Orang-orang yang lalu-layang
Menikmati setiap langkah
Dengan badan yang basah
Saat hujan menerjang
Ada lagi...
Yang sibuk mengendara
Lewati jalur yang licin
Pada garis putih yang dibasahi
Aku ingin...
Kotaku tetap dibasahi
Yang penting
Dirimu jangan bersedih
Kemarin kita bercerita tentang keindahan alam yang diselipi canda dan tawa. Karena kita tak mau melepaskan diri antara satu sama lain. Sebab, kita selalu menikmati setiap proses dan mengagumi setiap kisah. Semoga, kisah kita tetap menjadi sejarah tanpa harus ada tong sampah. Biar, diri tak dibuang ke dalam lantaran tak lagi suka.
Tepat 13.18 WITA, kita melangkah dari alam teduh menuju pergulatan wacana bermuara. Ialah wacana tentang ilmu pengetahuan yang didapat mulai mahal. Dengan beberapa rentetan yang saling kait-mengait. Karena, kita dibohongi dengan cara-cara halus dari regulasi yang diterapkan. Maukah kakimu melangkah lagi? Atau kau takut dengan tubuhmu akan basah diguyur hujan yang lebih besar lagi?
Ah... Omong-kosong apalagi yang harus diberlakukan kepada semesta? Sudahi saja segala yang buruk. Biar, kita ciptakan sebuah hal baru yang lebih menarik lagi. Soal, ketertarikan pun sekarang dibaluti dengan pola. Biar, tetap sesuai dengan konteks. Baik saat hujan, badai, dan terik mengganas.
Tepat di pos penjagaan, kita berteduh sesaat. Kau baluti diri dengan payung teduh. Sedangkan diriku dibiarkan basah tanpa dirimu merasa peka. Aku pun tak butuh belas iba. Tak jadi soal tentang kasih yang memaksa. Karena aku sudah biasa mengalami segala ragam kondisi.
Hujan terus mengguyur, aku tetap menikmati. Kita sama-sama menikmati. Memandang setiap yang lewat, mendengar setiap bunyi-bunyi dari para pengendara. Sampai, hujan redah kembali.
Kita memisahkan diri. Aku ke kediaman yang dan melalang-buana. Sedangkan, dirimu mencari patahan pena dan lembar kosong yang harus di isi tanpa selisih. Pandangan kita semakin menjauh, langkah kita semakin mendekati tujuan. Akhirnya, bunyi gawaiku di pesan notifikasi sebuah aplikasi. Kubuka, gawaiku. Ternyata pesan itu darimu.
"Aku mengujimu tanpa mengajakmu berteduh satu payung. Sebab, aku tahu segala kelebihan tentangmu. Kau jarang mengeluh, marah, dan berontak dengan cara yang salah. Maka, aku mau melihat sisi yang tersembunyi dari dirimu. Tapi, sedikit tidaknya, aku telah temukan. Dan hatiku berkata. Aku semakin mengagumimu, biar dalam kondisi hujan membasahi kota kita, membasahi kaki, dan sebagian tubuh kita."
Makassar
Rabu, 2 Januari 2018
By: Djik22
Komentar