Dihantui rindu
Ditakuti oleh berbagai rasa
Ditampakan dari sederet fotomu
Padahal...
Sudah kuingatkan tanpa jengkel
Jangan dekati yang lain
Jangan selalu memasang kemesraan
Sayangnya...
Kau tak hiraukan kejengkelan kata
Kau tak indahkan cemburu menggebu
Karena rinduku ke pulamu yang menunggu
Kau tinggalkan aku yang berada di Kota Karang. Demi sebuah pengabdian di tanah kelahiranmu. Tak banyak yang aku protes untuk menghentikan langkah dan pergimi. Karena sadarku lebih mendamaikan protesku. Sampai, tanganku dengan sedih melepas kepergianmu untuk sementara waktu. Apakah kau masih ingat kala itu kita mau berpisah? Bagaimana perasaanmu tentang hujan yang jatuh mengaliri pipiku?
Pergilah dengan hatimu yang tenang wahai kekasihku. Biar, suatu saat harapan dan cita tetap kau genggam. Biarkan aku menyendiri di sini di taman kota yang tak ditemani kekuatan jiwa. Walau sendiri, aku selalu tampakan segala kekuatan untuk sembunyikan luka dan kesedihan. Karena pergimu terlalu secepat kilat saat harapan ini belum bisa diusir pergi dari hatiku.
Apakah kau masih ingat pada janji kita? Bagaimana jika kau lebih bahagia di seberang pulau dengan orang lain? Oh... sebuah kepergian yang menanam luka dan cemburu. Menyamai cemburuku pada pasang mata yang sempat kau gandeng mesrah. Sayangnya, tak kau dengarkan laranganku.
"Jangan terlalu dekat dengan sesamaku. Karena ketika badanmu sering dekat, maka kekhatiran selalu menemaniku. Sayangnya, semua dengan sengaja kau lakukan untuk aku biar tak lagi cemburu. Tapi, sebagai kekasih, aku tetap punya rasa cemburu. Karena mataku tak buta memadang dan rasaku digoda oleh bahasa hati."
Dekatmu dengan mereka memberiku pelajaran. Membuat luka dan lara di jarak yang begitu jauh. Biar sengajamu mengajarkan aku untuk mandiri, tapi kepekaanku mulai surut dengan kabar yang datang malas. Apakah kau akan pergi lagi ke lain hati?
Dengarlah wahai kekasihku, sekali ini saja. Aku ingin berkata sejujurnya mengatarkan malam menjemput pagi.
"Sudah lama aku mencari. Maka, ketika aku sudah mendapatkanya biarkan semua berjalan sesuai rencana. Karena aku ingin segara kau halalkan tanpa banyak alasan. Biar, rumah kecil kita akan segara dibangun dengan dasar bahagia dan tembok setia. Apakah kau dengar harapku wahai kekasih?"
Namun kau masih melawan dengan kerasnya hati. Membuat diriku selalu khawtir semenjak kau berada di pulaumu. Semoga tak diduga jangan tiba. Biar rasa dan cinta tetap bergelembung mengantarkan rinduku ke pulaumu yang menunggu. Maka, tunggulah aku dengan rasa, biar aku tiba dengan selamat memeluk dirimu dengan nafas yang mesrah tanpa derai air mata berkepanjangan.
Makassar
Senin, 28 Januari 2019
By: Djik22
Komentar