Sumber foto: Bung Marianus Engel Bell
Seperti hening yang merindukan ramai. Aku ingin di antara keduanya. Tepat, di titik tengah, aku berdiri. Saat nafasmu berhembus lembut tanpa tangis. Ialah nafas para pejuang. Dan periang raut kharismatik para penyambung langit-langit suara yang jatuh di kaum yang lemah. Sekiranya, suara tepat membawa reruntuhan yang butuh perbaikan. Di tengah arus gelombah si lemah membutuhkan tenagamu.
Iya, akulah salah satu dari sekian banyak mereka yang lemah. Kemudian terengah-engah minta harap pada para penolong. Saat itu, kau hadir lewat gambar. Yang kugenggam dengan tangan kanan sambil mengangkat tangan kiriku. Kata orang 'tangan kiri sebagai bentuk protes perlawanan; tangan kanan sebagai bentuk semangat' yang menggebu. Kita masih bersama dalam dua bentuk petanda dan penanda pasang raga yang berbeda.
Kita sama dalam kaca mata dan arah teropong perjuangan. Berdiri saling menghimpit di deru dan debu angin ribut dan bisingnya kemiskinan. Biar kita terus korbankan tenaga untuk si miskin. Kita relakan darah dan keringat untuk terus mengalir dalam edaran kehidupan mereka yang dinamai 'kaum tertindas' di belantara laranya kota dan kumuhnya desa.
Sekiranya, perkiraan akan jauh melampaui zaman. Kalau kita masih bersikukuh dan berdengung pada cinta keadilan dan kebenaran. Aku yang dirajut adil sejak kecil. Kau yang diasah lembut lewat kebenaran. Ternyata, kita berbeda jauh antara langit dan bumi. Perbedaan dari umur dan sepak terjang batas raga tembakan senjata.
Aku dididik tanpa tekanan. Kerana dari gambar dan biografimu yang kubaca, mampu mengilhami inspirasi tanpa henti. Hingga aku sebagai pengagum setia sejak dini. Biar saat dewasa nanti, aku sudah terbiasa dengan suara protes menggelegar bicara dan bertindak tentang kebenaran.
Aku masih kecil diajak melawan. Tapi, ketika gambarmu sudah menyatu dengan badan mengaliri lewat darah. Maka, tak ada kata 'tidak' melangkah maju. Biarkan terud maju melaju dengan cara dan pola tersendiri. Yang penting pola dan metode tetap dialektis.
Catatan dari anak kecil pengagum Che
Makassar
Senin, 31 Desember 2018
By: Djik22
Komentar