Langsung ke konten utama

CERITA SEMESTA #1

Kucukupkan satu kali jadi pengemis, yang tak murah seperti harga barang-barang di pasar kumuh. Biar tak kaget kala harga melonjak. Namun, aku ingin jadi sebuah diri yang diapit oleh kejujuran tanpa ada persamaan masa silam. Karena masa kemarin telah jauh pergi saat kubertemu pulau tanpa penghuni di semesta yang menunggu. Kenapa kau menunggu? Apakah keberanian bersemayam di relung-relung sukma yang dipendam begitu dalam?

Jika memang memendam adalah alasan menguji, maka jangan tergesa-gesa terbawa angin suara dan kata. Sebab, aku dan kau tak ingin hadir sebentar lalu pergi menghilang di cerita semesta ini. Buatlah cerita semesta tetap indah menawan. Seperti kita saling belajar, saling berbagi, saling haru, dan hanyut dalam wejangan istimewa diskusi-diskusi hangat.

Atau kau takut semesta merebut kala kejujuran tutur kata tak seirama perbuatan? Ah... kukira ini bukan ujian semester yang harus diisikan soal-soal dengan jawaban memaksa otak. Namun, lembar itu harus dilengkapi dengan kompromi yang lembut tanpa harus merugikan yang lain. Karena yakinku, jalan mencari jawaban begitu panjang untuk diperjuangkan. Atau kau begitu takut kala hangat datang tapi pergi lagi?

Janganlah takut wahai si pulau cerita. Sebab, keberanian tak hanya datang dari akal dan wejangan kata. Akan tetapi, keberanian juga dipengaruhi oleh kondisi yang sedang digilas roda zaman. Maka terus maju dengan pikiran jernih, terus melangkah dengan budi membudaya, dan tetap bertahan pada garis putih dataran menggoda.

Ingatkah kau tentang pertanyaan yang memancing tawa sampai rumput-rumput malam pun bergoyang? Dengarkah dengan teliti setiap patahan kata yang keluar begitu saja tanpa harus direm dengan sengaja? Kalau kau tetap ingat, maka prinsip pijakanmu tak keluh menyerah termakan tanah yang kau pijaki. Karena, jasad boleh tiada. Namun gagasan akan menjelma terus-menerus bagi generasi pelanjut.

Tepat tengah malam di waktu angka ganjil. Selisih lima puluh tiga menit jarum jam berpindah ke pukul dua belas. Aku dan semesta begitu setia. Lalu, tak lupa kuajak dirimu untuk bersemayam dalam keheningan yang kaku. Tapi, tak ada kehabisan kata. Seolah-olah, kau dan aku sedang membaca sebuah teks berlembar tebal. Hingga saling bergantian untuk mengeja asa perasa.

Cerita semesta ini, bukan hanya tentang likunya jalan yang tercipta oleh sepasang bola mata indah. Akan tetapi, terbalut dari segala sisi. Hingga menjadi nada sambung tanpa harus disumbang merusak. Atau pertemuan menjadi alasan menyambung tali yang masih baru? Kalau memang tali adalah alasan, maka ciptakanlah ikatan yang kokoh menahan guncangan dasyat. Biar cerita semesta tetap meminta restu kepada leluhur dan Sang Pemilik bumi. Hingga tangan-Nya menyambung ikhlas dan khas tak ada tara dalam babat permulaan zona bising lalu lalang orang-orang yang lewat.

Aku bertanya lagi "Apakah risimu mewakili pohon dan jebakan pulau yang terinspirasi dari sang legenda Chairil Anwar?" Kemudian suasana jadi hening lagi pada menit-menit yang terus bertambah. Kalau memang menit terus bertambah sembari dihujani dengan tanya, maka bukan hanya satu pemikiran legenda yang terus membawa terbuai. Tapi banyak tokoh pengagum yang jasanya tak bisa dilukiskan mengharumkan pertiwi ini. Sampai kau dan aku bagian dari generasi bangsa yang tak haus kala mengeduk minuman terbalut garam. Karena di satu sisi, kau dan aku sedikit perbedaan. Tapi banyak persamaan yang terus melekat seperti kesukaanmu pada persegi. Aku pun mendunduk kala kata-katamu membuat haru. Yaitu, bisikanmu penuh semangat di tengah malam "Ayo semangat" dalam menyusun rancangan selanjutnya. Maka, cerita semesta kucukupkan di bagian satu baris kedelapan ini. Janjiku akan terpenuhi kala mataku masih terbuka lebar, telingaku masih bersih mendengar, tanganku masih lancar memahat patahan kata, dan tenagaku selalu direstui semesta untuk menambah indah cerita semesta.


Papilawe
Sabtu, 8 September 2018
By: Djik22

Komentar

Populer

FILOSOFI DAUN PISANG

Harapan dan mimpi dari setiap kepala tidak semua terpenuhi dengan usaha dan praktik. Tapi masih membutuhkan untuk saling dekat dan merespon segala polomik. Di masa yang akhir ini, perutmu telah melahirkan bayi yang masih merangkak dipaksa berjalan di kerikil jalan persimpangan. Dari rawat dan buaian, telah membuka mata batin, mengevaluasi adalah jalan yang tepat. Karena kurangnya menilai dari setiap sisi. Sehingga lahir dua persimpangan kiri kanan jalan. Mata telah terang, langkah sudah tepat, bersama sudah terpupuk, kesadaran mulai bangkit. Berdiri dan bergerak. Saatnya cahaya jadi penerang. Titipan amanah 20 21 11 14 jadi bahan belajar bersama. Filosofi "Daun Pisang dan Bidikan Panah yang Tepat" telah ditemui jawaban dan makna yang dalam. Dia bukan sekedar kata, tapi dialah nyawa setiap yang di dalam. Makassar, April 2017 By: Djik22

TOGAKU TAK IBU SAKSIKAN

Perjuanganmu ibu Mengantarkanku meraih mimpi Mataku lembab berhari-hari Setiap saat mengingat ibu Harapan ibu Aku tetap kuat Aku tetap melaju Tapi ibu Saat bahagiaku Takku tatap lagi ibu Wajah bersinar hadir dalam mimpiku Kala itu ibu Ibu Toga dan pakian kebahagiaanku Semua untuk ibu Togaku tak ibu saksikan Karena ibu telah tiada Yakinku ibu senyum melihatnya Tetap tersenyum di sisiku ibu Dua puluh tiga November dua ribu tiga belas Dua kali dengan angka tiga Ibu telah berbaring bergegas Makassar Minggu, 1 Oktober 2017 By: Djik22

PERLUKAH JEMBATAN PALMERAH?

Sedikit menggelitik, ketika wacana pembangunan jembatan Palmerah. Wacana ini, hadir di beberapa tahun terakir. Di tahun 2017, tidak kala seksi pendiskusian jembatan Palmerah. Maka muncullah pro dan kontra. Padahal merefleksikan wacana ini sangat penting. Kenapa Wacananya Jembatan Palmerah? Mari kita menganalisa secara seksama. Pertama, jembatan Palmerah adalah sejarah pertama di Indonesia bila terbangun. Karena menyambungkan dua pulau, yaitu Pulau Adonara dan Pulau Flores (Larantuka). Jarak jembatan Palmerah dengan panjang bentangan 800 meter akan dipasang turbin 400 meter. Kedua, persoalan proses pembangunan jembatan Palmerah dibutuhkan dana tidak sedikit. Diperkirakan dana mencapai Rp. 51 triliun. Hal ini, perlu dipikirkan. Karena Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi NTT pada tahun 2016 hanya mencapai Rp. 3,8 triliun. Sama halnya pemerintah mengajak kita mengutang dengan investor (swasta). Ketiga, jembatan Palmerah bukan proses meninabobokan masyarakat Flores Timur

ADONARA DALAM PUISI

Petuah kata sejarah Masih temani kaki untuk melangkah Dalam bayang-bayang ibu kuatkan hari Dalam jelmaan ayah pancarkan cahaya hati Hingga tebal awan kota Ingatkan suasan desa Dihimpit berdiri megahnya Ile Boleng Didekatkan Bukit Seburi tanah kampung Karena kitalah gunung yang berdiri Karena kitalah bukit yang menyapa Membawa bisikan bahari Ketika menghadap ke arah pantai Sampai kata dan petuah terus mengikut Wariskan api dari generasi ke generasi Tentang pentingnya menjaga kata Tentang indahnya memakai tenun ikat Maka... Tak kulupakan petuah indah dan keramat Tak kuingkari segala kata-kata bernyawa Di atas alam ditaburi darah dan air mata Karena air mata Bukan hanya tentang tangisan Bukan hanya tentang derita tanpa rasa Namun air mata darah tanda perjuangan Maka... Untuk mengingatmu yang di gunung Untuk mengenangmu yang di pantai Aku mengisi kata-kata lewat puisi Karena darah dan bisikan kata terus diasa Biar perang telah terganti buka dan pena

ANTARA (576)

Sering ada perbandingan pada kata 'antara' ketika diapit oleh kalimat. Antara kau dan aku ternyata banyak perbedaan, antara kau dan dia memiliki banyak kesamaan. Antara pacar dan mantan adalah orang yang pernah berlabu dan sementara bertahan. Baik terkandas di tengah jalan, mau pun mampu melewati batas getir yang melampau kesabaran. Namun, pada kata 'antara' seolah jadi misteri yang tersembunyi. Serupa kolom kosong yang disembunyikan dengan untain doa. Lalu, dipercaya menjadi sebuah legenda atau mitos. Bagaimana sesuatu yang dipercaya tapi tak pernah diinderai? Apakah setan yang berpenampilan putih pada malam Jumat hanya menakut-nakuti? Kemudian muncul pertanyaan, siapa yang menjahit pakian putih yang dipakai setan? Ulasan ini, aku dapati saat duduk di bangku SD. Sang guru selalu menakut-nakuti pada setiap siswa. Bahwa malam Jumat selalu ada tanda ketika melewati tempat-tempat gelap. Saat itu, aku dan kawan-kawan sebayaku selalu percaya. Namun, batang hidung p

KARYAMU TETAP MEMIKAT

Foto: Abdul Rahim (Khalifah05) Ketika doa-doa Telah kau panjat Dengan lemah-lembut Pada Tuhan Yang Esa Tak lupa pula Pintamu Pada para pendahulu Dengan merinding bulu-bulu Begitu dalam penghayatan Bersama angin Bersama waktu Bercampur masa lalu Maka... Yakin pun mendalam Tak secuil akan buram Tampak pada kaca belaka Namun ia selalu melekat Selalu mempererat Antara roh dan jasat Hingga karyamu tetap memikat Makassar Jumat, 21 September 2018 By: Djik22

PEMUDA SAHABAT PERUBAHAN (397)

Indonesia adalah negara yang terdiri dari ragam perbedaan. Baik suku, ras agama, budaya, dan corak berpikir. Inilah bagian kekhasan dari bangsa ini. Dengan kekhasan tersebut, maka tak heran bangsa Indonesia dikenal dengan kemajemukan dan menjujung tinggi perbedaan. Sebab perbedaan adalah varian dari semangat menuju persatuan. Belum lagi menerobos batas wilayah yang terdiri dari beberapa provinsi. Perlu kita menelisik lebih jauh lagi tentang bagaimana membangun tatanan bangsa. Supaya mampu keluar dari zona ketertinggalan. Ternyata, ketertinggalan adalah salah satu masalah dari apa yang dirasakan setelah revolusi Indonesia didengungkan. Walau merdeka secara pengakuan sudah memhudata sampai ke telinga anak cucu. Tapi pertanyaan besar yang harus dijawab, Kenapa merdeka secara praktik/ penerapan jauh panggang dari api? Ketika secara penerapan dalam kehidupan berbangsa mulai melenceng dengan dasar negara, maka harus kembali mengamalkan nilai-nilai kebaikan yang telah diletakan oleh