Langsung ke konten utama

MEMBACA DI USIA DINI, MELAWAN POLA PIKIR MANJA (48)


Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) harus dilihat dari dua sisi. Pertama, pengguna teknologi memanfaatkan media (internet) sebagai bahan referensi dan alat untuk mengakses bahan bacaan, serta mengupdate perkembangan yang terjadi di belahan dunia lain.

Kedua, pengguna teknologi menyalahgunakan media (internet) sehingga kemajuan teknologi mendatangkan malapetaka. Masalah ini dapat dilihat dari banyaknya pengguna internet yang membuka situs-situs yang tidak baik (porno). Hal ini sangat disayangkan karena tidak hanya terjadi di kota, tetapi meluas sampai ke pedesaan.

Berikut, tidak heran pula, banyak anak-anak lebih memilih menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar kaca untuk menonton sinetron ketimbang membaca buku atau mengerjakan tugas yang didapatkan di sekolah. Jika kebiasaan ini tidak diretas, maka mau dikemanakan generasi bangsa?

Generasi muda membutuhkan perhatian khusus dari orang tua/wali untuk membimbing dan menasehati mereka secara perlahan. Tidak serta-merta tugas dan tanggung jawab sepenuhnya diserahkan kepada guru di sekolah.

Apalagi, dalam konteks dunia modern sekarang ini, seorang guru dituntut menggunakan beragam metode/pendekatan yang harus terus diperbaharui. Hal ini agar anak atau peserta didik tidak bosan dan jenuh.

Tantangan dan berbagai persoalan di dunia modern saat ini bisa dihadapi oleh generasi muda yang memiliki wawasan instelektual. Wawasan yang luas hanya didapatkan dari kebiasaan membaca dan menuangkan pikiran dan gagasan brilian dengan menulis.

Kita tentu tidak menginginkan hadirnya generasi manja yang tampak memasrahkan diri pada gerusan arus globalisasi dan peradaban modern. Generasi yang tidak mampu mengalanalisa setiap fenomena yang terjadi dengan apa yang diperoleh dari membaca. Persoalannya, minat baca di Indonesia saja masih sangat rendah, lalu bagaimana dengan menulis?

Minat membaca di Indonesia paling rendah di dunia. Data ENESCO tahun 2012 menunjukan jumlah masyarakat memiliki minat membaca hanya 1:1.000. Artinya, dari 1.000 penduduk Indonesia, hanya satu orang yang memiliki minat membaca. Indonesia menempati peringkat kedua terendah dari negara yang disurvei.

Sedangkan data yang dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 62 juta orang atau kurang lebih 24.23 % dari jumlah penduduk Indonesia. Penduduk yang berusia 12-34 tahun mencapai 64,2 %. Sedangkan pengguna internet yang berusia 20-24 tahun mencapai 15,1 %.

Melihat minat membaca secara nasional yang begitu rendah, maka perlu adanya gerakan yang lebih kreatif. Apalagi kondisi di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang jumlah penduduknya 5.203.500 jiwa khususnya Kabupaten Flores Timur (Flotim). Perlu kerja sama Pemerintah Daerah (Pemda) dengan masyarakat untuk mendukung minat membaca yang tertanam sejak usia dini.

Bagaimana menanam minat membaca sejak dini? Pertama, membuka taman baca. Taman baca tidak hanya fokus pada sektor anak-anak yang sudah mendapatkan pendididikan formal (sekolah) saja, tetapi perlu menampung anak-anak yang putus sekolah. Karena memberi peluang untuk mengasah potensi yang ada dalam dirinya.

Kedua, mengadakan kompetisi atau perlombaan. Perlombaan semacam menulis, membaca, dan yang berhubungan dengan membaca perlu mendapatkan dukungan penuh dari Pemda. Pasalnya, gerakan nyata dari Pemda belum berjalan secara maksimal. Pemda dituntut terjun langsung ke lapangan supaya ada kepedulian secara serius.

Ketiga: membentuk komunitas/sanggar seni. Komunitas ini, harus bergerak di beberapa bidang seperti budaya, sastra, dan lain-lain.

Meneropong dari jarak jauh. Dengan adanya gerakan literasi atau taman baca di Flores Timur, hanya terdapat di beberapa desa saja. Adapun desa-desa yang sudah memiliki taman baca yaitu, di Desa Lamahala ada Wathan Lamahala, Desa Wewit, Desa Lamabelawa, dan Desa Oring Bele (Sumber : Pos Kupang, 2017/06/23). Padahal Kabupaten Flores Timur memiliki 19 Kecamatan.

Ini berarti banyak desa di Kabupaten Flores Timur yang belum memiliki taman baca. Perlu adanya peningkatan komunikasi antara masyarakat dan Pemda Flotim dalam mewujudkan taman baca-taman baca baru.

Sebagai penutup, untuk menambah minat membaca sejak dini di Kabupaten Flores Timur, maka penulis mengambil benang merah. Harus adanya komunikasi dari tingkatan desa dengan Pemda Flotim. Pemda Flotim secara serius menanamkan minat membaca pada anak-anak usia dini, remaja, dewasa, dan seluruh masyarakat luas.

Membaca itu menyenangkan, membaca mampu membuka cakrawala, dan membaca seharusnya dijadikan sahabat sejati dalam rutinas. Tidak hanya membaca, tetapi apa yang dibaca dapat dielaborasikan dengan gagasan pribadi lalu bisa dituangkan dalam bentuk tulisan.

Mengutip Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk kebajikan”. Salam.

Makassar
Selasa, 23 Januari 2018
(Penulis adalah mahasiswa program SI Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas “45” Makassar)

Komentar

Populer

FILOSOFI DAUN PISANG

Harapan dan mimpi dari setiap kepala tidak semua terpenuhi dengan usaha dan praktik. Tapi masih membutuhkan untuk saling dekat dan merespon segala polomik. Di masa yang akhir ini, perutmu telah melahirkan bayi yang masih merangkak dipaksa berjalan di kerikil jalan persimpangan. Dari rawat dan buaian, telah membuka mata batin, mengevaluasi adalah jalan yang tepat. Karena kurangnya menilai dari setiap sisi. Sehingga lahir dua persimpangan kiri kanan jalan. Mata telah terang, langkah sudah tepat, bersama sudah terpupuk, kesadaran mulai bangkit. Berdiri dan bergerak. Saatnya cahaya jadi penerang. Titipan amanah 20 21 11 14 jadi bahan belajar bersama. Filosofi "Daun Pisang dan Bidikan Panah yang Tepat" telah ditemui jawaban dan makna yang dalam. Dia bukan sekedar kata, tapi dialah nyawa setiap yang di dalam. Makassar, April 2017 By: Djik22

TOGAKU TAK IBU SAKSIKAN

Perjuanganmu ibu Mengantarkanku meraih mimpi Mataku lembab berhari-hari Setiap saat mengingat ibu Harapan ibu Aku tetap kuat Aku tetap melaju Tapi ibu Saat bahagiaku Takku tatap lagi ibu Wajah bersinar hadir dalam mimpiku Kala itu ibu Ibu Toga dan pakian kebahagiaanku Semua untuk ibu Togaku tak ibu saksikan Karena ibu telah tiada Yakinku ibu senyum melihatnya Tetap tersenyum di sisiku ibu Dua puluh tiga November dua ribu tiga belas Dua kali dengan angka tiga Ibu telah berbaring bergegas Makassar Minggu, 1 Oktober 2017 By: Djik22

PERLUKAH JEMBATAN PALMERAH?

Sedikit menggelitik, ketika wacana pembangunan jembatan Palmerah. Wacana ini, hadir di beberapa tahun terakir. Di tahun 2017, tidak kala seksi pendiskusian jembatan Palmerah. Maka muncullah pro dan kontra. Padahal merefleksikan wacana ini sangat penting. Kenapa Wacananya Jembatan Palmerah? Mari kita menganalisa secara seksama. Pertama, jembatan Palmerah adalah sejarah pertama di Indonesia bila terbangun. Karena menyambungkan dua pulau, yaitu Pulau Adonara dan Pulau Flores (Larantuka). Jarak jembatan Palmerah dengan panjang bentangan 800 meter akan dipasang turbin 400 meter. Kedua, persoalan proses pembangunan jembatan Palmerah dibutuhkan dana tidak sedikit. Diperkirakan dana mencapai Rp. 51 triliun. Hal ini, perlu dipikirkan. Karena Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi NTT pada tahun 2016 hanya mencapai Rp. 3,8 triliun. Sama halnya pemerintah mengajak kita mengutang dengan investor (swasta). Ketiga, jembatan Palmerah bukan proses meninabobokan masyarakat Flores Timur

ADONARA DALAM PUISI

Petuah kata sejarah Masih temani kaki untuk melangkah Dalam bayang-bayang ibu kuatkan hari Dalam jelmaan ayah pancarkan cahaya hati Hingga tebal awan kota Ingatkan suasan desa Dihimpit berdiri megahnya Ile Boleng Didekatkan Bukit Seburi tanah kampung Karena kitalah gunung yang berdiri Karena kitalah bukit yang menyapa Membawa bisikan bahari Ketika menghadap ke arah pantai Sampai kata dan petuah terus mengikut Wariskan api dari generasi ke generasi Tentang pentingnya menjaga kata Tentang indahnya memakai tenun ikat Maka... Tak kulupakan petuah indah dan keramat Tak kuingkari segala kata-kata bernyawa Di atas alam ditaburi darah dan air mata Karena air mata Bukan hanya tentang tangisan Bukan hanya tentang derita tanpa rasa Namun air mata darah tanda perjuangan Maka... Untuk mengingatmu yang di gunung Untuk mengenangmu yang di pantai Aku mengisi kata-kata lewat puisi Karena darah dan bisikan kata terus diasa Biar perang telah terganti buka dan pena

ANTARA (576)

Sering ada perbandingan pada kata 'antara' ketika diapit oleh kalimat. Antara kau dan aku ternyata banyak perbedaan, antara kau dan dia memiliki banyak kesamaan. Antara pacar dan mantan adalah orang yang pernah berlabu dan sementara bertahan. Baik terkandas di tengah jalan, mau pun mampu melewati batas getir yang melampau kesabaran. Namun, pada kata 'antara' seolah jadi misteri yang tersembunyi. Serupa kolom kosong yang disembunyikan dengan untain doa. Lalu, dipercaya menjadi sebuah legenda atau mitos. Bagaimana sesuatu yang dipercaya tapi tak pernah diinderai? Apakah setan yang berpenampilan putih pada malam Jumat hanya menakut-nakuti? Kemudian muncul pertanyaan, siapa yang menjahit pakian putih yang dipakai setan? Ulasan ini, aku dapati saat duduk di bangku SD. Sang guru selalu menakut-nakuti pada setiap siswa. Bahwa malam Jumat selalu ada tanda ketika melewati tempat-tempat gelap. Saat itu, aku dan kawan-kawan sebayaku selalu percaya. Namun, batang hidung p

KARYAMU TETAP MEMIKAT

Foto: Abdul Rahim (Khalifah05) Ketika doa-doa Telah kau panjat Dengan lemah-lembut Pada Tuhan Yang Esa Tak lupa pula Pintamu Pada para pendahulu Dengan merinding bulu-bulu Begitu dalam penghayatan Bersama angin Bersama waktu Bercampur masa lalu Maka... Yakin pun mendalam Tak secuil akan buram Tampak pada kaca belaka Namun ia selalu melekat Selalu mempererat Antara roh dan jasat Hingga karyamu tetap memikat Makassar Jumat, 21 September 2018 By: Djik22

PEMUDA SAHABAT PERUBAHAN (397)

Indonesia adalah negara yang terdiri dari ragam perbedaan. Baik suku, ras agama, budaya, dan corak berpikir. Inilah bagian kekhasan dari bangsa ini. Dengan kekhasan tersebut, maka tak heran bangsa Indonesia dikenal dengan kemajemukan dan menjujung tinggi perbedaan. Sebab perbedaan adalah varian dari semangat menuju persatuan. Belum lagi menerobos batas wilayah yang terdiri dari beberapa provinsi. Perlu kita menelisik lebih jauh lagi tentang bagaimana membangun tatanan bangsa. Supaya mampu keluar dari zona ketertinggalan. Ternyata, ketertinggalan adalah salah satu masalah dari apa yang dirasakan setelah revolusi Indonesia didengungkan. Walau merdeka secara pengakuan sudah memhudata sampai ke telinga anak cucu. Tapi pertanyaan besar yang harus dijawab, Kenapa merdeka secara praktik/ penerapan jauh panggang dari api? Ketika secara penerapan dalam kehidupan berbangsa mulai melenceng dengan dasar negara, maka harus kembali mengamalkan nilai-nilai kebaikan yang telah diletakan oleh