Sumber foto: Fauziah
Makassar, 11/12/2018 di lantai 9 Auditorium Aksa Mahmud, Unibos. Ruangan dipenuhi para peserta dan tamu undangan. Kegiatan Bincang Sastra yang diselenggarakan oleh Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan, mengangkat tema 'Sastra di Antara Bintang'.
Sebelum memulai Bincang Sastra, MC menyilakan perwakilan dari mahasiswa FKIP untuk menampilkan musikalisasi sastra. Musikalisasi ini ditaburi judul sedikit mengkritik, yaitu 'Menggugat Buramnya Cahaya Sastra' yang dipandang mulai buram. Naskah musikalisasi sastra ini ditulis dan disutradarai langsung oleh Djik22.
Ruangan serasa menggelitik dan menengangkan. Karena para pemain dari musikalisasi sastra berperan dengan gayanya masing-masing. Icang; senior yang galak, Efan: jenior culun, Djik22; mahasiswa mileneal, Abe; gadis yang ramah, Dian; mahasiswa soleha, dan Ocin sebagai mahasiswa pemberontak dan kritis.
Tapi, itulah sastra dalam panggung pementasan. Sastra harus berdiri independen tanpa diikat oleh apa pun Apalagi, ruang sastra mulai subur kembali di tubuh mahasiswa FKIP, Unibos. Maka, kebebasan berekspresi pun harus dibuka selebar-lebarnya bagi mahasiwa yang terserang virus berpotensi antara bahasa dan sastra.
Dalam Bincang Sastra, ada tiga nasumber yang dipanelkan. Yaitu, Andi Neneng Nur Fauziah, S.Pd, Dr. Mas'ud Muhammadiah, M.Si, dan Prof. Yudhistira ANM Massardi. Hadir juga Dekan FKIP Dr. Asdar, S.Pd., M.Pd, dan Wakil Dekan II Dr. Andi Hamsiah, S.Pd., M.Pd.
Yudhistira ANM Massardi sebagai pengarang dan sastrawan nasional. Beliau, sebagai pengarang dari berbagai jenis karya sastra (novel, cerpen, puisi, dan naskah sinetron). Ia, lahir di Karanganyar, Subang, Jawa Barat tanggal 28 Februari 1954.
Dalam bincang sastra, para narasumber berpesan "Teruslah membaca dan menulis. Jangan pernah merasa bosan ketika merajut kata." Apalagi, kita berada di revolusi 4.0. Maka, gunakan segala media untuk menyalurkan segala gagasan. Biar, kata-kata tak terkubur kabur lalu hilang dalam pikiran.
Makassar
Rabu, 12 Desember 2018
By: Djik22
Komentar