#Part 02
Bukan aku menolak badai di tahun-tahun sebelumnya diputar kembali bersama sang waktu. Tapi, langkah kakiku sudah jauh bersama ranting-ranting pohon yang bertahan pada batang. Maka berharap angin tak datang menggganggu, biar nafasku tetap menghelai bersama daun-daun yang sedang bernyayi.
Karena nyanyian selalu terus berkobar, melantungkan syair-syair indah menusuk sum-sum tulang belakang penguasa yang lalim. Pasti pikiran bijakmu bertanya "Untuk apa meneriakan syair perlawanan? Bukankah hidup ini berjalan untuk dinikmati?"
Oh... badai sejarah yang menyimpan banyak tabu dan cahaya. Kalau memang badai masih tabu, maka segera diluruskan untuk jadi bahan pertimbangan anak cucu. Namun badai sejarah penuh dengan cahaya, maka terus dipertahankan jadi pedoman generasi pelanjut. Karena aku, kau, dia, dan mereka tak ingin berpijak pada kesalahan.
Maka mari berjalan terus di atas pundi-pundi kebenaran yang sedang dikumpulkan. Karena hidup merupakan pecahan logam mata uang yang tak bisa dipisahkan begitu saja. Sisi yang satu menyimpan keburukan dan sisi sebelahnya menyimpan kebaikan. Maka berkiblatlah pada kebenaran, biar yang salah akan luntur dengan sendirinya.
Atau kau mengajakku untuk terus meratap badai hitam? Untuk apa meratap kalau tak diperbaiki mulau hari ini? Semoga usaha keringat nadi terus berlanjut seirama ayunan kaki. Biar masa silam yang pudar segera tergantikan dengan panggilan-panggilan bercahaya.
Papilawe
Senin, 27 Agustus 2018
By: Djik22
Bukan aku menolak badai di tahun-tahun sebelumnya diputar kembali bersama sang waktu. Tapi, langkah kakiku sudah jauh bersama ranting-ranting pohon yang bertahan pada batang. Maka berharap angin tak datang menggganggu, biar nafasku tetap menghelai bersama daun-daun yang sedang bernyayi.
Karena nyanyian selalu terus berkobar, melantungkan syair-syair indah menusuk sum-sum tulang belakang penguasa yang lalim. Pasti pikiran bijakmu bertanya "Untuk apa meneriakan syair perlawanan? Bukankah hidup ini berjalan untuk dinikmati?"
Oh... badai sejarah yang menyimpan banyak tabu dan cahaya. Kalau memang badai masih tabu, maka segera diluruskan untuk jadi bahan pertimbangan anak cucu. Namun badai sejarah penuh dengan cahaya, maka terus dipertahankan jadi pedoman generasi pelanjut. Karena aku, kau, dia, dan mereka tak ingin berpijak pada kesalahan.
Maka mari berjalan terus di atas pundi-pundi kebenaran yang sedang dikumpulkan. Karena hidup merupakan pecahan logam mata uang yang tak bisa dipisahkan begitu saja. Sisi yang satu menyimpan keburukan dan sisi sebelahnya menyimpan kebaikan. Maka berkiblatlah pada kebenaran, biar yang salah akan luntur dengan sendirinya.
Atau kau mengajakku untuk terus meratap badai hitam? Untuk apa meratap kalau tak diperbaiki mulau hari ini? Semoga usaha keringat nadi terus berlanjut seirama ayunan kaki. Biar masa silam yang pudar segera tergantikan dengan panggilan-panggilan bercahaya.
Papilawe
Senin, 27 Agustus 2018
By: Djik22
Komentar