Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) harus dilihat dari dua sisi. Pertama, pengguna teknologi memanfaatkan media (internet) sebagai bahan referensi dan alat untuk mengakses bahan bacaan, serta mengupdate perkembangan yang terjadi di belahan dunia lain.
Kedua, pengguna teknologi menyalahgunakan media (internet) sehingga kemajuan teknologi mendatangkan malapetaka. Masalah ini dapat dilihat dari banyaknya pengguna internet yang membuka situs-situs yang tidak baik (porno). Hal ini sangat disayangkan karena tidak hanya terjadi di kota, tetapi meluas sampai ke pedesaan.
Berikut, tidak heran pula, banyak anak-anak lebih memilih menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar kaca untuk menonton sinetron ketimbang membaca buku atau mengerjakan tugas yang didapatkan di sekolah. Jika kebiasaan ini tidak diretas, maka mau dikemanakan generasi bangsa?
Generasi muda membutuhkan perhatian khusus dari orang tua/wali untuk membimbing dan menasehati mereka secara perlahan. Tidak serta-merta tugas dan tanggung jawab sepenuhnya diserahkan kepada guru di sekolah.
Apalagi, dalam konteks dunia modern sekarang ini, seorang guru dituntut menggunakan beragam metode/pendekatan yang harus terus diperbaharui. Hal ini agar anak atau peserta didik tidak bosan dan jenuh.
Tantangan dan berbagai persoalan di dunia modern saat ini bisa dihadapi oleh generasi muda yang memiliki wawasan instelektual. Wawasan yang luas hanya didapatkan dari kebiasaan membaca dan menuangkan pikiran dan gagasan brilian dengan menulis.
Kita tentu tidak menginginkan hadirnya generasi manja yang tampak memasrahkan diri pada gerusan arus globalisasi dan peradaban modern. Generasi yang tidak mampu mengalanalisa setiap fenomena yang terjadi dengan apa yang diperoleh dari membaca. Persoalannya, minat baca di Indonesia saja masih sangat rendah, lalu bagaimana dengan menulis?
Minat membaca di Indonesia paling rendah di dunia. Data ENESCO tahun 2012 menunjukan jumlah masyarakat memiliki minat membaca hanya 1:1.000. Artinya, dari 1.000 penduduk Indonesia, hanya satu orang yang memiliki minat membaca. Indonesia menempati peringkat kedua terendah dari negara yang disurvei.
Sedangkan data yang dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 62 juta orang atau kurang lebih 24.23 % dari jumlah penduduk Indonesia. Penduduk yang berusia 12-34 tahun mencapai 64,2 %. Sedangkan pengguna internet yang berusia 20-24 tahun mencapai 15,1 %.
Melihat minat membaca secara nasional yang begitu rendah, maka perlu adanya gerakan yang lebih kreatif. Apalagi kondisi di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang jumlah penduduknya 5.203.500 jiwa khususnya Kabupaten Flores Timur (Flotim). Perlu kerja sama Pemerintah Daerah (Pemda) dengan masyarakat untuk mendukung minat membaca yang tertanam sejak usia dini.
Bagaimana menanam minat membaca sejak dini? Pertama, membuka taman baca. Taman baca tidak hanya fokus pada sektor anak-anak yang sudah mendapatkan pendididikan formal (sekolah) saja, tetapi perlu menampung anak-anak yang putus sekolah. Karena memberi peluang untuk mengasah potensi yang ada dalam dirinya.
Kedua, mengadakan kompetisi atau perlombaan. Perlombaan semacam menulis, membaca, dan yang berhubungan dengan membaca perlu mendapatkan dukungan penuh dari Pemda. Pasalnya, gerakan nyata dari Pemda belum berjalan secara maksimal. Pemda dituntut terjun langsung ke lapangan supaya ada kepedulian secara serius.
Ketiga: membentuk komunitas/sanggar seni. Komunitas ini, harus bergerak di beberapa bidang seperti budaya, sastra, dan lain-lain.
Meneropong dari jarak jauh. Dengan adanya gerakan literasi atau taman baca di Flores Timur, hanya terdapat di beberapa desa saja. Adapun desa-desa yang sudah memiliki taman baca yaitu, di Desa Lamahala ada Wathan Lamahala, Desa Wewit, Desa Lamabelawa, dan Desa Oring Bele (Sumber : Pos Kupang, 2017/06/23). Padahal Kabupaten Flores Timur memiliki 19 Kecamatan.
Ini berarti banyak desa di Kabupaten Flores Timur yang belum memiliki taman baca. Perlu adanya peningkatan komunikasi antara masyarakat dan Pemda Flotim dalam mewujudkan taman baca-taman baca baru.
Sebagai penutup, untuk menambah minat membaca sejak dini di Kabupaten Flores Timur, maka penulis mengambil benang merah. Harus adanya komunikasi dari tingkatan desa dengan Pemda Flotim. Pemda Flotim secara serius menanamkan minat membaca pada anak-anak usia dini, remaja, dewasa, dan seluruh masyarakat luas.
Membaca itu menyenangkan, membaca mampu membuka cakrawala, dan membaca seharusnya dijadikan sahabat sejati dalam rutinas. Tidak hanya membaca, tetapi apa yang dibaca dapat dielaborasikan dengan gagasan pribadi lalu bisa dituangkan dalam bentuk tulisan.
Mengutip Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk kebajikan”. Salam.
Makassar
Selasa, 23 Januari 2018
(Penulis adalah mahasiswa program SI Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas “45” Makassar)
Komentar