Dunia hitam putih larutkan mimpi yang terbuai. Sampai annggota tubuh menjerit kesakitan, lantaran kuasa tak mampu menahan sabar disandaran yang berkecukupan. Belum cukupkah kau torehkan luka? Belum pauskah jemarimu melantun kata di lembar kuasa? Sampai posismu aman tapi berbahaya dipandang mata, dirasakan oleh jiwa-jiwa yang meronta.
Atau dunia kau artikan sebagai panggung sandiwara? Lalu siapa sebenarnya pemeran terbaik yang pernah disaring? Ah...kukira dunia tak sekejam perbuatanmu, tak segila pemikiran licikmu. Sampai banyak tubuh sebagai korban, banyak badan merasakan piluh sejarah.
Perlu kuingatkan, bahwa "Dunia tak seluas pandangan matamu, tak sesempit ruang gerakmu" yang penuh dengan kesopanan buatan. Hingga lagakmu berirama kebencian, parasmu bergaya kain kusam yang terkena noda. Sampai terpoles jelas di langkah kakimu yang penuh kaku.
Sandiwara apa yang sedangkan kau mainkan? Apakah dasar pikirmu menganggap yang lain buta dan tuli? Hingga detak jantung dan tarik nafas bingarmu tak diketahui? Jangankan nafasmu berhembus, kedipan matamu saja mudah ditebak tanpa harus makan biaya. Padahal, gayamu penuh biaya. Entah dari mana kau dapat rupiah karena kemerosotan ekonomi.
Apakah kau salahgunakan rupiah? Hingga korupsi dianggap kebaikan? Maling dianggap sebuah kerja sama yang baik? Cukup kau dan komplotanmu yang serakah. Tapi, jangan ajak yang lain untuk terlibat. Karena panggung duniamu didasari dengan ketamakan.
Papilawe
Kamis, 6/9/2018
By: Djik22
Komentar