Untukmu yang bernama rindu
Untukmu yang bernama lara
Pada setiap tanya
Tentang pelbagai rayu
Karena darimu segala yang mendayu
Mengajak untuk kembali
Di pagi
Yang telah lewat
Dengan sebuah pesan
Di malam yang menegangkan
Tentang lembar pengarsipan baru
Tentang hidup baru
Sebuah kesan yang sulit terlupakan di beberapa tahun lalu. Maka, hati ini seolah masih dalam bayangan tentang segala yang dingat. Karena dari sumua yang dijamu selalu mendayu pada percikan-percikan kata. Sebab, percikan kata dan hati menjadi suluh sumbu menapaki lembar baru.
Kaulah lembar baru yang menjadi permulaan. Hingga, pada detik dan kondisi yang serba kaku tak ada keragu-raguan. Lantaran, keraguan tak kau restui jadi judi pembunuh mimpi. Iya, mimpi tentang semesta, naskah, dan harapan. Maka, hati ini meminta dengan ikhlas.
"Mari sini manisku, kita sudah di pergantian waktu, di pertengkaran hari, dan menjalani kemenangan hati."
Ialah hati yang bersih dan jiwa besar dalam hari merayu kata. Karena segala tanya sudah hilang menjadi kenangan; segala rayu telah berubah menjadi persamaan. Sampai saat ini, kita masih terus bersama mengarungi samudera dan angin segar dari semesta.
Untuk memulai sebuah permulaan, maka aku tak bisa lepas-pisahkan segala kekuatan dari luar. Dengan ajakan itu, diri mewakili deretan kata. Kalau aku mau bilang.
"Jodohkan aku dengan waktu, dekatkan aku dengan semangat. Biar tetap bernaung di bawah kolong langit tanpa kaget. Sebab, kaget sering menjadi ujian menghentikan arah langkah. Masih mau kah manisku untuk berada di pundak kiriku? Atau godaan sudah merubah arus pikir dan dasar pijakanmu?"
Ketika yang lain telah bahagia. Maka, ajaklah aku terus mendekat pada bahagia tanpa alasan. Karena, bahagia yang kemarin sudah menghapus lara. Tinggal, kita yang bertahan atau memilih jalan masing-masing. Tapi, aku tak pernah pesimis pada ragam premis mayor dan premis minor. Karena kitalah melahirkan premis-premis itu!
Mari memulai manisku...!!! Di hari pertama tahun baru. Kita gantikan yang pahit jadi bahagia, kita gantikan tangis jadi mimpi, dan seribu ibu kalung budaya membaluti kita bersama hembusan indahNya.
Makassar
Selasa, 1 Januari 2019
By: Djik22
Komentar