Gedung megah didirikan
Kami selalu ditekan
Atas nama pembangunan
Dari segala macam kepentingan
Yang sekian dalil
Membuat kami tak kebal
Pertahankan tanah kami
Meneruskan hidup kami
Semua sia-sia
Karena mereka...
Selalu menakuti kami
Dengan peluru tanpa bunyi
Setelah para penjajah pergi membawa kekayaan alam, kini masih ada sisa-sisa pola lama yang terus diwariskan. Ialah pola penindasan dengan cara-cara halus. Siapa yang melakukan? Apakah negara tahu atau pura-pura buta?
Ternyata, bukan lagi penjajah membawa senjata untuk berperang antarbangsa. Tapi, kini sudah mulai dirubah. Polanya adalah dengan segala kepentingan, memasuki lewat segala regulasi. Mudah ditebak, siapa-siapa yang terlibat? Satu bocoran untuk diketahui, yaitu para pemburu rente yang menanam sahamnya lewat kepentingan politik dan segala tetek benge lainnya.
Bukan kami menolak sebuah kemajuan. Tapi, yang ditolak adalah cara dan metode penerapannya. Metode berwatak penjajah."Apakah caranya dengan mengancam lewat senjata?" Aku menjawab pertanyaan dari salah satu mahasiswa.
"Ada senjata, tapi tidak dilayangkan pelurunya. Karena mereka itu hanya mengancam, menakut-nakuti, dan berpakian lengkap bersama teng, dan mobil huru-hara."
Mereka datang disuruh untuk menjaga pengeksekusian lahan kami. Ketika kami bertanya.
'Kenapa tempat tinggal kami dirusakin? Bagaimana kami bertahan hidup? Bukankah ini tanah sudah sejak lama kami tempati?"
Segala bentuk protes tak mereka jelaskan dengan jujur. Kami pun melawan dengan kekuatan seadaanya. Dibantu oleh beberapa kelompok mahasiswa yang masih peduli terhadap nasib dan isak tangis rakyatnya.
Belakangan baru kami tahu. Kalau kami diusir atas nama sebuah pembangunan. Kami diusir dari tanah sendiri. Hingga diperlakukan jadi maling dan orang asing di negeri sendiri.
Makassar
Kamis, 10 Januari 2019
By: Djik22
Komentar