Langsung ke konten utama

MENJAGA BUDAYA; MERAWAT GENERASI

Sumber foto: Sakinah

Kain kusam terus membalut
Nyeri dan segala penat
Tak kuhiraukan dengan keluh
Demi merajut merawat sejarah

Ketika di pelataran rumah orang
Hampir tenaga tak tertolong
Namun tangan tetap bertahan
Sambil meminta restu Tuhan Rera Wulan

Wahai generasi penikmat budaya
Dari air susuku yang kalian minum
Dari tetes keringat dan darah menjara
Sebagai ibu pulau aku lahirkan anak beraneka

Tangan kiriku dikalungi besi putih penuh tanda keramat untuk menjaga diri. Kala penat tiba sepulang dari kebun. Di sana kujatuhi keringat; kulawan rasa tak pernah mengeluh. Sebagai seorang ibu dari anak beraneka aku tak pantas menampakan kesedihan. Karena aku takut para generasi akan murung dan putus asa melihat kepenatanku. Maka, kutarik nafas perlahan di pelataran rumah para penghuni untuk menambah lagi tenaga.

Jalanmu telah kutunjuk dengan ikhlas. Tanpa banyak memutar-balikan sejarah. Karena ketika kebenaran kujadikan sebuah kebohongan, maka aku telah mewariskan beberapa catatan catat bagi para pendengar. Leluhurmu pasti mengutukku bila ajaran sejarah tak kulanjutkan dengan lantunan sesuai amanah. Dekatkan telingamu wahai anak beraneka di seantero Pulau Pembunuh. Biar, ceritaku mampu kau serap dengan bijak; biar bahasaku kau maknai dengan teliti. Sehingga, kalian berdiri di mana pun tempat mampu memegang komitmen pada kebenaran dan menyingkirkan segala bentuk kebohongan. Karena kita ditakdirkan untuk memegang prinsip leluhur yang tidak bertentangan pada ajaran budaya asli.

Maka, makanlah dari hasil jerih-payahmu. Jangan budayakan adu-domba dan membuat kehancuran. Karena kepenatanku belum juga usai. Aku belum sampai di rumah untuk menambahkan cerita lagi. Sekiranya, apa yang aku junjung, mampu mengantarkanmu tentang pentingnya sebuah perjuangan ibu; tentang berharganya Perempuan Lamaholot dalam lingkaran emas Pulau Adonara.

Sebagai seorang ibu, aku terus memberikan air susu kepada beberapa generasi. Cuman ingat, bukan hanya air yang kalian minum dari buah dadaku. Tapi, ada ragam doa yang kubisikan biar kelak kalian jadi para pelanjut yang tak buta; tak tuli menatap segala kebengisan. Jika, matamu masih terang melihat pada kebengisan, maka gunakan juga otak dan akal budimu untuk menyelesaikan segala soal. Jangan kau angkat lagi parang-tombak untuk menyelesaikan setiap masalah. Karena bukan lagi parang-tombak yang terus-terus dilayangkan. Tapi, isi dari buku dan pena yang telah didapat di tanah perantauan mampu kau terapkan di segala keadaan. Yang penting sikapmu tetap arif-bijaksana.

Lihatlah apa yang aku junjung. Di atas kepalaku terbungkus kain bergaris diisi kayu dan patahan daun kelapa. Semua kudapati dari hasil bumi peninggalan leluhurmu. Di sebelah kanan aku berdiri tampak pohon-pohon hijau sedang menari dan bernyanyi. Semua masih terjaga. Apakah matamu masih tetap melihat? Atau matamu sudah jenuh menatap tanah keramatmu?

Sebelum sampai di rumah. Aku membisikan kepada semesta:

Jagalah generasiku dengan ikatan budaya. Jangan kau butakan mereka yang terus memandang dengan bijak. Jangan kau sulitkan segala usaha mereka. Sebagai ibu dari anak beraneka, aku tak bisa wariskan mereka apa-apa. Karena ketuaan sedang menyerangku dengan waktu pada garis keriput di kulitku. Bahkan anting emas di telingaku mulai berubah warnanya. Maka, jadikanlah mereka generasi emas yang mampu menjaga peradabanmu. Dari tanahmu kami semua berdiri; dari sumber bumimu mampu membuat perut tak kelaparan. Sampai hidup saling 'gelekat' masih kami pertahankan di atas tanah sengketa sisa peperangan.

Sekiranya, jadikan mereka orang-orang yang berguna. Menggunakan pikiran cemerlangnya untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur. Hindari mereka dari segala malaletaka perang yang terulang. Karena aku berusaha keras untuk terus menjaga budaya dan merawat generasi. Hingga kelak usiaku tak lagi bersahabat, mereka mampu saling menjaga antara satu sama lain. Dan selalu menjaga kata-kata. Sebab, dari kata-kata keramat tanahmu masih sering kami gunakan. Sampai, tujuh peluru penjuru sudah dibidik tak bisa tembus menusuk dada. Setidaknya, aku kirimi ini untuk didengar. Biar menuju rumah aku selalu bahagia melihat mereka yang sedang menyulam tenun dan memakai 'kewatek' sebagai ciri khas nusamu.


Makassar
Kamis, 31 Januari 2019
By: Djik22

Komentar

Populer

FILOSOFI DAUN PISANG

Harapan dan mimpi dari setiap kepala tidak semua terpenuhi dengan usaha dan praktik. Tapi masih membutuhkan untuk saling dekat dan merespon segala polomik. Di masa yang akhir ini, perutmu telah melahirkan bayi yang masih merangkak dipaksa berjalan di kerikil jalan persimpangan. Dari rawat dan buaian, telah membuka mata batin, mengevaluasi adalah jalan yang tepat. Karena kurangnya menilai dari setiap sisi. Sehingga lahir dua persimpangan kiri kanan jalan. Mata telah terang, langkah sudah tepat, bersama sudah terpupuk, kesadaran mulai bangkit. Berdiri dan bergerak. Saatnya cahaya jadi penerang. Titipan amanah 20 21 11 14 jadi bahan belajar bersama. Filosofi "Daun Pisang dan Bidikan Panah yang Tepat" telah ditemui jawaban dan makna yang dalam. Dia bukan sekedar kata, tapi dialah nyawa setiap yang di dalam. Makassar, April 2017 By: Djik22

TOGAKU TAK IBU SAKSIKAN

Perjuanganmu ibu Mengantarkanku meraih mimpi Mataku lembab berhari-hari Setiap saat mengingat ibu Harapan ibu Aku tetap kuat Aku tetap melaju Tapi ibu Saat bahagiaku Takku tatap lagi ibu Wajah bersinar hadir dalam mimpiku Kala itu ibu Ibu Toga dan pakian kebahagiaanku Semua untuk ibu Togaku tak ibu saksikan Karena ibu telah tiada Yakinku ibu senyum melihatnya Tetap tersenyum di sisiku ibu Dua puluh tiga November dua ribu tiga belas Dua kali dengan angka tiga Ibu telah berbaring bergegas Makassar Minggu, 1 Oktober 2017 By: Djik22

PERLUKAH JEMBATAN PALMERAH?

Sedikit menggelitik, ketika wacana pembangunan jembatan Palmerah. Wacana ini, hadir di beberapa tahun terakir. Di tahun 2017, tidak kala seksi pendiskusian jembatan Palmerah. Maka muncullah pro dan kontra. Padahal merefleksikan wacana ini sangat penting. Kenapa Wacananya Jembatan Palmerah? Mari kita menganalisa secara seksama. Pertama, jembatan Palmerah adalah sejarah pertama di Indonesia bila terbangun. Karena menyambungkan dua pulau, yaitu Pulau Adonara dan Pulau Flores (Larantuka). Jarak jembatan Palmerah dengan panjang bentangan 800 meter akan dipasang turbin 400 meter. Kedua, persoalan proses pembangunan jembatan Palmerah dibutuhkan dana tidak sedikit. Diperkirakan dana mencapai Rp. 51 triliun. Hal ini, perlu dipikirkan. Karena Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi NTT pada tahun 2016 hanya mencapai Rp. 3,8 triliun. Sama halnya pemerintah mengajak kita mengutang dengan investor (swasta). Ketiga, jembatan Palmerah bukan proses meninabobokan masyarakat Flores Timur

ADONARA DALAM PUISI

Petuah kata sejarah Masih temani kaki untuk melangkah Dalam bayang-bayang ibu kuatkan hari Dalam jelmaan ayah pancarkan cahaya hati Hingga tebal awan kota Ingatkan suasan desa Dihimpit berdiri megahnya Ile Boleng Didekatkan Bukit Seburi tanah kampung Karena kitalah gunung yang berdiri Karena kitalah bukit yang menyapa Membawa bisikan bahari Ketika menghadap ke arah pantai Sampai kata dan petuah terus mengikut Wariskan api dari generasi ke generasi Tentang pentingnya menjaga kata Tentang indahnya memakai tenun ikat Maka... Tak kulupakan petuah indah dan keramat Tak kuingkari segala kata-kata bernyawa Di atas alam ditaburi darah dan air mata Karena air mata Bukan hanya tentang tangisan Bukan hanya tentang derita tanpa rasa Namun air mata darah tanda perjuangan Maka... Untuk mengingatmu yang di gunung Untuk mengenangmu yang di pantai Aku mengisi kata-kata lewat puisi Karena darah dan bisikan kata terus diasa Biar perang telah terganti buka dan pena

ANTARA (576)

Sering ada perbandingan pada kata 'antara' ketika diapit oleh kalimat. Antara kau dan aku ternyata banyak perbedaan, antara kau dan dia memiliki banyak kesamaan. Antara pacar dan mantan adalah orang yang pernah berlabu dan sementara bertahan. Baik terkandas di tengah jalan, mau pun mampu melewati batas getir yang melampau kesabaran. Namun, pada kata 'antara' seolah jadi misteri yang tersembunyi. Serupa kolom kosong yang disembunyikan dengan untain doa. Lalu, dipercaya menjadi sebuah legenda atau mitos. Bagaimana sesuatu yang dipercaya tapi tak pernah diinderai? Apakah setan yang berpenampilan putih pada malam Jumat hanya menakut-nakuti? Kemudian muncul pertanyaan, siapa yang menjahit pakian putih yang dipakai setan? Ulasan ini, aku dapati saat duduk di bangku SD. Sang guru selalu menakut-nakuti pada setiap siswa. Bahwa malam Jumat selalu ada tanda ketika melewati tempat-tempat gelap. Saat itu, aku dan kawan-kawan sebayaku selalu percaya. Namun, batang hidung p

KARYAMU TETAP MEMIKAT

Foto: Abdul Rahim (Khalifah05) Ketika doa-doa Telah kau panjat Dengan lemah-lembut Pada Tuhan Yang Esa Tak lupa pula Pintamu Pada para pendahulu Dengan merinding bulu-bulu Begitu dalam penghayatan Bersama angin Bersama waktu Bercampur masa lalu Maka... Yakin pun mendalam Tak secuil akan buram Tampak pada kaca belaka Namun ia selalu melekat Selalu mempererat Antara roh dan jasat Hingga karyamu tetap memikat Makassar Jumat, 21 September 2018 By: Djik22

PEMUDA SAHABAT PERUBAHAN (397)

Indonesia adalah negara yang terdiri dari ragam perbedaan. Baik suku, ras agama, budaya, dan corak berpikir. Inilah bagian kekhasan dari bangsa ini. Dengan kekhasan tersebut, maka tak heran bangsa Indonesia dikenal dengan kemajemukan dan menjujung tinggi perbedaan. Sebab perbedaan adalah varian dari semangat menuju persatuan. Belum lagi menerobos batas wilayah yang terdiri dari beberapa provinsi. Perlu kita menelisik lebih jauh lagi tentang bagaimana membangun tatanan bangsa. Supaya mampu keluar dari zona ketertinggalan. Ternyata, ketertinggalan adalah salah satu masalah dari apa yang dirasakan setelah revolusi Indonesia didengungkan. Walau merdeka secara pengakuan sudah memhudata sampai ke telinga anak cucu. Tapi pertanyaan besar yang harus dijawab, Kenapa merdeka secara praktik/ penerapan jauh panggang dari api? Ketika secara penerapan dalam kehidupan berbangsa mulai melenceng dengan dasar negara, maka harus kembali mengamalkan nilai-nilai kebaikan yang telah diletakan oleh