Makassar, 181218 | Djik22
1
Kutulis namamu di dinding ini
Kelak menjadi sebuah cerita
Sampai kita terus mengabadikannya
Dalam catatan yang tak bisa diakhiri
2
Kisah akan tetap berlanjut
Biar dalam keadaan terhimpit
Kakiku akan tetap melangkah
Tanpa harus mengeluh sedih
3
Di mana pun tempat
Selalu kugunakan dengan tepat
Biar tersulap menjadi patahan kata
Kemudian berkisah dari tulusnya semesta
4
Karena semesta mengajarakan ketulusan
Maka serpihan dedaunan pun
Tetap dijaga dengan benar
Biar tak akan tercecer
5
Sebenarnya...
Masih banyak cahaya
Yang terus memberi pijar
Saat kita di gedung tua yang angker
6
Tetap fokus pada cahaya itu
Suatu saat kita akan bertemu
Di sebuah purnama yang merayu
Untuk kita saling mengungkap rindu
7
Negara terlalu memberi janji. Hingga hanya mengurusi kepentingan kelompok dan golongan saja.g Sampai, lupa jerit tangis rakyat yang merajalela.
8
Rakyat semakin terpuruk dengan kondisi yang dialami. Namun, mereka yang berkuasa malah menertawakan kondisi sampai hari ini.
9
Kita yang tak punya kepentingan apa-apa, dipaksakan untuk tinggal di bawah kolong langit. Di samping tembok-tembok yang saling berhimpitan.
10
Negara gagal untuk mengurusi soal rakyat. Hingga, rakyat terpaksa hidup dalam bayang-bayang semu. Bahkan bayang-bayang itu hanyalah khayalan dalam alam imajinasi. Ingat, negara bukan dunia fiksi wahai tuan kuasa...!!!
11
Tetaplah melaju di antara hingar-bingarnya negeri ini. Lalu, layangkanlah gagasan dan tindakan progresifmu. Biar, tak mudah terjerumus menerima keadaan ini.
12
Tetaplah bermain cantik tanpa harus merugikan orang lain. Karena pergerakan apa pun selalu tepat terbaca dengan analisis objektif.
13
Semesta selalu berpihak kepada kita. Sehingga, patut mensyukuri setiap gerak langkah kita yang penuh dengan godaan dan ujian.
Makassar, 191218 | Djik22
14
Kita selalu berkumpul bersama. Namun, perbedaan selalu mencolok. Hingga kita saling pertahankan ego masing-masing.
15
Cinta memang menyatukan kita. Tapi, terkadang cinta yang memisahkan kita. Namun, kita harus tetap mengambil nilai kebaikan yang telah dilewati.
16
Apalah daya, jika mataku telah kau butakan. Hatiku, telah kau tutupi dengan segala cara. Sayangnya, kau terus mengelak untuk mengakui.
17
Jangan biarkan kemerdekaanmu
Terjerumus dalam lautan api tanpa malu
Tergoda riak gelombang semangat palsu
Rebutlah kemerdekaan itu dengan lantang
18
Jangan arahkan pikiranmu
Ke dalam gelombang dasyat yang kaku
Sampai menolak kepentingan banyak orang
Yang ingin sejahtera dengan riang
19
Bicaranya mengarah ke sejarah
Tapi semua pilihan dianggap sampah
Sampai menganggap diri yang paling suci
Karena mulai munafik tolak gaya politisi
20
Tuan kalau bicara soal keadilan
Siapa pun tak bisa membantahnya
Kenapa tuan tak mengakui corong ke sana?
Atau tuan minder dikatakan penjilat kue kekuasaan?
Makassar, 191218 | Djik22
1
Kutulis namamu di dinding ini
Kelak menjadi sebuah cerita
Sampai kita terus mengabadikannya
Dalam catatan yang tak bisa diakhiri
2
Kisah akan tetap berlanjut
Biar dalam keadaan terhimpit
Kakiku akan tetap melangkah
Tanpa harus mengeluh sedih
3
Di mana pun tempat
Selalu kugunakan dengan tepat
Biar tersulap menjadi patahan kata
Kemudian berkisah dari tulusnya semesta
4
Karena semesta mengajarakan ketulusan
Maka serpihan dedaunan pun
Tetap dijaga dengan benar
Biar tak akan tercecer
5
Sebenarnya...
Masih banyak cahaya
Yang terus memberi pijar
Saat kita di gedung tua yang angker
6
Tetap fokus pada cahaya itu
Suatu saat kita akan bertemu
Di sebuah purnama yang merayu
Untuk kita saling mengungkap rindu
7
Negara terlalu memberi janji. Hingga hanya mengurusi kepentingan kelompok dan golongan saja.g Sampai, lupa jerit tangis rakyat yang merajalela.
8
Rakyat semakin terpuruk dengan kondisi yang dialami. Namun, mereka yang berkuasa malah menertawakan kondisi sampai hari ini.
9
Kita yang tak punya kepentingan apa-apa, dipaksakan untuk tinggal di bawah kolong langit. Di samping tembok-tembok yang saling berhimpitan.
10
Negara gagal untuk mengurusi soal rakyat. Hingga, rakyat terpaksa hidup dalam bayang-bayang semu. Bahkan bayang-bayang itu hanyalah khayalan dalam alam imajinasi. Ingat, negara bukan dunia fiksi wahai tuan kuasa...!!!
11
Tetaplah melaju di antara hingar-bingarnya negeri ini. Lalu, layangkanlah gagasan dan tindakan progresifmu. Biar, tak mudah terjerumus menerima keadaan ini.
12
Tetaplah bermain cantik tanpa harus merugikan orang lain. Karena pergerakan apa pun selalu tepat terbaca dengan analisis objektif.
13
Semesta selalu berpihak kepada kita. Sehingga, patut mensyukuri setiap gerak langkah kita yang penuh dengan godaan dan ujian.
Makassar, 191218 | Djik22
14
Kita selalu berkumpul bersama. Namun, perbedaan selalu mencolok. Hingga kita saling pertahankan ego masing-masing.
15
Cinta memang menyatukan kita. Tapi, terkadang cinta yang memisahkan kita. Namun, kita harus tetap mengambil nilai kebaikan yang telah dilewati.
16
Apalah daya, jika mataku telah kau butakan. Hatiku, telah kau tutupi dengan segala cara. Sayangnya, kau terus mengelak untuk mengakui.
17
Jangan biarkan kemerdekaanmu
Terjerumus dalam lautan api tanpa malu
Tergoda riak gelombang semangat palsu
Rebutlah kemerdekaan itu dengan lantang
18
Jangan arahkan pikiranmu
Ke dalam gelombang dasyat yang kaku
Sampai menolak kepentingan banyak orang
Yang ingin sejahtera dengan riang
19
Bicaranya mengarah ke sejarah
Tapi semua pilihan dianggap sampah
Sampai menganggap diri yang paling suci
Karena mulai munafik tolak gaya politisi
20
Tuan kalau bicara soal keadilan
Siapa pun tak bisa membantahnya
Kenapa tuan tak mengakui corong ke sana?
Atau tuan minder dikatakan penjilat kue kekuasaan?
Makassar, 191218 | Djik22
21
Kita dipertemukan kembali dari kerinduan yang begitu panjang. Denganmu adalah kenyamanan. Darimu adalah sumber inspirasi.
22
Sempat cerita yang kutulis terhenti. Karena nyala sumbu inspirasi itu terhanyut padam. Kenapa cepat sekali nyala itu padam?
23
Sampai sekarang, kita terus terombang-ambing. Lantaran, kegundahan dan curiga tak bisa diusir pergi.
24
Sebenarnya, aku mengagumimu sejak lama. Sejak kudapati ceritamu dari lembar kisah terpampang senyum menawan.
25
Kita harusnya saling terbuka. Karena percuma kalau kita saling memendam rasa.
26
Antara luka yang tertanam. Masih menjadi penjara setiap nafas terhembus. Aku ingin keluar dari penjara itu. Biar bahagia yang menyapa segera kuhampiri.
27
Datanglah padaku sayangku. Bahu kiriku menantimu dengan ikhlas.Maka, sandarlah senyaman mungkin.
28
Ketakutan begitu menghantui ruang imajinasiku. Namun, mimpi yang kutanam akan tetap kukejar tanpa keluh.
29
Dirimu begitu sederhana. Hingga, aku sulit mencari sisi kelembutan. Karena bagiku dirimu tak ada yabg diragukan lagi. Tuhan begitu sempurna menciptakanmu untuk menjelma di alam semesta.
30
Garis perjuangan selalu mengajarkan dengan teliti. Bahwa perjuangan sejati itu tak akan main-main. Maka, teruslah mendekat bersama akar rumput.
31
Kaum yang lemah harus dibela. Karena mereka butuh corong kekuatan dari berbagai sisi. Setidaknya, kaum pelopor terus berdiri mendampingi.
32
Semoga saja, hubungan kita direstui oleh semesta. Biar jalinan kita tidak berpisah di penhujung jalan bahagia.
33
Tugas ini terlalu sulit diberlakukan. Bukan, tidak sepakat. Tapi, terlalu mengekang dan merebut kemerdekaan diri.
34
Tak ada yang tahu pasti kapan kita kembali. Karena Tuhan telah merencanakan cara yang tak bisa diganggu-gugat. Apalagi, tentang kematian.
35
Jikalau kelak aku meninggal, maka tulislah nisanku dengan kata-kata yang membara. Lalu, taburilah segala bacaan yang membuat aku tetap tersenyum.
36
Kita tidak dididik untuk terjerumus dalam kebohongan dan penindasan. Maka, dua hal ini jangan diberlakukan selama raga masih ada.
37
Orang yang merelakan keringat dan darah untuk menghapus penindasan. Adalah mereka yang disadarkan dengan keadaan. Artinya, menjadi kewajiban untuk menyuarakan perlawanan kepada setiap sistem yang menindas.
38
Aku tak begitu fasih mengeja kisahmu
Aku tak begitu lugu menyapamu
Karena aku tak ingin menutup kebohongan
Yang terbungkus dari sikap penjelmaan
39
Jika cintamu adalah usaha untuk meraih
Maka izinkan aku tahu cara mencintaimu
Biar dalam kisah kita selalu menggugah
Baik dari cerita bahagia dan sedih
40
Jangan kau butakan aku dengan kesombongan. Karena aku dibesarkan dengan sederhana. Maka ikutilah caraku untuk kita sama-sama di jalan sederhana.
41
Sayangnya, dirimu tak mengerti tentang kedekatan yang kita bangun. Aku yang berpikir tanpa melibatkan perasaan. Tapi, kamu malah terjebak pada wilayah perasaan.
42
Maafkan diriku yang tak mengerti keadaan. Karena diriku diradang dilema. Apakah memilih untuk mengakui? Atau tetap bersikap biasa-biasa tanpa pengakuan.
43
Sampai sejauh ini, kita masih nyaman menjalani. Terkadang hati mengasihani kedekatan. Tapi, aku takut kedekatan kita berujung pengakuan.
44
Aku belum siap untuk menerima atau menolak. Sebab, aku tak ingin terburu-buru dalam kelam dan buramnya pengakuan.
45
Dari keadaan yang tanpa sadar. Kita malah bermain dengan gembira. Dan sampai terlarut dalam rasa yang saling merindu.
46
Kita harus bangga atas keindahan semesta. Karena di dalam keindahan kita berteduh menjalani romantisme kepada pertiwi.
47
Pertiwi tak butuh kerusakan lagi dari ulah tangan manusia. Tapi, ia membutuhkan kelembutan dan selalu menjaganya.
48
Di bawah tebaran birunya langit, masih saja kegelapan itu sering mengelabui bumi. Sampai, para penghuni semesta tak mampu menjaga kedamaian di hamparan khatulistiwa.
49
Harus butuh keuletan dalam menjaga semesta. Karena tugas kita adalah merawat dan menimang surga yang terapung dari takdir Tuhan.
50
Seumpama kekuatan kita terus membara
Maka gelora api perjuangan itu
Terus melaju tanpa ada debu
Yang menempel di wajah tanpa malu
51
Yang dikategorikan angkatan pendobrak
Adalah mampu membuka tabir
Adalah mengungkap kedok
Dari segala macam kebohongan yang mengakar
52
Janganlah ragu mengemban tugas
Karena di pundak pemuda
Harapan sejati begitu terasa haus
Sampai membuat dahaga jadi senyuman manis
53
Orang-orang selalu berkata
Tentang sebuah perubahan akan tercapai
Bila tuntutan peringatan selalu bernyayi
Dari suara massa aksi yang berapi-api
54
Banyak jalan yang kita tempuh
Untuk meraih perubahan sejati
Dari luka dukanya pertiwi
Dengan mengabdikan diri pada rakyat
55
Ciumlah resah dan keluhnya rakyat
Maka akan kamu raih segala yang sulit
Dari segala macam pengakuan
Dari segala rupa tekanan demi tekanan
56
Intinya, ketika saatnya tiba. Kita yang dipercaya membawa kepentingan rakyat. Jangan sesekali lupa pada amanah dan segala ucapan yang kita janjikan.
57
Kenapa harus bicara besar?
Kalau segala teori dan gagasan
Tak mampu dilaksanakan dengan jujur
Tak tepat dipadukan melawan penindasan
58
Jadilah pengeras suara yang bergema
Jangan jadi suara sumbang meminta
Sampai disodori kado nasi kuning
Sebagai julukan penjilat kuasa juang
59
Sekiranya, kita lebih lihai
Dalam perlawanan tak bertepi
Yang dibungkus dengan balulat senyum
Biar terus membuka segala yang buram
60
Kita yang terus merasa suram
Dalam pandangan kaca mata subjektif
Sampai mengangungkan yang naif
Membuat semua jadi gelap bertambah buram
61
Pancasila kini hanya jadi jargon
Kepentingan golongan
Namun nila-nilai Pancasila
Tidak dijalankan secara merata
62
Ada rasa yang berbeda. Saat beberapa hari kita tak saling sapa. Namun, ketika bertemu, getaran hati tak bisa kubendung.
63
Mungkin aku yang berlebihan bicara soal perasaan. Tapi, sebagai generasi muda aku harus mengakui untuk mengungkapnya. Dengan tantangan, kita sama-sama saling mengungkap rasa yang bergelora.
64
Gelora jiwaku selalu memanggil tentangmu. Mengingat lagi kenangan indah. Aku ingin kembali, tapi kita tak lagi sama.
65
Aku sudah temukan impianku. Ia sebagai sang soko guru penunjuk jalan untuk terus melangkah. Maka, kuraih genggaman baru yang lebih sederhana dan tetap santun.
66
Kesantunan tak bisa dijual-beli. Sayangnya, terkadang susah diraih ketika zaman sedang bergejolak.
67
Kenapa kita selalu mengelak? Apakah dunia perbedaan menjadi jurang? Semoga di antara perbedaan, kita bersua lebih sering lagi.
68
Dirimu mulai menghindar. Aku pun sama. Kita seolah saling melupakan. Namun, ketidakmampuan itu selalu menangi. Bahwa kita harus kembali bersatu.
69
Rasa tak bisa dilogikan bila ditaburi cinta. Dirimu menginginkan rasa. Sayangnya, aku selalu menengahi dengan logika. Biar menguji sejauh mana keseriusan dirimu.
70
Perjalanan waktu. Kita saling mengingatkan kisah. Namun, kita tak ingin terjebak lagi ke lubang pemisah. Maka, di antara dua kutub kita saling melengkapi.
71
Jemari ini, seolah-olah tak lelah mainkan kata. Hingga lembar baru terus dicoreti dengan pelukan kasih dan timangan rasa.
72
Kau datang atas izin semesta. Sampai membuat inspirasi tak akan usai. Rupanya, kaulah mutiara yang digali semakin memancarkan cahaya.
73
Selingkuhilah dunia dengan segala cara. Biar gagasanmu tak mati dimakan waktu. Yang jadi catatan, tetap pada pendirian dan prinsip dasar.
74
Dasar pijakan kita adalah gagasan yang progresif. Semangat kita adalah massa aksi yang terus bergentayangan. Maka, lanjutkan estafet perjuangan dengan terus bergerak.
75
Gerakan ini adalah gerakan murni. Jika gerakan itu adalah gerakan dileceti dengan rupiah. Maka, jadi keharusan kita untuk tolak berasama. Karena rupiah akan selalu dekat dengan penayalahgunaan.
76
Sampai di titik manakah kau bersembunyi? Biar di lubang tikus pun, gerakanmu akan terbaca. Karena kita punya analisis senjata yang sama. Tepat dan kena sasaran.
77
Gantikanlah aku, ketika kelak tubuhku tak lagi berjuang. Karena kuwariskan api semangat padamu tanpa tekanan. Apakah ketakutan masih menghardikmu?
78
Cita-cita masyarakat adil makmur adalah kemauan bersama. Maka, tak ada kata menyerah untuk bergerak meraih sosialisme.
79
Entah apa yang menjadi penghambat kita. Tapi, aku ingin kita saling memahami tanpa harus menyalahkan antara satu sama lain. Karena kita akan tetap menjadi kita. Dan tak akan menjadi musuh yang abadi. Namun, tetap menjadi kawan yang abadi.
80
Uraian katamu menggetarkan jantungku. Bisikan katamu, memubuat batinku tenang. Maka, teruslah berbisisik dan mendekat wahai sayangku.
Makassar, 201218 | Djik22
81
Menghindari tanya dengan pengelakan adalah salah satu caramu. Padahal, kita membutuhkan jalan panjang untuk menjelasan dengan kata hati.
82
Dirimu mengusik aku dengan suara dan lantunan sastra. Sampai, menggoda dengan rasa. Biar menikmatinya lewat seni yang tak kalem. Maka, tetaplah baluti diri ini dalam dunia seni dan sastra.
83
Kau adalah puisi yang sulit kumaknai. Karena biar tak berderet panjang. Tapi, aku harus menelaah satu demi satu dari kata terdapat pada baitnya. Maka kutemukan makna yang tersembunyi dari balutan tangan kalimahmu.
84
Kata-kata tak akan usai, bila nafas masih berhembus dengan deras. Langkah yang kuat mengiringi jalanku. Maka, tetap temani aku dalam hembusan nafas dan langkahmu.
85
Langkah ini tak akan terhenti. Biar godaan dari segala sisi menyerang dengan tarikan halus. Tapi, fokus titik pandang dan pendirian tak bisa diganggu-gugat.
86
Gugatlah diri yang berpijak pada kesalahan. Lalu, dirimu mampu meluruskan pijakanku yang belum pasti. Karena hidup butuh kepastian dan keterbukaan.
87
Kepastian seperti apa lagi yang harus dibuka? Kalau semua telah terungkap. Namun sayang seribu ibu bahasa tak kau percayai.
88
Percaya dapat membendung benteng keragu-raguan. Namun, terus dianalisis tanpa mengadu-domba berkepanjangan.
89
Suara terlemah pun perlu didengar. Biar mereka yang kebal dengan kesombongan dapat mendengarnya dengan cermat. Kalau tidak, mereka selalu arogan pada pendirian yang saling merugikan.
90
Buatlah dirimu senyaman mungkin. Tapi, jangan kau ganggu kalau bukan hakmu. Karena kita tidak dididk dengan sadar untuk merampas.
91
Rampaslah segala aset yang disalahgunakan. Lalu, kembalikan pada mereka yang membutuhkannya. Inilah salah satu cara membuka tabir dungu yang dijaga begitu rapi.
92
Jalan ini terasa begitu berkerikil. Sampai menggores kaki dari balik kulit halus. Kemudian, aku merontah dengan suara sayu. Tapi, tak ada yang mendengarnya.
93
Terkadang jeritan segila apa pun. Orang akan menganggap sepeleh tanpa harus membantu. Bukankah kita hidup untuk saling tolong-menolong?
94
Jika aku menjadi aku yang sesungghunya. Maka aku berharap, dikau tetap berada di sisiku. Biar kita sama-sama menikmati proses yang selama ini kita lalui.
95
Laluilah setiap kisahmu dengan menulis. Maka, secara tidak sadar kita dilatih untuk tetap menulis. Karena menulis adalah melawan.
96
Tajamkanlah kata-katamu setiap tulisan. Biar corong suara kau gantikan lewat kata-kata. Intinya, halus tapi menusuk. Tegas tapi menampar.
97
Ketika mengangkat sembah pada yang salah kau larang. Maka, aku ingin kau terus dibimbing jadi tuan yang baik di negeri sendiri. Dari pada mendewakan di luar sana. Membuat aku jadi tamu di tanah airku.
98
Ketika darah diminta sebagai tebusan. Maka, banyak yang relakan darah dan keringatnya. Karena mereka mau menaburi bibit-bibit kebaikan dengan dengungan perjuangan.
99
Perjuangkanlah sagalanya dengan sekuat tenagamu. Karena secara tidak sadar, kau sedang mencatat patahan sejarah yang dibangun perlahan-lahan.
100
Lahan tani digusur di mana-mana. Sengketa ulayat tak berujung damai. Sampai, perang tragis pun tak berujung perdamaian.
101
Kaulah ibu mutiara yang menimang kasih
Di balik rumah tua para perantau
Yang coba menaman sejarah
Dalam gemuruh suara mendayu
102
Linangan air matamu belum terhapus secara tolal. Namun, kami janji akan membuat tangis sedih jadi bahagia yang bersejarah.
103
Lantaran perbedaan, kami terjebak pada wilayah yang kaku. Sampai pola lama terus berlaku melampaui zaman.
104
Janji yang pernah diikrar
Harus kami tepati
Dengan tetap bersikap jujur
Tanpa harus saling menyalahi
105
Karena saling menyalahi
Akan membuat kita semakin jauh
Terperosot dalam sumpah-serapah
Yang sulit terkontol dengan sabar dan tabah
106
Apalagi...
Harus dipertahan dengan tabah
Jika nanti aku yang terjabak hati
Akan ditinggalkan begitu saja tanpa pamit
107
Tinggalkanlah segalanya dengan kebaikan. Maka, biar kujadikan senjata ampuh untuk di kemudian hari.
108
Aku harus merubah yang lambat jadi cepat. Biar tak kalah ketinggalan ketika orang-orang bersaing dengan akal yang waras.
109
Kewarasan harus terus dijaga. Dari pada tanpa sadar ia akan meninggalkan kita dengan seribu tanya tak lagi ada jawaban.
110
Dari seribu tanya, satu pun belum belum terjawab. Padahal, kita butuh jawaban yang pasti tanpa harus berputar-putar.
Makassar, 211218 | Djik22
111
Kesepakatan yang terbangun. Hanya melahirkan bahagia sesaat. Namun, kala gambar dilayangkan protesmu tanpa henti. Seolah hanya ilusi angin malam yang merusaki keadaan bahagia itu.
Ah... Dirimu memang suka mainan kecil yang penuh abu-abu lewat rayu yang mendayu.
112
Mainan kecil yang penuh abu-abu semakin sulit dibendung. Karena kita mula perlahan membuat jarak.
113
Jarak begitu menjadi penghambat. Hingga aku takut, jika tak ada jalan pulang menuju ke arah mata hatimu.
114
Jika pergi adalah kehilanganmu. Maka, aku tak punya hak menjanjikan segala yang membuat harapan. Karena aku takut di sana kutemukan yang baru.
115
Kini aku hidup di dunia baru. Tapi, jangan carikan aku. Karena aku yang akan mencari. Jangan ragukan aku dengan keyakinanmu. Sebab, aku akan kembali berada di sisimu.
116
Sudah terhitung bulan terjumlah tahun. Namun, tekanan semakin menjadi-jadi. Aku terobang-ambing pertahan kesendirian. Tapi, ingatanku tetap untukmu.
117
Kita pernah berbeda di antara jarak langit dan bumi. Tapi, selalu muncul cahaya bintang untik menyatukan kita dengan cahayanya.
118
Cahaya arah langkah masih kupercaya. Karena dialah jalan menuju sebuah mimpi itu.
119
Mimpi yang selama ini bertahan di hati. Telah kupadukam dengan keyakinan yang menyala-nyala. Hingga aku dibuat rindu yang membara.
120
Bara adalah memberi kehangatan. Maka, aku ingin kau jadi bara yang selalu menghangatkan hati. Apalagi, tubuhku terserang dinginya kenangan.
121
Kenangan sebagian menjadi guru. Kisah sepotong kini menjadi nyata. Maka, tetaplah menjadi kisah. Biar aku selalu berguru pada siapa pun.
122
Kaulah penunjuk arah mata angin. Kaulah yang menyalakan arah langkah mengelilingi semesta. Biar, tetap kujelajahinya dengan gembira.
123
Gembira yang kuperoleh dari semesta. Adalah campur tangan timangan kasihmu. Karena, aku tegak menatap semesta dari keringat dan air susumu.
124
Air susu yang membesarkanku. Mengajarkan kekuatan di mana pun tempat. Sampai air susu tak bisa kulupakan dengan asal mula diri ini.
125
Aku dibesarkan dengan air susu dan timangan menawan. Maka, aku tak ingin ditawan dengan senjata. Tapi, aku ingin menusuk dengan kata.
126
Ialah asal mula para pemula yang mendidik dengan budaya. Dari ragam corak kebersamaan. Karena sang pemula pun berpegang dari ragam perbedaan menjadi keberagaman.
127
Keringatmu mengajarkanku tentang cara berjuang. Tentang prinsip bertahan. Maka ajaranmu tetap kuamalkan dengan cahaya Bunda.
128
Bunda yang membesarkan diri di alam Nusantara. Nusa yang berdaun kelapa dan bertiang bambu. Di sanalah gubuk-gubuk sederhana deretan kata.
129
Karena asal mula kita adalah kata dan kembali ke kata. Maka, diriku selalu membawa kata bersenjata tanpa perang. Namun, membara dalam kalimah sejarah.
130
Sejarah negeriku begitu kelam. Dari penjajah ke terjajah. Hingga yang kami dapat adalah sisa-sisa penjajahan.
131
Rakyat yang menjerit
Di tengah deru gelombang perpolitikan
Dari janji yang semakin menjerat
Dari pion-pion catur yang carut-marut
132
Sejak kapan jeritan itu usai?
Kala politik tidak mendidik
Kala kebohongan semakin menghardik
Menjerat leher setiap manusia
133
Harapan kita. Edukasi politik berlaku untuk rakyat. Bukan datang dan tiba saat momentum kempanye bersua.
134
Obatilah rakyat dengan janji yang pernah dilayangkan. Sejahterakan mimpi rakyat yang terus dijuangkan.
135
Ketika janji itu tuan tak penuhi, maka kami keraskan suara tanpa henti. Kami akan lantunkan kata-kata yang terus menusuk. Biar tuan kembali tepati janji.
136
Semakin hari semakin ramai. Kala politik adu-domba terus menjadi viral. Hingga pikiran rakyat dipaksa percaya belaka.
137
Sayangnya, rakyat tak banyak yang mendapatkan edukasi politik. Terus siapa yang berani ambil sikap?
138
Tugas terbanyak ada di pundak kaum muda. Maka, sebagai kaum muda harus menciptakan sejarah dengan cara tersendiri.
139
Jarak itu membuat kita saling merindu
Di bawah air yang jatuh menggebu
Di bawah timangan dan pelukan
Dengan doa dan kehangatan
140
Sekiranya waktu bisa diputar kembali
Aku ingin menjadi anak kecil lagi
Yang ditimang oleh ibu
Tanpa ada kebosanan mengganggu
Makassar, 221218 | Djik22
141
Aku dilahirkan dengan air susumu
Aku dibesarkan dengan kehangatanmu
Kemudian aku tahu cara memanggil ibu
Di atas semesta yang selalu merindu
Untuk ibu yang beribu kasih
Untuk ibu yang beratus damba
Cinta dan kasih tetap jadi sejarah
Yang terus kutulis dalam catatan berkala
142
Dari rahim purbamu
Aku dijukuki anak pulau
Yang terus melekat
Yang terus dicatat
143
Di sana tak ada gedung megah
Di sana tak ada uang berhambur mewah
Tapi di sana adalah budaya sejarah
Di sana adalah puing-puing naskah
144
Puing naskah terus dikumpulkan
Menjadi sebuah catatan
Dalam babat tanah Pulau Pembunuh
Dalam timangan berdaun kasih
145
Sebuah pesan dari Pramoedya Ananta Toer dalam Bumi Manusia (2011: 7)
"Cerita, ..., selamanya tentang manusia, kehidupannya, bukan kematian. Ya, biarpun yang ditampilkan itu hewan, raksasa atau dewa atau hantu. Dan tak ada yang lebih sulit difahami daripada sang manusia.... jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biar pengelihatanmu setajam mata elang, pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaranmu menangkap musik dan ratap-tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa keemput."
Makassar, 231218 | Djik22
146
Petani yang bekerja keras
Meraung kehidupan yang begitu sadis
Dari hasilnya dinikmati oleh rakyat
Dengan bangga melupakan yang pelik
147
Lahan petani semakin sempit
Sedangkan gedung megah pencakar langit
Melejit dengan apik memikat
Pada mereka yang suka menjerit
148
Cinta itu
Tumbuh dan merakah
Dalam puisi kasih
Penuh masa lalu
Tapi...
Kali ini cinta
Mulai mekar kembali
Dengan harum yang berbeda
Makassar, 241218 | Djik22
149
Sahabat kita adalah buku. Cerita kita adalah materi. Dan gaya pacaran kita adalah saling berbagi gagasan.
150
Dan aku menyontek lagi
Pada layar mendekati pagi
Menjawab sapa
Tentang apa kabar dari sana
151
Dengan sadar kujawab kabar
Tanpa membiarkan terus terkubur
Dalam kerinduan yang menggebu
Dalam perjumpaan yang menunggu
152
Untuk menghapus rindu
Maka kujabarkan kabar di sini
Untukmu yang jauh menunggu
Kalau kita akan segera bertemu
Makassar, 251218 | Djik22
153
Matalah yang menatap dengan tajam
Pada setiap raut yang kalem
Sampai membuat hati tergoda
Kemudian merindu pada semesta
154
Aku yang merindu tanpa bertemu
Pada sebuah penantian
Yang kini dikhianati melulu
Mebuat aku tak pernah luluh
155
Bagaimana aku luluh? Kalau pertemuan sering ditunda dengan kekejaman janji. Sampai, kita terperosot jadi pengkhianat.
156
Sekiranya tak ada pengkhianatan dalam pilihan. Karena jika kau berkhianat, maka ludah yang jatuh kau jilat kembali.
157
Aku akan kembali. Jika, sudah menemukan mimpi yang selama ini bersembunyi. Biar, kuceritakan perjuangan meraih mimpi harus dinikmati tanpa menyerah.
158
Jangan menyerah pada keadaan. Jangan mengeluh pada permainan elit hari ini. Karena hanya mengeluh dan menyerah, maka kita terus menginginkan penindasan.
159
Hari ini penindasan berlaku di segala sisi. Masuk dengan halus, tapi menampar dengan regulasi yang merugikan kita semua.
160
Sang pemula yang mendayu
Yang melihat dengan mata
Tanpa ada pikiran abu-abu
Ia melantunkan kata-kata dengan rasa
Maka...
Teruslah mengayuh dengan kata
Luapkan segala yang tertahan
Biar tak ada tekanan yang memenjarakan
Makassar, 261218 | Djik2222
161
Terdampar tapi tahu jalan pulang itu lebih baik. Dari pada, tersesat tapi sulit move on.
162
Cinta yang di sana tidak lari. Tapi dia yang di sana sedang menunggu. Maka, wajar jika saya yang menghampirinya.
163
Setumpuk buku tak akan berguna, bila hanya kau jadikan barang pajangan.
164
Karena buku bukan untuk dijadikan pajangan. Maka, bacalah. Tapi, ingat dari hasil bacaanmu kau tuangkan ke ruang rakyat.
165
Untuk apa berlebel sarjana. Kalau kau terus jadi pengemis jabatan dan kekuasaan.
166
Apa guna ijazah, kalau hanya mencari kemewahan diri sendiri.
167
Pendidikan semakin mahal. Orang-orang miskin mulai dihardik untuk sekolah.
168
Sekolah bukan hanya ruang belajar yang kaku. Tapi, sekolah harus mengajarkan cara-cara melawan ketidakadilan.
169
Sekolah hari ini hanya menjadi tempat yang megah mengejar ijazah.
170
Dunia kampus semakin terjepit oleh kepentingan pemodal. Mahasiswa dilarang beronani dengan demokrasi sejati.
171
Buruh-buruh pabrik hari ini mulai digilas dengan rodi. Dengan pembagian upah yang tak merata.
Makassar, 281218 | Djik2222
172
Aku didesak dengan tanya. Diserang dengan jawaban. Tapi, aku tetap diam.
173
Semua tak kurespon kala komat-kamit menyerang. Karena, aku tak suka kata yang berulang-ulang.
174
Yang pernah terjadi sekan sia-sia. Karena segala kebaikan, kau tarik lagi dengan perintah amarah.
175
Tahanlah sedikit amarahmu, biar kita tak memilih jalan masing-masing pada kesepakatan bersama.
176
Jalan yang kita buat begitu menuai rintangan. Namun, kita sering diperhadapkan pada masalah. Tapi, kita tak lari dan harus membelok.
177
Menghadapi masalah yang terjadi adalah lebih baik. Dari pada harus berlari meninggalkan.
178
Kenangan itu begitu indah. Hingga susah untuk dilupakan. Karena bagiku, kaulah kenangan tanpa akhir.
179
Sampai sejauh ini, segala kenangan terus kuramu. Biar diperas menjadi elegi cerita-cerita berseri.
180
Jauh malam mulai mendekat. Hati diserang tanpa memberi kode. Yang biasanya menjadi basah, tapi kini hanya kemarau yang bermuara.
181
Aku memulainya dengan rasa. Lalu, kubalut dengan cinta. Biar, semua akhir tetap penuh dengan perasaan cinta.
182
Untuk terus mengasah asa, maka tak harus diam di balik bilik-bilik keterasingan.
183
Penderitaan tak akan usai dengan mudah, maka turunlah ke gelanggang kumuh. Lalu, berikan pemahan kepada mereka untuk bangkit melawan.
184
Tetaplah melawan dengan cara-cara cantik. Karena, rezim ini memoles metode penuh siksa tanpa kita sadari.
185
Kita tak menunggu kapan kesadaran tiba. Tapi, teruslah bersahabat bersama lingkungan.
186
Ketika menunggu perubahan tak kunjung tiba. Maka, jangan terus menunggu. Karena perubahan itu, terus-terus diciptakan.
187
Aku ingin kita terus menambah bara. Biar, semangat itu tak lekas menjadi abu.
188
Sudahi saja menambah abu. Karena abu akan mudah ditiup oleh angin. Maka, jangan lupa sisipkan bara yang baru.
189
Kita mulai abu-abu dengan keadaan. Hingga, mulai manja dan dekat pada kekuasaan.
190
Yang dulu sering kita kutuk dengan perlawanan. Sekarang kita mulai berkhianat dan lupa diri.
191
Kenapa harus berkhianat? Apakah kue kokuasaan dibagi tak merata? Atau idealisme teruji.
192
Lucu memang hidup di negeri dongeng. Semua dijadikan tempat menghayal penuh hura-hura.
193
Negeri ini miskin dengan kejujuran. Tapi, kaya dengan ragam kebohongan.
194
Kekayaan negeri ini terus dirampas. Mereka yang diharapkan menuai perubahan, kini menjadi pemain tangan gelap para pemburu amplop.
195
Mereka yang suka bermain amplop. Akan kelihatan semakin besar perutnya condong ke depan.
196
Kita yang mengharapkan persatuan. Tapi, kita kaku memahami setiap karakter.
197
Kita ingin besar melampai zaman. Namun, hanya sebatas gagasan besar tanpa realisasi.
198
Negeri ini tak butuh omong-kosong tambahan. Karena sudah menjadi budaya kebongon itu.
199
Jangan kau gadaikan idealismemu dengan jabatan. Tapi, kumpulkan lagi orang-orang jujur yang siap melawan.
200
Perlawanan kita tak hanya sampai di sini kawan. Maka, jangan merasa bosan bicara dan berbuat soal perubahan.
201
Perubahan tak mudah mengembalikan telapak tangan. Apalagi, melihat tatanan sosial yang bobrok ini. Maka, siapkan strategi dan taktik untuk turun memberantas.
Makassar, 181218 | Djik22
222
Tetaplah melaju di antara hingar-bingarnya negeri ini. Lalu, layangkanlah gagasan dan tindakan progresifmu. Biar tak mudah terjerumus menerima keadaan ini.
Makassar, 191218 | Djik22
223
Tak ada yang tahu dengan pasti. Kapan Tuhan memanggil untuk. Maka, segeralah siapkan diri untuk perbanyak kebajikan.
Makassar, 3119 | Djik22
224
Biarkan semuanya berjalan dengan rencana. Yang penting jangan paksakan aku dengan segala tekanan.
225
Kita harusnya saling memahami. Karena kita adalah sepasang yang melawan. Maka, tetaplah memegang erat tanganku.
226
Peganglah tangan ini. Jangan kau lepas kala emosi. Kerana kelak penyesalan akan menyapamu.
227
Mari kita saling menyapa. Walau kita hanya bertemu di masa lalu. Karena aku tak ingin kita jadi musuh abadi.
228
Lawanlah segala yang salah. Tapi, jangan memusuhi segala yang bernama kebaikan.
229
Jangan terlalu kau mengagungkan ijazah, titel, dan tahta. Karena semuanya masih berwatak feodal.
230
Hapuslah segala penindasan dengan kemampuanmu. Hangan nyamankan dirimu dengan menjauh pada isak-tangis.
231
Dunia kampus kini menjadi wadah menncari keuntungan. Mahasiswa yang selesai ditawari jadi budak di perusahan kaki tangan para pemburu rente.
232
Kampus tak lagi mendidik mahasiswa berpikir kritis. Malah, mengajak mahasiswa untuk tunduk dan patuh pada setiap kebijakan yang diterapkan.
233
Maukah kita dijuluki mahasiswa sampah dan anak muda palsu?
234
Jadilah anak muda yang berani mengambil resiko. Kemudian meletakan dasar sebuah sejarah baru.
235
Jadilah mahasiswa yang peka dengan segala permasalahan. Kerana ketika diam, maka kita terus digilas.
236
Diam digilas oleh segala sistem yang bobrok atau bangkit melawan? Butuh keberanian untuk membuktikannya.
237
Sokolah kini hanya mengajari murid jadi penghafal yang baik. Tapi, kaku melatih keberanian dengan kondisi sekitar.
238
Jika murid dan mahasiswa diracuni dengan pekerjaan. Maka, stigma yang lahir adalah terus mengejar nilai.
239
Ijazah hanyalah kertas. Sayangnya orang-orang lebih tekun mendapatkan ijazah. Tanpa mengasah segala kemampuannya.
240
Selamat kepada mahasiswa yang mengaku pejuang. Tapi, saat bangsa sedang digadaikan semua malah diam. Mereka diam karena tawaran uang dan jabatan.
Makassar, 9119 | Djik22
241
Jika semua mulai berubah dengan kemauan rasisme, maka aku ingin kita hentikan dengan objektif tanpa bendera.
242
Di manakah kita berpihak? Apakah kepada mereka yang lemah? Atau pada mereka yang berjas rapi dengan menjualbelikan segala aturan.
243
Jangan harap keadilan tumbuh dengan subur. Jika, segala sistem kita masih menikmati kemarau kesengajaan.
244
Tanah, air, udara yang terkandung di negeri ini. Perlahan-lahan tidak lagi menjadi milik bangsa. Karena semua mulai dijual sedikit demi sedikit.
245
Oh... kekayaan alamku kini jadi perebutan tanpa puas oleh para pemilik modal. Terus pemerintahku malah kompromi dengan setia mereka itu.
246
Jika para pendiri bangsa kita masih hidup, maka negeri kita tak semiskin kekayaan alam. Dan tak sekaya lilitan utang.
247
Para pelawak dan pencuri berjas rapi di negeriku semakin merajalela. Tanpa malu dan merasa bersalah dijuluki maling berkedok politik. Mereka masih menaburi senyum berkalung rompi 'Tahanan'
248
Kekuasaan tertinggi sekarang hanya berlaku bagi mereka yang kaya-raya. Kemudian, mengesampingkan si miskin untuk berusaha sendiri.
249
Lihat saja...!!! semprotan tanpa malu disiarkan terus-menerus. Sampai, yang maling uang negara dibiarkan berlarut-larut.
250
Oh... hukum di negeriku suka menghukum orang yang tak bersalah. Dan menjerat mereka yang salah dengan sangsi ringan. Semua karena rupiah bermain di belakang layar.
251
Jangan kau agungkan apa yang dimiliki. Sebab, semuanya hanya sementara.
252
Sudah saatnya, kita bangkit dari ketertinggalan. Karena ketika melangkah, maka kita sedang meraih titik tujuan.
253
Jika kau datang untuk mencari titik lemah dan kelebihanku, maka aku tak punya. Karena akulah sederhana tanpa apa-apa.
254
Biarkan waktu menghukum segala yang terjadi. Setidaknya, kita tak menyimpan dendam antara satu sama lain.
255
Teruslah berjalan di atas hamparan semesta ini. Karena sudah tiba saatnya, kau gunakan kaki untuk melangkah dan tangan untuk mengenggam.
256
Kecantikan bukan dililihat dari patokan harga. Dipandang untuk memenuhi nafsu saja. Tapi, kecantikan hanyalah pandangan mata.
257
Biar mereka menghujatmu karena patokan harga, maka aku mengangkat jempol. Bahwa beruntung perempuan masih punya harga. Terus bagaimana yang tak punya harga tapi tetap dinikmati?
258
Biarkan segala cibiran datang menyerang. Karena masih banyak lagi tabu yang perlu dibuka.
259
Apa bedanya para pelacur dengan koruptor? Jika, uang adalah titik akhir memenuhi libido kesenangan.
260
Ketika hukum masih berlaku sepihak terhadap warganya. Maka, jangan harap keadilan menjadi senjata. Harusnya, hukum jadi panglima yang setia.
Makassar, 12119 | Djik22
261
Aku sering merindukan tentang rumah di jarak yang begitu jauh. Semoga, kita segera bertemu dalam kelembutan yang begitu mesrah seperti dahulu.
262
Sampai sejauh ini. Raut indahmu selalu hadir dalam bayangan. Hingga aku sering memimpikan dalam tidur lelapku.
263
Aku terlihat bahagia karena timangan kasihmu. Dan aku tegar karena belaian mesrah aliri air susu yang kuminum.
264
Dengan tenaga yang tersisa. Keyakinan itu tetap menyala seperti api dan kelembutan seperti kapas. Sampai, diri ini selalu peka dengan keadaan yang dihadapi
265
Sedikit lagi aku akan pulang wahai rumah yang indah. Akan kubawa sejuta semangat dan tanpa henti memberikan abdi bakti sebagai bentuk balas budi.
266
Tanah yang kupijak adalah restu dan doamu. Sampai, indah bola mata ini menatap dengan tajam pada setiap pristiwa yang dilewati.
267
Udara yang kuhirup adalah hembusan terindah dari Sang Ilahi. Tapi, sekarang mulai tergoda oleh roda zaman peradaban kerusakan.
268
Tak ada kata titik dalam kamus kehidupan jiwa. Karena aku memilih jeda untuk peristirahatan sementara berteman raga.
269
Jika badanku tetap kau doakan dalam sujud dan rukukmu. Maka, aku di sini sering terlihat bahagia. Karena doamu selalu terkabul oleh Ilahi.
270
Suatu saat, air mata dan keringat akan kita gantikan dengan usaha-usaha yang bahgia. Maka, tetaplah tenang wahai ibu penuntun jalan.
271
Aku memikirkanmu seperti angin yang membawa kabar. Tanpa ada tanda-tanda keburaman dan kabar angin.
272
Tangisan dahulu kini hanya jadi kenangan. Maka, setiap kenangan akan aku catat dalam lembar sejarah.
273
Kita harus menciptakan sejarah dengan cara kita sendiri. Biar hanya sekecil seperti biji-biji kelereng.
274
Entah apa yang menjadi penguat alasan aku bertahan. Tapi, semua ini berkat campur-tangan melalui doa di malam-malam panjangmu.
275
Kelak kita akan bertemu di garis waktu yang telah ditentukan. Setelah aku menamati impian dari keringatmu.
276
Wahai pejuang sejati. Dengarlah dengan iklas. Akan kulanjutkan garis tangan titipan amanahmu.
277
Dua orang yang selalu kucintai, sampai sekarang masih setia dengan kabar dan hembusan keluhku.
278
Tetaplah tenang dalam kesederhanaan wahai ayah pejuang. Kita akan jadi sederhana tanpa kemapanan yang dipamer-pamer.
279
Berikanlah aku kesempatan sekali lagi. Biar, kukumpul patahan kata menjadi genap berjumlah 2222.
280
Ibu dari segala rindu yang mendayu. Aku katakan lewat jarak. Kalau aku selalu merindukanmu bersama rumah sederhana itu.
281
Kita yang dulu sering maling, sampai dihujat oleh kumpulan bibir-bibir, dan disumpah-serapah oleh cekaman dunia.
282
Dunia kita yang dulu adalah kenakalan. Tapi, sedikit tidaknya kita mulai merubah perlahan-lahan dengan cara kita sendiri.
283
Untukmu yang bernama pemuda desa, mari kita sama-sama bersatu membuat segala bentuk kebaikan.
284
Akhirnya, olahraga mampu menyatukan kita dengan semangat kebersamaan. Sampai kita mengulang lagi sejarah itu.
285
Iya... orang pernah segan mendengar nama itu. Sampai sekarang, kita masih mempertahankannya.
386
Tetaplah menggocek dengan si kulit bundar. Karena itulah hidupnya pemuda untuk terus berkarya.
287
Teruslah berkarya lewat olahraga. Karena di tangan dan kaki kita semua amanah dipikul. Maka, terus bergerak dengan segala rasa membudaya.
288
Karena rasa adalah alasan. Maka, kita sering kompak untuk berlatih. Dan kita selalu seiring-sejalan dengan kibaran warna merah, kuning, dan biru. Lalu, tertulislah lima kekuatan itu.
289
Sekiranya, rindu terus bergelembung halus pada setiap pajangan foto yang diupload melalui dunia maya.
290
Terima kasih ibu budaya dan ayah agama yang selalu membimbing untuk menyusuri jalan ini. Hingga jejak langkahku tanpa jeda mengurai kata.
291
Kita adalah pemuda yang pernah nakal. Dan sampai sekarang kita masih nakal. Namun, kita masih menggunakan sopan-santun untuk saling menghargai dan bertindak.
292
Suatu saat kita akan bertemu kembali wahai kawan juangku. Karena aku pergi untuk kembali dengan terobosan baru.
293
Kita perlu ruang baru; kita perlu pola baru. Maka, kita tidak lagi kaku menghadapi segala tantangan dan tekanan.
294
Untukmu kawan dan rumah sederhana. Rindu dan salammu tetap menjadi kekuatan yang tak bisa diganggu-gugat oleh siapa pun.
295
Kadang aku tertawa dan terharu mengingat segala pengelaman yang kita lewati bersama.
296
Jika, pengelaman adalah guru. Maka, bolehkah aku tetap menjadi murid setia untuk pengabdian?
297
Kita mulai berubah dengan segala perbuatan. Hingga, kini kita perlahan bersikukuh pada kebenaran dan kekompakan.
298
Untukmu yang tanpa nama kusebut. Kalau sekarang aku bahagia melihat kebersamaan kalian.
299
Kita adalah peluru dan senjata. Maka, kita selalu siap untuk menembak dengan segala terobosan baru.
300
Untukmu udara desa dan rumah budaya. Terima kasih tak berkecukupan untuk berucap. Kalau dari restumulah kami masih kuat berdiri.
Makassar, 17119 | Djik22
301
Jika yang kutulis adalah masa lalu. Maka, janganlah kau cemburu wahai pendamping hidupku.
302
Kita sama-sama punya masa lalu. Tapi, dirimu tetap tak ada tara untuk membuat sebuah perbandingan dengan orang lain.
303
Jangan lagi risau wahai kekasihku. Aku hanya merangkai semuanya lewat kata-kata puitis.
304
Suatu saat, kita menuju sebuah mimpi yang kita letakan bersama.
305
Saat ini, aku berada di sisimu. Maka, tak ada jalan keluar untuk berpindah hati.
306
Percayalah! Badai dan cobaan mampu kita lewati. Kitalah sepasang kasih dan kawan juang yang tak bisa dipisahkan.
307
Tetaplah tenang dan sabar. Jangan menekan aku dengan duga-sangka tanpa bukti.
308
Kita pernah jatuh. Namun, tak lagi ingin jatuh kembali. Karena kita berkomitmen untuk tetap sama-sama membuka lembar baru.
309
Kaulah yang terakhir tanpa ada lagi menghampiri. Sekiranya mereka tiba, maka aku tak lagi berpindah pada pendirian.
310
Ranting yang jatuh itu, kita sama-sama mengumpulnya dengan semangat hati.
311
Semesta yang kita pijaki, masih merestui romantisme kita. Jadi, kita harus menuju negeri impian yang telah digagas bersama.
312
Aku telah melupakan segala yang telah lewat. Karena semuanya penuh dengan kepedihan.
313
Maafkan aku yang keliru dalam memilih bahasa. Kedepannya, aku lebih tepat lagi merangkai kata-kata. Biar tak menyakiti hatimu.
314
Semua yang tertulis adalah gambaran umum. Tanpa ada yang diistimewakan dan disudutkan begitu saja.
315
Apakah hatimu masih ragu dengan segala yang ada? Jika ragumu adalah kelemahan, aka mari sama-sama kita saling melengkapi.
316
Kita akan bergeser perlahan-lahan. Jadi, jangan terburu-buru wahai kekasihku.
317
Biarkan penilaian orang sepahit apa pun. kita ambil saja sarat kebaikan yang berselubung setiap hinaan itu.
318
Sampai detik ini. Aku masih percaya pada kekuatan semesta. Karena ia memberi kabar lewat udara dan membangun kekuatan lewat kedekatan.
319
Tetap semangat jangan ada dendam. Karena kitalah bara api yang terus menyala tanpa padam.
320
Kegelapan sudah dilalui, maka mari menapaki jalan terang meraih mimpi di negeri tanah bersengketa ini.
Makassar, 18119 | Djik22
321
Kita yang dibentangi jarak. Harusnya tak melayangkan tangisan. Sebab, dirimu begitu dekat dengan air mata.
322
Sekiranya, dirimu sudah berjuang untuk mencerdaskan anak Pulau Pembunuh. Maka, teruslah bergerak dan jangan menyerah.
323
Jadilah perempuan yang terus melawan. Tanpa manja menerima keadaan. Sebab, di pundakmu para penerus menagi harapan.
324
Jika gunung adalah alasan kesukaanmu. Maka, rawatlah pohon yang pernah kutanam dulu. Biar deretan batu pun menjadi kekuatan yang begitu keramat.
325
Kita saling kaget. Saat perlahan-lahan mulai membuka diri. Anehnya, kitalah para penikmat kisah.
326
Doaku lewat jarak atas usahamu. Kutitipkan lewat kabar tak ada henti. Biar suatu saat kita akan bertemu di ketuban budayamu.
327
Sederet kalimat panjang berbalas. Baru satu kali kau layangkan aku sebuah tanya. Apakah baru kuberikan kesempatan?
328
Tangan kita mulai nakal untuk memilah kata. Sambil senyum sendiri di jarak yang begitu jauh.
329
Kaulah mata air dan air mata. Maka, warisilah air tulusmu untuk menenangkan hatiku.
330
Jika ada ruang penantian. Maka, aku tak memilih untuk bertemu. Sebab, kita belum begitu dekat antara satu sama lain.
331
Suatu ketika, kita kembali pada ingatan masa lalu. Hingga memilih jalan kembali ke agama untuk saling bersatu.
332
Entah yang menjadikan alasan untuk kita saling dekat. Tapi, kenyamanan itu selalu ada. Walau baru sesaat kita mengetahui diri.
333
Jika awal adalah dua puluh lima berderet. Maka, tambahlah terus-menerus. Biar, mimpimu mampu diraih dengan catatan dari Rab-mu.
334
Untuk apa kita saling tanya? Jika, banyak kemiripan antara kita. Sekitanya merah dan hitam jadi satu kesamaan dari beberapa kemiripan.
335
Kita dilahirkan di kesamaan pulau. Maka, aliran darah pejuang selalu menari dan bernyanyi setiap langkah kita.
336
Jangan terburu-buru. Ketika kita baru memulai. Maka, tenanglah dengan sadar. Jangan membuat dirimu jadi perindu.
337
Duka yang pernah singgah. Hilang dengan sendirinya lewat cerita kita berdua di malam singkat ini.
338
Tambahilah aku dibderetan lemarimu bacamu. Biar, setiap saat kau mengeja namaku dalam hembusan nafas dan tulisan tangamu.
339
Kita pernah jatuh di sebuah jurang yang tak bisa diberi nama. Maka, janganlah merayu aku melihat jurang itu lagi.
340
Kita saling kaget. Saat semua tebakan jadi kebenaran. Apakah kita terlahir dari bulan yang berderet? Atau karena panggilan jiwa yang belum dibuka semuanya?
Makassar, 20119 | Djik22
341
Masih banyak atap rumah yang bolong untuk kita lindungi. Dari pada, kita menatap yang jauh tapi melupakan di sekeliling kita.
342
Hujan-banjir terus membuat malapetaka. Namun, mereka itu hanya sibuk dengan kempanye dan debat kusir.
343
Cobalah melihat ke arah matahari terbit. Di sanalah tempat yang belum terjama karena ratap-tangis.
344
Jangan prioritaskan keadaan matahari tenggelam saja. Karena Indonesia bukan hanya selenggal kutub dalam peta yang buram.
445
Kempanyemu membutakan mata rakyat. Hingga politik dipahami rakyat hanyalah soal omong-kosong.
346
Tuan yang dulu muda perkasa dan berani. Sekarang mulai gemuk karena ketamakan dan loyo karena sogokan.
347
Aduhai nasib Nusantara lama mulai dilupakan. Hingga budaya kami tinggal kepikunan dan kebutaan.
348
Kami yang buta politik, dipaksabmencoblos salah satu calon. Dengan dalil, pilihlah aku karena karena suramu kubeli.
349
Kita disibukan dengan soal yang berat. Hingga masalah yang mudah kita tak bisa selesaikan.
350
Tuan tersenyum karena jabatan. Tapi, tuan akan jadi pengemis jika mendekati pemilihan.
351
Ribuan rakyat yang menderita karena para pembesar hanya sibuk membuat kaya dirinya sendiri.
352
Aspirasi si miskin kini dianggap sebagai suara sampah. Hingga tangisan itu tetap mengalir di pipi sebagian para penghuni bumi.
353
Banyak orang di luar sana yang jadi gelandangan. Sebab, lapangan kerja mulai penuh dengan syarat kekeluargaan.
354
Mereka yang mengadu nasib di jalanan, dianggap sepeleh oleh para pengguna kendaraan berlabel merah. Apakah tuan buta?
355
Para pengemis masih terus menangis dengan kemiskinan. Tapi, hanya sebagian yang peduli kepada mereka.
356
Apa keuntungan jika tingginya sekolah tapi mulut digunakan untuk menipu?
357
Dengan ragam kata-kata. Semua tak bisa dihilangkan begitu saja. Apalagi, tentang kemiskinan dan pengangguran.
358
Semoga banyak yang sadar akan penderitaan. Serta sadar untuk mengubah dan peka menata segala yang bobrok ini.
359
Jika tak ada kesempatanmu untuk menginjaki istana megah di singgasana. Maka, kirimilah mereka surat sebagai satu bentuk peringatan.
360
Bahwa tanah kita bukan untuk direstui para penganggur. Hingga mereka mendatangakan tenaga kerja asing untuk mengusir warga negaranya sendiri.
Makassar, 28119 | Djik22
361
Aku ditelanjangi dengan paksa untuk melepaskan budaya tenun terbalut. Karena dunis modern mengajak anak zaman pada kemajuan tapi tak diapit budaya tenun.
362
Moyangku akan menangis, kala menyaksikan anak zaman mulai lupa pada warisan budaya leluhur. Apakah kita terus diam menatap pergeseran budaya daerah?
363
Jangan bukakan bajuku yang dari hasil tenun leluhur. Karena ada nilai keramat yang selalu membekas dalam dada dan dan hatiku.
364
Jangan kau jual semuanya atas nama budaya. Karena hasil budaya kita bukan untuk dijual-belikan.
365
Lestarikanlah budaya lama peninggalan purba. Biar anak cucu tak buta pada ciri khas daerah kita.
366
Jagalah budaya dengan hati. Biar ketamakan tak menjadi hal utama untuk mengejar keuntungan demi saku pribadi.
367
Kitalah sang pemula yang mulai dibisiki untuk pertahankan budaya. Maka, kembalikan jati diri yang berlandaskan pada budaya.
368
Jangan kira kain kusam hasil tenun tak punya nilai. Karena biar sekecil apa pun buah tangan menyulamnya masih lebih berharga dengan bisnis ala para pembandit.
369
Dengan darah kita dibesarkan; dengan keringat kita dirawat. Maka, jangan sia-siakan segala perjuangan yang telah digariskan.
370
Serumpun budaya Lamaholot. Kini mulai didagangkan dengan alasan festival. Semoga keaslian dan ciri khas dari ragam budaya tetap dijaga.
Makassar, 29119 | Djik22
371
Harusnya, generasiku tak kau larang untuk merangkai kata. Karena kami tak mau menjadi boneka di bawah kendali birokrasi.
372
Biarkan kami melawan dengan pola yang berbeda dan cara yang lebih halus. Yang penting kita sama-sama mendudukan siapa musuh kita yang sebenarnya.
373
Jika nalar dan arah pikiranmu selalu bersandar pada untung-rugi. Maka, kau sedang menanam tembok untuk jadi penguasa yang akan terus menindas.
374
Watak yang selalu bersembuyi di bawah sistem rakus masih ada di dalam dirimu. Maka, kami ingatkan segara dibumihanguskan untuk menyelamatkan keadaan!!!
375
Jangan kau jual lembagamu demi pamor dan karya. Karena mata kami mulai melihat dan telinga kami sudah mendengar. Kalau kalian tak lagi berdiri dengan merdeka. Namun, malah jadi koalisi untuk menambah jargon kebohongan.
376
Kami selalu memberikan peringatan padamu. Biar berdirmu tetap pada garis kebenaran dan selalu membawa kepentingan bersama.
377
Jangan hanya pintar menyusun konsep tanpa sebuah siasat. Karena percuma banyak konsep jika kau tak bergerak sedikitpun.
378
Kita akan bisa berdamai pada sistem. Jika, kita masuk untuk merubah segala kerakusan dan penuh kebohongan yang selama ini merugikan rakyat.
379
Jangan kau bunuh kami dengan ancaman. Karena kami tak bisa dibunuh dengan mudah. Apalagi, hanya untuk menakut-nakuti.
380
Keberanian itu harus terus dilatih dan diasah. Karena keberanian tak jatuh dari langit dan mengharapkan doa tanpa perbuatan.
381
Kembalikan rel dan arah gerakmu pada dasar sastra dan seni murni. Jangan hanya suka menjual karya demi keuntungan pribadi.
382
Prinsip kemurnian sastra dan seni harus menjadi sahabat setia. Biar selama berkarya, kau tak mudah terjebak dengan tawaran amplop dan rupiah yang rupa-rupa.
383
Apakah kau takut jika tak dapat bagian dalam piring kekuasaan? Jika yang kau lakukan hanya untuk kekuasaan dan jabatan, maka percuma saja dengunganmu selama ini.
384
Kami bukan hanya pandai mengkritik saja. Tapi, kami selalu memberikan peringatan dan solusi-solusi yang solutif.
385
Jangan kau damaikan kami dengan kompromi berbudaya amplop dan jabatan. Karena kami tak mau dengan segala tawaran yang coba melemahkan keberanian.
386
Biarkan kami habiskan masa dengan berkarya dan sulu api perjuangan tiada akhir.
387
Jangan kau anggap premeh dengan deretan kata-kata. Karena kami selalu melawan dengan kata-kata sampai titik darah penghabisan.
388
Semesta selalu mencatat segala kebaikan yang telah dilakukan. Yang penting, kita tak kaku dalam menghadapi gelombang tantangan.
389
Sampai sejauh ini. Kami prihatin dengan sepak terjangmu. Karena kau dan kawan-kawanmu selalu melakukan penggelapan karya.
390
Sebagai catatan. Kembalikan idealismemu yang dulu kau dengungkan. Jika masih ada, maka terapkan kebarianmu di dalam sistem yang sedang kau nikmati itu.
Makassar, 12219 | Djik22
391
Hadirnya orang ketiga membuat cinta dan sayangmu padaku mulai berkurang. Apa sebenarnya yang terjadi sehinga dirimu berani selingkuh?
392
Wajah cantikmu mulai ditumbuhi jerawat. Hingga terlihat jelas bintik-bintik kecil itu mengganggu bersolek.
393
Jangan tinggalkan aku di kamar ini. Jika, cinta sejati masih bermuara di hatimu. Apakah kau sudah bosan denganku? Atau kau sengaja meninggalkanku tanpa alasan?
394
Setiap yang bernyawa di bawah kolong langit haknya sama di mata hukum. Jadi, jangan sepelehkan seseorang kalau hanya dilihat dari penampilannya saja.
395
Kemiskinan ini masih merajalela. Sampai, semua janji belum terpenuhi. Karena negaraku lagi sibuk mengurusi soal Pemilihan Umum.
396
Kandungan kekayaan dari perut bumi kita. Kini dinikmati oleh negara lain. Mereka datang menanam saham di negeri kaya raya ini tapi miskin kejujuran.
397
Gunung-gunung mulai dikeruk. Semua atas nama nafsu penambahan modal. Apalagi, dibaluti kepentingan politik yang berselubung.
398
Jangan penjarakan pengajarmu sendiri. Karena mereka memberikan ilmu dan pengetahuan tanpa pujian.
399
Guru itu lehernya oleh siswanya. Tapi, ia tak mau memberi hukuman. Karena ia tahu bagaimana cara mendidik dan mengatasi siswa yang masih labil.
400
Tetaplah mengajar dengan segala potensimu. Jangan hiraukan amarah dan cacian. Anggap saja angin lalu dan motivasi yang berlian.
Makassar, 20219 | Djik22
401
Sedikit lagi, kita akan nencapai puncak bahagia. Jadi, tetap semangat untuk meraih mimpi bahagia itu.
402
Tak ada yang lebih hebat dari usaha dan ketekunan. Karena akan memberantas segala kemalasan dalam diri.
403
Pendidikan adalah salah instrumen untuk mencerdaskan manusia. Jadi, jangan menindas manusia lewat lembaga pendidikan.
404
Pendidikan gaya bank akan memberi batasan pada orang-orang yang ekonominya lemah.
405
Dunia kampus sekarang tak ubahnya dengan pasar dan pabrik. Mencetak sebanyak-banyaknya sarjana, tapi malah jadi pengangguran.
406
Orang-orang yang bahagia berjuang. Adalah mereka yang menginginkan suatu perubahan. Yaitu, menghapus penindasan manusia atas manusia dan penindasan bangsa atas bangsa.
407
Berbahagialah mereka yang masih pegang prinsip pada kebenaran. Dan ingin mengubah sistem yang bobrok demi berlaku adil bagi seluruh manusia.
408
Kalau perjuangan pemuda hari ini melemah, maka segala bentuk penindasan akan berkuasa tanpa adanya perlawanan.
409
Melawanlah sampai titik darah penghabisan. Jangan kasih kendor lantaran Anda disogok.
410
Jangan pernah mengeluh dengan hidup. Tapi, nikmati setiap proses yang penuh tekanan.
Makassar, 21219 | Djik22
411
Deru perlawanan mulai berkurang. Lantaran kita memilih sibuk pada urusan pribadi masing-masing.
412
Kemanakah kita setelah usai melawan? Jika semua yang suci mulai dinodai dengan godaan rupiah.
413
Harusnya, kita terus melangkah. Biar benturan sekeras apa pun. Kita mampu membendungnya tanpa menyerah.
414
Tepat di tahun politik. Semua muncul jadi pengamat. Namun, aku memilih jadi seorang yang setia pada pendirian awal.
415
Sekolah jalalan kini mulai sepi. Semua digantikan oleh kemacetan arus pulang-perginya kendaraan yang ramai.
416
Aku tak mau dihujani julukan anak muda palsu. Maka, dari itu aku mengajak yang lain untuk tidak bersikap masa bodoh pada keadaan yang terus menekan.
417
Cinta dan kebersamaan selama ini diagungkan. Malah, dirusaki dengan emosi yang tidak terkontrol.
418
Hingga masa gemilang dan bahagia itu. Direbut paksa oleh sebuah keburukan dan duga-sangka.
419
Sekitar satu bulan lamanya. Kita sama-sama memilih untuk mengasingkan diri.
420
Untuk apa kau agungkan setia? Jika kau memilih sebagai dalang yang berkhianat pada pertempuran sengit ini.
421
Mental kita sering teruji. Bukan dengan tiang-tiang jeruji, tapi lewat tawaran zaman yang penuh kecanggihan.
422
Kiranya, kita tak lupa budaya bangsa. Ialah budaya dengan semangat gotong-royong.
423
Jadilah dirimu sendiri. Jangan jadikan dirimu jelmaan orang lain. Karena kau ditugaskan jadi orang merdeka.
424
Apa yang kau perbuat selama masa mudamu? Apakah hanya menghabiskan waktu sia-sia? Semoga saja, semangat mudamu terus bergelora. Dan mengisi hari-hari dengan banyak hal berguna.
425
Aku menyukaimu karena kau tetap menulis. Dan tak akan hilang kagumku dilekang oleh ruang dan waktu. Sebab, kau buat kata jadi sebuah senjata bersejarah.
426
Jika mentalmu tetap berontak dan melawan pada ketidakadilan. Maka, lawanlah dengan cara yang cantik dan pasti. Biar, keringat dan tenagamu tetap jadi saksi.
427
Jangan terlalu percaya pada mulut para penguasa. Jika, sudah berulang kali mereka berdusta.
428
Tikus-tikus berdasi masih merajalela tanpa malu. Walau uang negara sering digelapkan. Kapan orang seperti mereka itu dijebloskan dalam penjara dengan hukuman setimpal perbuatan?
429
Buatlah orang di sekitarmu selalu bahagia. Dan jangan kau lupa membela mereka yang lemah tanpa mengharapkan imbalan.
430
Jadilah manusia penjahat kata. Biar, setiap kejadian kau tangkap dan selalu menulis. Hingga budaya menulismu jadi sebuah kebutuhan yang menyenangkan.
Makassar, 12119 | Djik22
261
Aku sering merindukan tentang rumah di jarak yang begitu jauh. Semoga, kita segera bertemu dalam kelembutan yang begitu mesrah seperti dahulu.
262
Sampai sejauh ini. Raut indahmu selalu hadir dalam bayangan. Hingga aku sering memimpikan dalam tidur lelapku.
263
Aku terlihat bahagia karena timangan kasihmu. Dan aku tegar karena belaian mesrah aliri air susu yang kuminum.
264
Dengan tenaga yang tersisa. Keyakinan itu tetap menyala seperti api dan kelembutan seperti kapas. Sampai, diri ini selalu peka dengan keadaan yang dihadapi
265
Sedikit lagi aku akan pulang wahai rumah yang indah. Akan kubawa sejuta semangat dan tanpa henti memberikan abdi bakti sebagai bentuk balas budi.
266
Tanah yang kupijak adalah restu dan doamu. Sampai, indah bola mata ini menatap dengan tajam pada setiap pristiwa yang dilewati.
267
Udara yang kuhirup adalah hembusan terindah dari Sang Ilahi. Tapi, sekarang mulai tergoda oleh roda zaman peradaban kerusakan.
268
Tak ada kata titik dalam kamus kehidupan jiwa. Karena aku memilih jeda untuk peristirahatan sementara berteman raga.
269
Jika badanku tetap kau doakan dalam sujud dan rukukmu. Maka, aku di sini sering terlihat bahagia. Karena doamu selalu terkabul oleh Ilahi.
270
Suatu saat, air mata dan keringat akan kita gantikan dengan usaha-usaha yang bahgia. Maka, tetaplah tenang wahai ibu penuntun jalan.
271
Aku memikirkanmu seperti angin yang membawa kabar. Tanpa ada tanda-tanda keburaman dan kabar angin.
272
Tangisan dahulu kini hanya jadi kenangan. Maka, setiap kenangan akan aku catat dalam lembar sejarah.
273
Kita harus menciptakan sejarah dengan cara kita sendiri. Biar hanya sekecil seperti biji-biji kelereng.
274
Entah apa yang menjadi penguat alasan aku bertahan. Tapi, semua ini berkat campur-tangan melalui doa di malam-malam panjangmu.
275
Kelak kita akan bertemu di garis waktu yang telah ditentukan. Setelah aku menamati impian dari keringatmu.
276
Wahai pejuang sejati. Dengarlah dengan iklas. Akan kulanjutkan garis tangan titipan amanahmu.
277
Dua orang yang selalu kucintai, sampai sekarang masih setia dengan kabar dan hembusan keluhku.
278
Tetaplah tenang dalam kesederhanaan wahai ayah pejuang. Kita akan jadi sederhana tanpa kemapanan yang dipamer-pamer.
279
Berikanlah aku kesempatan sekali lagi. Biar, kukumpul patahan kata menjadi genap berjumlah 2222.
280
Ibu dari segala rindu yang mendayu. Aku katakan lewat jarak. Kalau aku selalu merindukanmu bersama rumah sederhana itu.
281
Kita yang dulu sering maling, sampai dihujat oleh kumpulan bibir-bibir, dan disumpah-serapah oleh cekaman dunia.
282
Dunia kita yang dulu adalah kenakalan. Tapi, sedikit tidaknya kita mulai merubah perlahan-lahan dengan cara kita sendiri.
283
Untukmu yang bernama pemuda desa, mari kita sama-sama bersatu membuat segala bentuk kebaikan.
284
Akhirnya, olahraga mampu menyatukan kita dengan semangat kebersamaan. Sampai kita mengulang lagi sejarah itu.
285
Iya... orang pernah segan mendengar nama itu. Sampai sekarang, kita masih mempertahankannya.
386
Tetaplah menggocek dengan si kulit bundar. Karena itulah hidupnya pemuda untuk terus berkarya.
287
Teruslah berkarya lewat olahraga. Karena di tangan dan kaki kita semua amanah dipikul. Maka, terus bergerak dengan segala rasa membudaya.
288
Karena rasa adalah alasan. Maka, kita sering kompak untuk berlatih. Dan kita selalu seiring-sejalan dengan kibaran warna merah, kuning, dan biru. Lalu, tertulislah lima kekuatan itu.
289
Sekiranya, rindu terus bergelembung halus pada setiap pajangan foto yang diupload melalui dunia maya.
290
Terima kasih ibu budaya dan ayah agama yang selalu membimbing untuk menyusuri jalan ini. Hingga jejak langkahku tanpa jeda mengurai kata.
291
Kita adalah pemuda yang pernah nakal. Dan sampai sekarang kita masih nakal. Namun, kita masih menggunakan sopan-santun untuk saling menghargai dan bertindak.
292
Suatu saat kita akan bertemu kembali wahai kawan juangku. Karena aku pergi untuk kembali dengan terobosan baru.
293
Kita perlu ruang baru; kita perlu pola baru. Maka, kita tidak lagi kaku menghadapi segala tantangan dan tekanan.
294
Untukmu kawan dan rumah sederhana. Rindu dan salammu tetap menjadi kekuatan yang tak bisa diganggu-gugat oleh siapa pun.
295
Kadang aku tertawa dan terharu mengingat segala pengelaman yang kita lewati bersama.
296
Jika, pengelaman adalah guru. Maka, bolehkah aku tetap menjadi murid setia untuk pengabdian?
297
Kita mulai berubah dengan segala perbuatan. Hingga, kini kita perlahan bersikukuh pada kebenaran dan kekompakan.
298
Untukmu yang tanpa nama kusebut. Kalau sekarang aku bahagia melihat kebersamaan kalian.
299
Kita adalah peluru dan senjata. Maka, kita selalu siap untuk menembak dengan segala terobosan baru.
300
Untukmu udara desa dan rumah budaya. Terima kasih tak berkecukupan untuk berucap. Kalau dari restumulah kami masih kuat berdiri.
Makassar, 17119 | Djik22
301
Jika yang kutulis adalah masa lalu. Maka, janganlah kau cemburu wahai pendamping hidupku.
302
Kita sama-sama punya masa lalu. Tapi, dirimu tetap tak ada tara untuk membuat sebuah perbandingan dengan orang lain.
303
Jangan lagi risau wahai kekasihku. Aku hanya merangkai semuanya lewat kata-kata puitis.
304
Suatu saat, kita menuju sebuah mimpi yang kita letakan bersama.
305
Saat ini, aku berada di sisimu. Maka, tak ada jalan keluar untuk berpindah hati.
306
Percayalah! Badai dan cobaan mampu kita lewati. Kitalah sepasang kasih dan kawan juang yang tak bisa dipisahkan.
307
Tetaplah tenang dan sabar. Jangan menekan aku dengan duga-sangka tanpa bukti.
308
Kita pernah jatuh. Namun, tak lagi ingin jatuh kembali. Karena kita berkomitmen untuk tetap sama-sama membuka lembar baru.
309
Kaulah yang terakhir tanpa ada lagi menghampiri. Sekiranya mereka tiba, maka aku tak lagi berpindah pada pendirian.
310
Ranting yang jatuh itu, kita sama-sama mengumpulnya dengan semangat hati.
311
Semesta yang kita pijaki, masih merestui romantisme kita. Jadi, kita harus menuju negeri impian yang telah digagas bersama.
312
Aku telah melupakan segala yang telah lewat. Karena semuanya penuh dengan kepedihan.
313
Maafkan aku yang keliru dalam memilih bahasa. Kedepannya, aku lebih tepat lagi merangkai kata-kata. Biar tak menyakiti hatimu.
314
Semua yang tertulis adalah gambaran umum. Tanpa ada yang diistimewakan dan disudutkan begitu saja.
315
Apakah hatimu masih ragu dengan segala yang ada? Jika ragumu adalah kelemahan, aka mari sama-sama kita saling melengkapi.
316
Kita akan bergeser perlahan-lahan. Jadi, jangan terburu-buru wahai kekasihku.
317
Biarkan penilaian orang sepahit apa pun. kita ambil saja sarat kebaikan yang berselubung setiap hinaan itu.
318
Sampai detik ini. Aku masih percaya pada kekuatan semesta. Karena ia memberi kabar lewat udara dan membangun kekuatan lewat kedekatan.
319
Tetap semangat jangan ada dendam. Karena kitalah bara api yang terus menyala tanpa padam.
320
Kegelapan sudah dilalui, maka mari menapaki jalan terang meraih mimpi di negeri tanah bersengketa ini.
Makassar, 18119 | Djik22
321
Kita yang dibentangi jarak. Harusnya tak melayangkan tangisan. Sebab, dirimu begitu dekat dengan air mata.
322
Sekiranya, dirimu sudah berjuang untuk mencerdaskan anak Pulau Pembunuh. Maka, teruslah bergerak dan jangan menyerah.
323
Jadilah perempuan yang terus melawan. Tanpa manja menerima keadaan. Sebab, di pundakmu para penerus menagi harapan.
324
Jika gunung adalah alasan kesukaanmu. Maka, rawatlah pohon yang pernah kutanam dulu. Biar deretan batu pun menjadi kekuatan yang begitu keramat.
325
Kita saling kaget. Saat perlahan-lahan mulai membuka diri. Anehnya, kitalah para penikmat kisah.
326
Doaku lewat jarak atas usahamu. Kutitipkan lewat kabar tak ada henti. Biar suatu saat kita akan bertemu di ketuban budayamu.
327
Sederet kalimat panjang berbalas. Baru satu kali kau layangkan aku sebuah tanya. Apakah baru kuberikan kesempatan?
328
Tangan kita mulai nakal untuk memilah kata. Sambil senyum sendiri di jarak yang begitu jauh.
329
Kaulah mata air dan air mata. Maka, warisilah air tulusmu untuk menenangkan hatiku.
330
Jika ada ruang penantian. Maka, aku tak memilih untuk bertemu. Sebab, kita belum begitu dekat antara satu sama lain.
331
Suatu ketika, kita kembali pada ingatan masa lalu. Hingga memilih jalan kembali ke agama untuk saling bersatu.
332
Entah yang menjadikan alasan untuk kita saling dekat. Tapi, kenyamanan itu selalu ada. Walau baru sesaat kita mengetahui diri.
333
Jika awal adalah dua puluh lima berderet. Maka, tambahlah terus-menerus. Biar, mimpimu mampu diraih dengan catatan dari Rab-mu.
334
Untuk apa kita saling tanya? Jika, banyak kemiripan antara kita. Sekitanya merah dan hitam jadi satu kesamaan dari beberapa kemiripan.
335
Kita dilahirkan di kesamaan pulau. Maka, aliran darah pejuang selalu menari dan bernyanyi setiap langkah kita.
336
Jangan terburu-buru. Ketika kita baru memulai. Maka, tenanglah dengan sadar. Jangan membuat dirimu jadi perindu.
337
Duka yang pernah singgah. Hilang dengan sendirinya lewat cerita kita berdua di malam singkat ini.
338
Tambahilah aku dibderetan lemarimu bacamu. Biar, setiap saat kau mengeja namaku dalam hembusan nafas dan tulisan tangamu.
339
Kita pernah jatuh di sebuah jurang yang tak bisa diberi nama. Maka, janganlah merayu aku melihat jurang itu lagi.
340
Kita saling kaget. Saat semua tebakan jadi kebenaran. Apakah kita terlahir dari bulan yang berderet? Atau karena panggilan jiwa yang belum dibuka semuanya?
Makassar, 20119 | Djik22
341
Masih banyak atap rumah yang bolong untuk kita lindungi. Dari pada, kita menatap yang jauh tapi melupakan di sekeliling kita.
342
Hujan-banjir terus membuat malapetaka. Namun, mereka itu hanya sibuk dengan kempanye dan debat kusir.
343
Cobalah melihat ke arah matahari terbit. Di sanalah tempat yang belum terjama karena ratap-tangis.
344
Jangan prioritaskan keadaan matahari tenggelam saja. Karena Indonesia bukan hanya selenggal kutub dalam peta yang buram.
445
Kempanyemu membutakan mata rakyat. Hingga politik dipahami rakyat hanyalah soal omong-kosong.
346
Tuan yang dulu muda perkasa dan berani. Sekarang mulai gemuk karena ketamakan dan loyo karena sogokan.
347
Aduhai nasib Nusantara lama mulai dilupakan. Hingga budaya kami tinggal kepikunan dan kebutaan.
348
Kami yang buta politik, dipaksabmencoblos salah satu calon. Dengan dalil, pilihlah aku karena karena suramu kubeli.
349
Kita disibukan dengan soal yang berat. Hingga masalah yang mudah kita tak bisa selesaikan.
350
Tuan tersenyum karena jabatan. Tapi, tuan akan jadi pengemis jika mendekati pemilihan.
351
Ribuan rakyat yang menderita karena para pembesar hanya sibuk membuat kaya dirinya sendiri.
352
Aspirasi si miskin kini dianggap sebagai suara sampah. Hingga tangisan itu tetap mengalir di pipi sebagian para penghuni bumi.
353
Banyak orang di luar sana yang jadi gelandangan. Sebab, lapangan kerja mulai penuh dengan syarat kekeluargaan.
354
Mereka yang mengadu nasib di jalanan, dianggap sepeleh oleh para pengguna kendaraan berlabel merah. Apakah tuan buta?
355
Para pengemis masih terus menangis dengan kemiskinan. Tapi, hanya sebagian yang peduli kepada mereka.
356
Apa keuntungan jika tingginya sekolah tapi mulut digunakan untuk menipu?
357
Dengan ragam kata-kata. Semua tak bisa dihilangkan begitu saja. Apalagi, tentang kemiskinan dan pengangguran.
358
Semoga banyak yang sadar akan penderitaan. Serta sadar untuk mengubah dan peka menata segala yang bobrok ini.
359
Jika tak ada kesempatanmu untuk menginjaki istana megah di singgasana. Maka, kirimilah mereka surat sebagai satu bentuk peringatan.
360
Bahwa tanah kita bukan untuk direstui para penganggur. Hingga mereka mendatangakan tenaga kerja asing untuk mengusir warga negaranya sendiri.
Makassar, 28119 | Djik22
361
Aku ditelanjangi dengan paksa untuk melepaskan budaya tenun terbalut. Karena dunis modern mengajak anak zaman pada kemajuan tapi tak diapit budaya tenun.
362
Moyangku akan menangis, kala menyaksikan anak zaman mulai lupa pada warisan budaya leluhur. Apakah kita terus diam menatap pergeseran budaya daerah?
363
Jangan bukakan bajuku yang dari hasil tenun leluhur. Karena ada nilai keramat yang selalu membekas dalam dada dan dan hatiku.
364
Jangan kau jual semuanya atas nama budaya. Karena hasil budaya kita bukan untuk dijual-belikan.
365
Lestarikanlah budaya lama peninggalan purba. Biar anak cucu tak buta pada ciri khas daerah kita.
366
Jagalah budaya dengan hati. Biar ketamakan tak menjadi hal utama untuk mengejar keuntungan demi saku pribadi.
367
Kitalah sang pemula yang mulai dibisiki untuk pertahankan budaya. Maka, kembalikan jati diri yang berlandaskan pada budaya.
368
Jangan kira kain kusam hasil tenun tak punya nilai. Karena biar sekecil apa pun buah tangan menyulamnya masih lebih berharga dengan bisnis ala para pembandit.
369
Dengan darah kita dibesarkan; dengan keringat kita dirawat. Maka, jangan sia-siakan segala perjuangan yang telah digariskan.
370
Serumpun budaya Lamaholot. Kini mulai didagangkan dengan alasan festival. Semoga keaslian dan ciri khas dari ragam budaya tetap dijaga.
Makassar, 29119 | Djik22
371
Harusnya, generasiku tak kau larang untuk merangkai kata. Karena kami tak mau menjadi boneka di bawah kendali birokrasi.
372
Biarkan kami melawan dengan pola yang berbeda dan cara yang lebih halus. Yang penting kita sama-sama mendudukan siapa musuh kita yang sebenarnya.
373
Jika nalar dan arah pikiranmu selalu bersandar pada untung-rugi. Maka, kau sedang menanam tembok untuk jadi penguasa yang akan terus menindas.
374
Watak yang selalu bersembuyi di bawah sistem rakus masih ada di dalam dirimu. Maka, kami ingatkan segara dibumihanguskan untuk menyelamatkan keadaan!!!
375
Jangan kau jual lembagamu demi pamor dan karya. Karena mata kami mulai melihat dan telinga kami sudah mendengar. Kalau kalian tak lagi berdiri dengan merdeka. Namun, malah jadi koalisi untuk menambah jargon kebohongan.
376
Kami selalu memberikan peringatan padamu. Biar berdirmu tetap pada garis kebenaran dan selalu membawa kepentingan bersama.
377
Jangan hanya pintar menyusun konsep tanpa sebuah siasat. Karena percuma banyak konsep jika kau tak bergerak sedikitpun.
378
Kita akan bisa berdamai pada sistem. Jika, kita masuk untuk merubah segala kerakusan dan penuh kebohongan yang selama ini merugikan rakyat.
379
Jangan kau bunuh kami dengan ancaman. Karena kami tak bisa dibunuh dengan mudah. Apalagi, hanya untuk menakut-nakuti.
380
Keberanian itu harus terus dilatih dan diasah. Karena keberanian tak jatuh dari langit dan mengharapkan doa tanpa perbuatan.
381
Kembalikan rel dan arah gerakmu pada dasar sastra dan seni murni. Jangan hanya suka menjual karya demi keuntungan pribadi.
382
Prinsip kemurnian sastra dan seni harus menjadi sahabat setia. Biar selama berkarya, kau tak mudah terjebak dengan tawaran amplop dan rupiah yang rupa-rupa.
383
Apakah kau takut jika tak dapat bagian dalam piring kekuasaan? Jika yang kau lakukan hanya untuk kekuasaan dan jabatan, maka percuma saja dengunganmu selama ini.
384
Kami bukan hanya pandai mengkritik saja. Tapi, kami selalu memberikan peringatan dan solusi-solusi yang solutif.
385
Jangan kau damaikan kami dengan kompromi berbudaya amplop dan jabatan. Karena kami tak mau dengan segala tawaran yang coba melemahkan keberanian.
386
Biarkan kami habiskan masa dengan berkarya dan sulu api perjuangan tiada akhir.
387
Jangan kau anggap premeh dengan deretan kata-kata. Karena kami selalu melawan dengan kata-kata sampai titik darah penghabisan.
388
Semesta selalu mencatat segala kebaikan yang telah dilakukan. Yang penting, kita tak kaku dalam menghadapi gelombang tantangan.
389
Sampai sejauh ini. Kami prihatin dengan sepak terjangmu. Karena kau dan kawan-kawanmu selalu melakukan penggelapan karya.
390
Sebagai catatan. Kembalikan idealismemu yang dulu kau dengungkan. Jika masih ada, maka terapkan kebarianmu di dalam sistem yang sedang kau nikmati itu.
Makassar, 12219 | Djik22
391
Hadirnya orang ketiga membuat cinta dan sayangmu padaku mulai berkurang. Apa sebenarnya yang terjadi sehinga dirimu berani selingkuh?
392
Wajah cantikmu mulai ditumbuhi jerawat. Hingga terlihat jelas bintik-bintik kecil itu mengganggu bersolek.
393
Jangan tinggalkan aku di kamar ini. Jika, cinta sejati masih bermuara di hatimu. Apakah kau sudah bosan denganku? Atau kau sengaja meninggalkanku tanpa alasan?
394
Setiap yang bernyawa di bawah kolong langit haknya sama di mata hukum. Jadi, jangan sepelehkan seseorang kalau hanya dilihat dari penampilannya saja.
395
Kemiskinan ini masih merajalela. Sampai, semua janji belum terpenuhi. Karena negaraku lagi sibuk mengurusi soal Pemilihan Umum.
396
Kandungan kekayaan dari perut bumi kita. Kini dinikmati oleh negara lain. Mereka datang menanam saham di negeri kaya raya ini tapi miskin kejujuran.
397
Gunung-gunung mulai dikeruk. Semua atas nama nafsu penambahan modal. Apalagi, dibaluti kepentingan politik yang berselubung.
398
Jangan penjarakan pengajarmu sendiri. Karena mereka memberikan ilmu dan pengetahuan tanpa pujian.
399
Guru itu lehernya oleh siswanya. Tapi, ia tak mau memberi hukuman. Karena ia tahu bagaimana cara mendidik dan mengatasi siswa yang masih labil.
400
Tetaplah mengajar dengan segala potensimu. Jangan hiraukan amarah dan cacian. Anggap saja angin lalu dan motivasi yang berlian.
Makassar, 20219 | Djik22
401
Sedikit lagi, kita akan nencapai puncak bahagia. Jadi, tetap semangat untuk meraih mimpi bahagia itu.
402
Tak ada yang lebih hebat dari usaha dan ketekunan. Karena akan memberantas segala kemalasan dalam diri.
403
Pendidikan adalah salah instrumen untuk mencerdaskan manusia. Jadi, jangan menindas manusia lewat lembaga pendidikan.
404
Pendidikan gaya bank akan memberi batasan pada orang-orang yang ekonominya lemah.
405
Dunia kampus sekarang tak ubahnya dengan pasar dan pabrik. Mencetak sebanyak-banyaknya sarjana, tapi malah jadi pengangguran.
406
Orang-orang yang bahagia berjuang. Adalah mereka yang menginginkan suatu perubahan. Yaitu, menghapus penindasan manusia atas manusia dan penindasan bangsa atas bangsa.
407
Berbahagialah mereka yang masih pegang prinsip pada kebenaran. Dan ingin mengubah sistem yang bobrok demi berlaku adil bagi seluruh manusia.
408
Kalau perjuangan pemuda hari ini melemah, maka segala bentuk penindasan akan berkuasa tanpa adanya perlawanan.
409
Melawanlah sampai titik darah penghabisan. Jangan kasih kendor lantaran Anda disogok.
410
Jangan pernah mengeluh dengan hidup. Tapi, nikmati setiap proses yang penuh tekanan.
Makassar, 21219 | Djik22
411
Deru perlawanan mulai berkurang. Lantaran kita memilih sibuk pada urusan pribadi masing-masing.
412
Kemanakah kita setelah usai melawan? Jika semua yang suci mulai dinodai dengan godaan rupiah.
413
Harusnya, kita terus melangkah. Biar benturan sekeras apa pun. Kita mampu membendungnya tanpa menyerah.
414
Tepat di tahun politik. Semua muncul jadi pengamat. Namun, aku memilih jadi seorang yang setia pada pendirian awal.
415
Sekolah jalalan kini mulai sepi. Semua digantikan oleh kemacetan arus pulang-perginya kendaraan yang ramai.
416
Aku tak mau dihujani julukan anak muda palsu. Maka, dari itu aku mengajak yang lain untuk tidak bersikap masa bodoh pada keadaan yang terus menekan.
417
Cinta dan kebersamaan selama ini diagungkan. Malah, dirusaki dengan emosi yang tidak terkontrol.
418
Hingga masa gemilang dan bahagia itu. Direbut paksa oleh sebuah keburukan dan duga-sangka.
419
Sekitar satu bulan lamanya. Kita sama-sama memilih untuk mengasingkan diri.
420
Untuk apa kau agungkan setia? Jika kau memilih sebagai dalang yang berkhianat pada pertempuran sengit ini.
421
Mental kita sering teruji. Bukan dengan tiang-tiang jeruji, tapi lewat tawaran zaman yang penuh kecanggihan.
422
Kiranya, kita tak lupa budaya bangsa. Ialah budaya dengan semangat gotong-royong.
423
Jadilah dirimu sendiri. Jangan jadikan dirimu jelmaan orang lain. Karena kau ditugaskan jadi orang merdeka.
424
Apa yang kau perbuat selama masa mudamu? Apakah hanya menghabiskan waktu sia-sia? Semoga saja, semangat mudamu terus bergelora. Dan mengisi hari-hari dengan banyak hal berguna.
425
Aku menyukaimu karena kau tetap menulis. Dan tak akan hilang kagumku dilekang oleh ruang dan waktu. Sebab, kau buat kata jadi sebuah senjata bersejarah.
426
Jika mentalmu tetap berontak dan melawan pada ketidakadilan. Maka, lawanlah dengan cara yang cantik dan pasti. Biar, keringat dan tenagamu tetap jadi saksi.
427
Jangan terlalu percaya pada mulut para penguasa. Jika, sudah berulang kali mereka berdusta.
428
Tikus-tikus berdasi masih merajalela tanpa malu. Walau uang negara sering digelapkan. Kapan orang seperti mereka itu dijebloskan dalam penjara dengan hukuman setimpal perbuatan?
429
Buatlah orang di sekitarmu selalu bahagia. Dan jangan kau lupa membela mereka yang lemah tanpa mengharapkan imbalan.
430
Jadilah manusia penjahat kata. Biar, setiap kejadian kau tangkap dan selalu menulis. Hingga budaya menulismu jadi sebuah kebutuhan yang menyenangkan.
Komentar