Sejuta pertanyaan tak habis diukir dengan kanfas yang tak rapuh. Belum lagi, tinta basah selalu bersahabat tak mau pergi. Maka, pertanyaan terus berdatangan mengganghu separuh ketenanganku.
Bukankah kau mengerti tentang segala kesibukan diri ini? Atau sengajamu mewakili arus gelombang menjelang pemilu? Sehingga ramai berirama mengiringi kolom komentar dan postingan berita. Perlu kuingatkan dirimu yang masih dalam kesegaran dan denyut lirih yang tak berkesudahan. Bahwa "Manusia mana pun pasti memiliki kebosanan, namun janganlah terus mengorek seolah ada lubang hitam yang tersembunyi" pada deretan zaman yang sedang bergejolak. Karena tak banyak yang berani mengungkap dengan kejujuran. Semua ini, lantar politik punya mau, ego kelompok punya ingin, dan sederet golongan yang berkepentingan dengan jubah partai politik.
Kemudian aku bertanya di siang dan malam kala kau dan aku bertemu di bawah kibaran merah putih "Apa yang menimpa dirimu? Apakah kaummu dilindungi dengan jargon pro rakyat?" Lalu, diammu menandakan makna mendalam karena tak menjawab tanyaku.
Tiba-tiba rautmu berubah sembari menatap bola mataku "Tak ada apa-apa, aku heran tanyamu yang selalu menyerang" dengan sedikit menyindir. Karena bagiku "Politik adalah suatu cara, sedangkan partai politik harus mampu menampung aspirasi rakyat. Biar kelak oknum yang mewakilinya, dapat menjawab tantangan zaman dan kebutuhan rakyat". Jawabmu kala cahaya mulai pergi.
Papilawe
Selasa, 28 Agustus 2018
By: Djik22
Komentar