Untukmu yang pernah kulihat, yang pernah kutulis, dan pernah kudengar. Mata indah ini ingin terus menatap tanpa harus terpeleh buramnya malam. Tapi, apa hendak dipuja kalau malam begitu deras tak dibendung membuat gelap. Namun bukan menolak malam datang merubah keadaan. Sebab, malam pun memiliki makna mendalam berterang cahaya bintang yang sedang merayu.
Untukmu yang pernah kutulis, jangan ada penyesalan yang tak berkesudahan. Karena kata yang tersulam lewat jemari masih begitu jauh dari sebuah kata 'sempurna' bersaring ranting-ranting pohon yang jatuh. Sampai pelosok yang kupijaki begitu jauh dari kemerosotan keadaan. Sehingga tangan tetap merindu dengan sulaman berbalut bahasa penyejujuk jiwa. Maka, sesuai umur dan hitungan hari yang bertahan akan diberi kepanjangan dalam bernafas. Bila pergi tak disangka, itu merupakan kekhilafan dalam tak menjaga merawat.
Untukmu yang pernah kudengar dengan jarak dan kedekatan yang tak habis dipuja-puji. Tetaplah berapit-mengapit dalam menyumbang gugusan petuah yang membangun. Biar jalan yang kutelusuri tetap menjadi arah petunjuk menuju cita yang diasa. Bukan hanya merangkai dengan balasan kata dan kalimah merdu, tapi balasan kata-katamu selalu mendewasakan pikiran ini dari tangga satu menuju tangga berikutnya.
Maka dari yang kulihat, yang kutulis, dan kudengar tetaplah berdempetan dengan jiwa-jiwa yang sedang berkobar. Sehingga tak ada kisah kehilangan yang menyerang batin ini.
Papilawe
Rabu, 29 Agustus 2018
By: Djik22
Komentar