Langsung ke konten utama

DIJULUKI MILENIAL TAPI TETAP PROGRESIF #2

Sumber foto: Google

Setelah beberapa pertanyaan yang dipendam oleh Kiki di dalam pikirannya. Akhirnya ia pun mulai tergoda dengan pertanyaan-pertanyaan yang baru. Tapi, Kiki belum menemukan waktu yang tepat untuk melanjutkan perselingkuhan gagasan. Karena untuk beberapa minggu, Kiki harus fokus pada latihan musikalisasi sastra.

Walau pun ia selalu berdiskusi dengan Ari, akan tetapi Kiki mulai berpikir lagi untuk memperbanyak teman diskusi. Sayangnya, belum ada jadwal yang disusun dalam catatan harian untuk menaburi arah langkahnya.

Kiki pun melangkah perlahan menelusuri jalan menuju lokasi latihan. Ketika sampai di lokasi latihan, teman-teman Kiki berteriak. Namun ia tetap menjawab dengan senyum indahnya. Kali ini, Ana yang menyapa Kiki dengan sindiran halus.

"Ada yang nyasar ni. Baru Cepat sekali datangnya." Ana menyerang sambil menggoyangkan tangannya.

"Maaf, Na. Tadi, saya keasyikan cerita sama Ari. Jadi, saya sedikit terjebak dengan perselingkuhan yang kami bincangkan." Jawab Kiki sambil berjabat tangan dengan Ana dan teman-teman yang lain.

"Selingkuh... !!! Parah kamu, Ki. Mulai sibuk mengurusi romantisme. Memangnya Ari gombal kamu dengan rayuan maut? Sampai membuatmu berseri-seri kala menyebut nama, Ari. Hati-hati dengan rayuan lelaki, Ki. Jangan sampai, penyesalan akan menyusuli karir bahagiamu." Ana coba memperingati Kiki, biar tak muda menerima lelaki yang mengobral dengan kata-kata cinta.

"Tenang dulu, Na. Bukan selingkuh karena romantisme berujung saling mengakui hati. Tapi, saya dengan Ari selingkuh membahas persoalan teka-teki yang sering memenjara di dalam pikiranku. Dari pada memendam, takutnya saya kalah dalam satu langkah untuk mengasa pikiran. Walau pun, bahasa-bahasa yang digunakan dalam bercerita cukup kontekstual dengan kehidupan generasi milenial."

"Memangnya... !!! apa yang kalian diskusikan, Ki?" Tanya Sela.

"Pokonya banyak deh, La. Susah saya jelaskan satu persatu. Karena saya juga bingung, memulainya dari mana."

"Tambah jago kamu, Ki. Ari ngasih kamu trik apa sih, untuk menkalukan lawan bicara? Ana semakin penasaran dengan penjelasan, Kiki.

Latihan kembali dilanjutkan ketika waktu istirahat sudah selesai. Semua tanya seolah menjadi teka-teki bagi Kiki dan teman-temannya. Mereka mengira Kiki akan mengganti statusnya dari jomblo ke pacar-an. Sedangkan, Kiki memilih memainkan kata-kata untuk menutupi semua yang didiskusikan. Kiki hanya menjelaskan tentang 'selingkuh'. Kiki tidak mau menjelaskan secara detail. Takut, jika teman-temannya membatasi dirinya untuk lebih dekat lagi sama Ari.

Entahlah, kedekatan seperti apa yang harus dibatasi untuk membagi ilmu pengetahuan. Tapi, terkadang manusia suka memvonis kala palu penjelasan belum dibunyikan. Akhirnya, apa yang ditanggapi, hanya melahirkan duga dan prasangka tanpa bukti. Itulah, kebiasaan dari sebagian teman-temannya.

Sekitar satu jam latihan olah tubuh. Beberapa orang terlihat sedang bermandikan hujan yang membasahi badan mereka. Sayangnya, kali ini bukan musim hujan. Tapi, mereka tetap menikmati proses latihan. Seolah-olah, latihan olah tubuh adalah suatu bentuk perlawanan untuk menjaga kebugaran dan badan tetap sehat.

Kiki yang merasa kehausan karena terlalu banyak cairan tubuh yang keluar. Maka ia mengambil aqua botol dari dalam tasnya. Saat hendak meminum, Kiki menatap sebuah tulisan 'Membaca adalah Melawan' di tembok tua tempat mereka latihan. Bayang-banyangnya mulai menghataui untuk kembali mengingat sebuah pristiwa di tahun 2017. Kiki merefleksi pesan dari dosen sastranya yang masih tersimpan rapi di memorinya.

Teruslah membaca, membaca, dan membaca. Jangan lupakan, kamu budayakan menulis. Karena dengan menulis, maka kamu sementara melawan lewat senjata aksara kata bermutiara. Maka, segeralah menyusun kata-katamu. Biar kelak jasadmu terkubur. Namun, tulisan dan karyamu akan terus dikenang. Apalagi, tulisan terkadang menjadi sebuah inspirasi bagi orang lain. Entah itu alur ceritanya, peran tokohnya, atau gaya bahasa yang digunakan dalam mainan jemari katamu.

Maka, jangan berlakukan kata 'tidak' untuk beranikan diri menulis. Jangan hanya menulis dengan imajinasi tanpa melibatkan kondisi yang kamu alami. Tapi, angkatlah segala kisah dan apa yang menjadi kerasahan, lalu tuangkanlah dalam karyamu. Ketika tak kamu tuangkan, segera kisah itu perlahan suram dari penglihatanmu. Sebagai orang yang berdiri pada pundak sastra, maka kamu tetap membuat sejarah lewat peranmu.

Untuk menjadi seorang pengarang, maka tugas di generasimu adalah terus membaca. Karena dengan membaca, maka kamu sedang menyelami dentupan pristiwa dari kejadian yang tak dilihat. Syukur jika kamu melihat, tapi jika belum melihat, maka banyak hal baru yang kamu raih di dalam teks-teks. Belum lagi, teks itu, menggodamu untuk tetap nyaman menunduk. Biar kamu menjadi kaum milenial, tapi gagasan dan gerak langkahmu tetap progresif.

Sebab, di masa mudaku. Banyak waktu aku habiskan untuk berselingkuh. Maka wajar, aku terus dikejar-kejar oleh temanku sendiri. Yang kuselingkuhi adalah buku; yang kugauli adalah mereka yang selalu setia dengan diskusi. Maka, banyak selingkuhan yang membuatku terus jatuh cinta. Hingga ada kenyamanan yang kutemukan setiap segala tanya menyapa.


Gowa
Rabu, 12 Desember 2018
By: Djik22

Komentar

Populer

FILOSOFI DAUN PISANG

Harapan dan mimpi dari setiap kepala tidak semua terpenuhi dengan usaha dan praktik. Tapi masih membutuhkan untuk saling dekat dan merespon segala polomik. Di masa yang akhir ini, perutmu telah melahirkan bayi yang masih merangkak dipaksa berjalan di kerikil jalan persimpangan. Dari rawat dan buaian, telah membuka mata batin, mengevaluasi adalah jalan yang tepat. Karena kurangnya menilai dari setiap sisi. Sehingga lahir dua persimpangan kiri kanan jalan. Mata telah terang, langkah sudah tepat, bersama sudah terpupuk, kesadaran mulai bangkit. Berdiri dan bergerak. Saatnya cahaya jadi penerang. Titipan amanah 20 21 11 14 jadi bahan belajar bersama. Filosofi "Daun Pisang dan Bidikan Panah yang Tepat" telah ditemui jawaban dan makna yang dalam. Dia bukan sekedar kata, tapi dialah nyawa setiap yang di dalam. Makassar, April 2017 By: Djik22

TOGAKU TAK IBU SAKSIKAN

Perjuanganmu ibu Mengantarkanku meraih mimpi Mataku lembab berhari-hari Setiap saat mengingat ibu Harapan ibu Aku tetap kuat Aku tetap melaju Tapi ibu Saat bahagiaku Takku tatap lagi ibu Wajah bersinar hadir dalam mimpiku Kala itu ibu Ibu Toga dan pakian kebahagiaanku Semua untuk ibu Togaku tak ibu saksikan Karena ibu telah tiada Yakinku ibu senyum melihatnya Tetap tersenyum di sisiku ibu Dua puluh tiga November dua ribu tiga belas Dua kali dengan angka tiga Ibu telah berbaring bergegas Makassar Minggu, 1 Oktober 2017 By: Djik22

PERLUKAH JEMBATAN PALMERAH?

Sedikit menggelitik, ketika wacana pembangunan jembatan Palmerah. Wacana ini, hadir di beberapa tahun terakir. Di tahun 2017, tidak kala seksi pendiskusian jembatan Palmerah. Maka muncullah pro dan kontra. Padahal merefleksikan wacana ini sangat penting. Kenapa Wacananya Jembatan Palmerah? Mari kita menganalisa secara seksama. Pertama, jembatan Palmerah adalah sejarah pertama di Indonesia bila terbangun. Karena menyambungkan dua pulau, yaitu Pulau Adonara dan Pulau Flores (Larantuka). Jarak jembatan Palmerah dengan panjang bentangan 800 meter akan dipasang turbin 400 meter. Kedua, persoalan proses pembangunan jembatan Palmerah dibutuhkan dana tidak sedikit. Diperkirakan dana mencapai Rp. 51 triliun. Hal ini, perlu dipikirkan. Karena Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi NTT pada tahun 2016 hanya mencapai Rp. 3,8 triliun. Sama halnya pemerintah mengajak kita mengutang dengan investor (swasta). Ketiga, jembatan Palmerah bukan proses meninabobokan masyarakat Flores Timur

ADONARA DALAM PUISI

Petuah kata sejarah Masih temani kaki untuk melangkah Dalam bayang-bayang ibu kuatkan hari Dalam jelmaan ayah pancarkan cahaya hati Hingga tebal awan kota Ingatkan suasan desa Dihimpit berdiri megahnya Ile Boleng Didekatkan Bukit Seburi tanah kampung Karena kitalah gunung yang berdiri Karena kitalah bukit yang menyapa Membawa bisikan bahari Ketika menghadap ke arah pantai Sampai kata dan petuah terus mengikut Wariskan api dari generasi ke generasi Tentang pentingnya menjaga kata Tentang indahnya memakai tenun ikat Maka... Tak kulupakan petuah indah dan keramat Tak kuingkari segala kata-kata bernyawa Di atas alam ditaburi darah dan air mata Karena air mata Bukan hanya tentang tangisan Bukan hanya tentang derita tanpa rasa Namun air mata darah tanda perjuangan Maka... Untuk mengingatmu yang di gunung Untuk mengenangmu yang di pantai Aku mengisi kata-kata lewat puisi Karena darah dan bisikan kata terus diasa Biar perang telah terganti buka dan pena

ANTARA (576)

Sering ada perbandingan pada kata 'antara' ketika diapit oleh kalimat. Antara kau dan aku ternyata banyak perbedaan, antara kau dan dia memiliki banyak kesamaan. Antara pacar dan mantan adalah orang yang pernah berlabu dan sementara bertahan. Baik terkandas di tengah jalan, mau pun mampu melewati batas getir yang melampau kesabaran. Namun, pada kata 'antara' seolah jadi misteri yang tersembunyi. Serupa kolom kosong yang disembunyikan dengan untain doa. Lalu, dipercaya menjadi sebuah legenda atau mitos. Bagaimana sesuatu yang dipercaya tapi tak pernah diinderai? Apakah setan yang berpenampilan putih pada malam Jumat hanya menakut-nakuti? Kemudian muncul pertanyaan, siapa yang menjahit pakian putih yang dipakai setan? Ulasan ini, aku dapati saat duduk di bangku SD. Sang guru selalu menakut-nakuti pada setiap siswa. Bahwa malam Jumat selalu ada tanda ketika melewati tempat-tempat gelap. Saat itu, aku dan kawan-kawan sebayaku selalu percaya. Namun, batang hidung p

KARYAMU TETAP MEMIKAT

Foto: Abdul Rahim (Khalifah05) Ketika doa-doa Telah kau panjat Dengan lemah-lembut Pada Tuhan Yang Esa Tak lupa pula Pintamu Pada para pendahulu Dengan merinding bulu-bulu Begitu dalam penghayatan Bersama angin Bersama waktu Bercampur masa lalu Maka... Yakin pun mendalam Tak secuil akan buram Tampak pada kaca belaka Namun ia selalu melekat Selalu mempererat Antara roh dan jasat Hingga karyamu tetap memikat Makassar Jumat, 21 September 2018 By: Djik22

PEMUDA SAHABAT PERUBAHAN (397)

Indonesia adalah negara yang terdiri dari ragam perbedaan. Baik suku, ras agama, budaya, dan corak berpikir. Inilah bagian kekhasan dari bangsa ini. Dengan kekhasan tersebut, maka tak heran bangsa Indonesia dikenal dengan kemajemukan dan menjujung tinggi perbedaan. Sebab perbedaan adalah varian dari semangat menuju persatuan. Belum lagi menerobos batas wilayah yang terdiri dari beberapa provinsi. Perlu kita menelisik lebih jauh lagi tentang bagaimana membangun tatanan bangsa. Supaya mampu keluar dari zona ketertinggalan. Ternyata, ketertinggalan adalah salah satu masalah dari apa yang dirasakan setelah revolusi Indonesia didengungkan. Walau merdeka secara pengakuan sudah memhudata sampai ke telinga anak cucu. Tapi pertanyaan besar yang harus dijawab, Kenapa merdeka secara praktik/ penerapan jauh panggang dari api? Ketika secara penerapan dalam kehidupan berbangsa mulai melenceng dengan dasar negara, maka harus kembali mengamalkan nilai-nilai kebaikan yang telah diletakan oleh