Sumber foto: Google
Tak elok bila
bangsa yang besar ini mulai buram pada catatan sejarah tentang dunia
jurnalistik. Dan memberi kabar kepada Republik yang baru berjalan harus
mandiri, berdaulat, dan merdeka. Hingga rasa syukur melanjutkan tangan Pram
yang telah menggores tinta, tenaga, dan keringat pada roman Tetralogi
Buru ("Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak langkah, Rumah Kaca") tokoh Minke serta catatan khusus pada 'anak rohani' yang dinamai
Pram sebagai "Sang Pemula."
Raden Mas Tirto
Adhi Soerjo (1880-1918) atau Minke dalam Tetralogi Buruh adalah anak seorang
priyayi terkemuka di Jawa Tengah. Tirto adalah murid Hogere Burgerschol (HBS), mahasiswa kedokteran
di School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA), dan aktivis pergerakan bergelut sebagai wartawan. Tirto merupakan
kepala redaksi Medan Prijaji. Namun bukan hanya sebagai kepala redaksi, Tirto
juga menjadi penulis tetap di surat kabar Poetry Hindia, Soenda Berita,
Pembrita Betawi, Soeloeh Keadilan, Soeara Spoor & Tram.
Sebagai
wartawan, Tirto membuat tulisan menggegerkan banyak yang "Moentah Darah".
Karena cara dan keterampilan menulisnya mengempaskan sebuah pilihan hidup,
menitip rasa merdeka pada jiwa kaum pribumi, dan mendidik rakyat dengan
pergerakan lewat dunia jurnalistik. Bahasa Melayu berperan penting mengayuni
pena dan deru mesin sebagai alat komunikasi nasional.
Namun, Tirto mengajarkan anak bangsa lewat pengetahuan, ketajaman
pena, dan menyatukan rakyat biar tak buta pada mata sejarah. Maka jangan
lupakanlah ia! Tetaplah dalam suluh peradaban menggema.
Makassar
Sabtu, 15 September 2018
By: Djik22
Komentar