Sumber foto: Nurulfa Turrahmah
Tatapanku yang dulu
Buram termakan bencana
Tergoda peristiwa yang menimpa
Membuat semua mata menatapku
Ialah sebuah masa lalu
Ialah tentang tatapan dan ingatan
Yang terus menguji keberanian
Keluar dari pendapat umum menghina
Mereka menghinaku dengan cacian
Mereka menganggap aku adalah hina
Hidup di atas semesta tanpa cahaya
Dari diri yang penub derita
Dengan tatapan dan isak tangis dari segala hinaan. Maka, pendapat umum memberi sebuah klaim, bahwa aku adalah 'hina' karena telah berbuat salah. Semoga saja, tak semudah itu kita memberi sebuah keputusan atas segala pristiwa yang terjadi tanpa menelusuri sebab pokok masalah yang terjadi.
Aku tetap terima dari segala dakwaan yang menganggapku telah banyak berbuat salah. Bukankah sudah banyak berbuat seperti yang kualami? Kenapa aku dan keluarga jadi kambing hitam? Sampai dengan berani mengusir kami dari tanah lahir leluhur. Membuat orang tuaku malu pergi dari luar rumah. Oh... keadaan dan nestapa atas ulahku sendiri. Sampai, membuat nama keluarga tercoreng, dirobek, dihujat dengki, dan dendam.
Ialah kesalahanku yang melanggar garis agama. Karena aku melanggar aturan berdasarkan persepsi agama dan budaya nenek moyangku. Pasti banyak yang bertanya kenapa aku melakukannya? Bagaimana kelak nasibku? Semoga ada saja jalan terang untuk menelarai segala masalah yang kualami.
Tanganku terhenti untuk mengatakan apa sebenarnya kesalahan yang kulayangkan. Janjiku, dikesempatan lain aku tetap membukanya secara perlahan-lahan. Karena untuk semestara waktu aku ingin pergi jauh mengganti segala yang buruk jadi baik; menutup segala luka dengan bahagia. Biar, kutemukan kehagian menuju surganya Ilahi.
Untuk menuju surga-Nya, maka segala perbuatan aku kembalikan sesuai dengan garis agama dan budaya. Segala tatapanku mampu menerobos batas rumah kaca yang penuh kebohongan. Lalu, aku duduk di sebuah kursi penungguan yang jauh dengan orang tua. Mencari dan mencari tanpa batas dari bongkahan ilmu pengetahuan dan rezeki yang dilimpahkan di atas semesta.
Semoga saja, mata dunia dan pendapat umum tak lagi memberiku predikat 'hina' sebagai manusia. Semua kesalahan dan khilaf aku serahkan kepada Rab untuk menghukumku. Karena hanya Ilahi adalah sumber dari segala sumber kekuatanku sekarang ini.
Makassar
Minggu, 27 Januari 2019
By: Djik22
Komentar