Ilalang layu tunduki akar
Penuh obatan galian dalam
Tusuki dengan jemari mengotori kuku
Terus kutambah menggali cabut perlahan
Temui warna putih gelap susu
Rawatan napas terganggu
Bayang-bayang selimuti berkuasa
Saat-saat pohon menusuk
Lucuti pangkas pada batang
Di sanalah kau berdiri
Melambaikan tangan tak berdaya
Kurayu manis basah bibir
Oleskan sedikit pada lidah
Karena kerongkongan mengering
Berat menelan ludah
Tapi kupaksakan diri merayu kemarau
Biar awan menutup pancaran beringas
Di bawahnya awan-awan kubisiki
Kapan kemarau menjawab?
Kenapa begitu lama kunanti?
Kasihan sang tani menunduk
Melawan kerasnya tanah
Tanam hasil tumbuh kecewa
Tapi tetap ditanami menutup usia
Datanglah basahkan hangat
Jangan lagi pergi
Jangan lagi ganggu hasilku
Sebab bibit telah lama kuwarisi
Kujaga, kurawat ia tumbuh
Menuai hasil jerihku
Setiadaknya aku berjuang bersama belukar
Karena badai terus merayuku
Mengajak bersahabat
Seribu datang seribu telah kutolak
Makassar
Jumat, 5 Januari 2018
By: Djik22
Komentar