkan perusakan lain yang lebih fatal. Karena bila tidak, maka kering kerontak akan menyamai musim kemarau yang begitu getir.
Ketika batu-batu mulai hilang dari pandangan, terlihat jelas sepanjang alam luas alang-alang menguning berbaris rapi. Seolah kecemburuan ikut bergabung untuk bertanya pada sang tuan tanah. Karena alang-alang tersebut sisa sedikit dari bekas pembakaran lahan.
Apakah yang akan diceritakan bila alang-alang banyak khasiat bagi penyakit dan kegunaan lain semakin punah? Atau hanya pohon kelapa yang jadi atap kala musim hujan? Rupanya, penjagaan alam mulai berkurang. Karena kehidupan mengikuti zaman yang serba ada. Tanpa harus menggunakan dari apa yang tumbuh, yang ditanam, dan bahkan tumbuh dengan liar tanpa permisi.
Biar banyak yang mulai tak peduli, maka pohon-pohon yang melambai dengan sabar mulai menuju kekeringan. Sebab, air yag ditunggu begitu lamban tiba. Udara yang dinanti mulai tergabung dengan polusi para pengendara yang lewat dengan kesombongan tanpa peduli para petani sedang berjalan membutuh pertolongan.
Apalagi yang harus dinikmati? Kalau alam begitu luas tak digunakan dengan hati menjemput gembira. Seolah menanam ulang adalah kebencian. Sedangkan membakar dan menebang adalah sahabat.
Papilawe
Jumat, 3 Agustus 2018
By: Djik22
Komentar