Langsung ke konten utama

RINDU KE PULAUMU YANG MENUNGGU

Sumber foto: Diana Kumalasari Anwar

Aku yang cemburu
Dihantui rindu
Ditakuti oleh berbagai rasa
Ditampakan dari sederet fotomu

Padahal...
Sudah kuingatkan tanpa jengkel
Jangan dekati yang lain
Jangan selalu memasang kemesraan

Sayangnya...
Kau tak hiraukan kejengkelan kata
Kau tak indahkan cemburu menggebu
Karena rinduku ke pulamu yang menunggu

Kau tinggalkan aku yang berada di Kota Karang. Demi sebuah pengabdian di tanah kelahiranmu. Tak banyak yang aku protes untuk menghentikan langkah dan pergimi. Karena sadarku lebih mendamaikan protesku. Sampai, tanganku dengan sedih melepas kepergianmu untuk sementara waktu. Apakah kau masih ingat kala itu kita mau berpisah? Bagaimana perasaanmu tentang hujan yang jatuh mengaliri pipiku?

Pergilah dengan hatimu yang tenang wahai kekasihku. Biar, suatu saat harapan dan cita tetap kau genggam. Biarkan aku menyendiri di sini di taman kota yang tak ditemani kekuatan jiwa. Walau sendiri, aku selalu tampakan segala kekuatan untuk sembunyikan luka dan kesedihan. Karena pergimu terlalu secepat kilat saat harapan ini belum bisa diusir pergi dari hatiku.

Apakah kau masih ingat pada janji kita? Bagaimana jika kau lebih bahagia di seberang pulau dengan orang lain? Oh... sebuah kepergian yang menanam luka dan cemburu. Menyamai cemburuku pada pasang mata yang sempat kau gandeng mesrah. Sayangnya, tak kau dengarkan laranganku.

"Jangan terlalu dekat dengan sesamaku. Karena ketika badanmu sering dekat, maka kekhatiran selalu menemaniku. Sayangnya, semua dengan sengaja kau lakukan untuk aku biar tak lagi cemburu. Tapi, sebagai kekasih, aku tetap punya rasa cemburu. Karena mataku tak buta memadang dan rasaku digoda oleh bahasa hati."

Dekatmu dengan mereka memberiku pelajaran. Membuat luka dan lara di jarak yang begitu jauh. Biar sengajamu mengajarkan aku untuk mandiri, tapi kepekaanku mulai surut dengan kabar yang datang malas. Apakah kau akan pergi lagi ke lain hati?

Dengarlah wahai kekasihku, sekali ini saja. Aku ingin berkata sejujurnya mengatarkan malam menjemput pagi.

"Sudah lama aku mencari. Maka, ketika aku sudah mendapatkanya biarkan semua berjalan sesuai rencana. Karena aku ingin segara kau halalkan tanpa banyak alasan. Biar, rumah kecil kita akan segara dibangun dengan dasar bahagia dan tembok setia. Apakah kau dengar harapku wahai kekasih?"

Namun kau masih melawan dengan kerasnya hati. Membuat diriku selalu khawtir semenjak kau berada di pulaumu. Semoga tak diduga jangan tiba. Biar rasa dan cinta tetap bergelembung mengantarkan rinduku ke pulaumu yang menunggu. Maka, tunggulah aku dengan rasa, biar aku tiba dengan selamat memeluk dirimu dengan nafas yang mesrah tanpa derai air mata berkepanjangan.


Makassar
Senin, 28 Januari 2019
By: Djik22

Komentar

Populer

FILOSOFI DAUN PISANG

Harapan dan mimpi dari setiap kepala tidak semua terpenuhi dengan usaha dan praktik. Tapi masih membutuhkan untuk saling dekat dan merespon segala polomik. Di masa yang akhir ini, perutmu telah melahirkan bayi yang masih merangkak dipaksa berjalan di kerikil jalan persimpangan. Dari rawat dan buaian, telah membuka mata batin, mengevaluasi adalah jalan yang tepat. Karena kurangnya menilai dari setiap sisi. Sehingga lahir dua persimpangan kiri kanan jalan. Mata telah terang, langkah sudah tepat, bersama sudah terpupuk, kesadaran mulai bangkit. Berdiri dan bergerak. Saatnya cahaya jadi penerang. Titipan amanah 20 21 11 14 jadi bahan belajar bersama. Filosofi "Daun Pisang dan Bidikan Panah yang Tepat" telah ditemui jawaban dan makna yang dalam. Dia bukan sekedar kata, tapi dialah nyawa setiap yang di dalam. Makassar, April 2017 By: Djik22

TOGAKU TAK IBU SAKSIKAN

Perjuanganmu ibu Mengantarkanku meraih mimpi Mataku lembab berhari-hari Setiap saat mengingat ibu Harapan ibu Aku tetap kuat Aku tetap melaju Tapi ibu Saat bahagiaku Takku tatap lagi ibu Wajah bersinar hadir dalam mimpiku Kala itu ibu Ibu Toga dan pakian kebahagiaanku Semua untuk ibu Togaku tak ibu saksikan Karena ibu telah tiada Yakinku ibu senyum melihatnya Tetap tersenyum di sisiku ibu Dua puluh tiga November dua ribu tiga belas Dua kali dengan angka tiga Ibu telah berbaring bergegas Makassar Minggu, 1 Oktober 2017 By: Djik22

PERLUKAH JEMBATAN PALMERAH?

Sedikit menggelitik, ketika wacana pembangunan jembatan Palmerah. Wacana ini, hadir di beberapa tahun terakir. Di tahun 2017, tidak kala seksi pendiskusian jembatan Palmerah. Maka muncullah pro dan kontra. Padahal merefleksikan wacana ini sangat penting. Kenapa Wacananya Jembatan Palmerah? Mari kita menganalisa secara seksama. Pertama, jembatan Palmerah adalah sejarah pertama di Indonesia bila terbangun. Karena menyambungkan dua pulau, yaitu Pulau Adonara dan Pulau Flores (Larantuka). Jarak jembatan Palmerah dengan panjang bentangan 800 meter akan dipasang turbin 400 meter. Kedua, persoalan proses pembangunan jembatan Palmerah dibutuhkan dana tidak sedikit. Diperkirakan dana mencapai Rp. 51 triliun. Hal ini, perlu dipikirkan. Karena Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi NTT pada tahun 2016 hanya mencapai Rp. 3,8 triliun. Sama halnya pemerintah mengajak kita mengutang dengan investor (swasta). Ketiga, jembatan Palmerah bukan proses meninabobokan masyarakat Flores Timur

ADONARA DALAM PUISI

Petuah kata sejarah Masih temani kaki untuk melangkah Dalam bayang-bayang ibu kuatkan hari Dalam jelmaan ayah pancarkan cahaya hati Hingga tebal awan kota Ingatkan suasan desa Dihimpit berdiri megahnya Ile Boleng Didekatkan Bukit Seburi tanah kampung Karena kitalah gunung yang berdiri Karena kitalah bukit yang menyapa Membawa bisikan bahari Ketika menghadap ke arah pantai Sampai kata dan petuah terus mengikut Wariskan api dari generasi ke generasi Tentang pentingnya menjaga kata Tentang indahnya memakai tenun ikat Maka... Tak kulupakan petuah indah dan keramat Tak kuingkari segala kata-kata bernyawa Di atas alam ditaburi darah dan air mata Karena air mata Bukan hanya tentang tangisan Bukan hanya tentang derita tanpa rasa Namun air mata darah tanda perjuangan Maka... Untuk mengingatmu yang di gunung Untuk mengenangmu yang di pantai Aku mengisi kata-kata lewat puisi Karena darah dan bisikan kata terus diasa Biar perang telah terganti buka dan pena

ANTARA (576)

Sering ada perbandingan pada kata 'antara' ketika diapit oleh kalimat. Antara kau dan aku ternyata banyak perbedaan, antara kau dan dia memiliki banyak kesamaan. Antara pacar dan mantan adalah orang yang pernah berlabu dan sementara bertahan. Baik terkandas di tengah jalan, mau pun mampu melewati batas getir yang melampau kesabaran. Namun, pada kata 'antara' seolah jadi misteri yang tersembunyi. Serupa kolom kosong yang disembunyikan dengan untain doa. Lalu, dipercaya menjadi sebuah legenda atau mitos. Bagaimana sesuatu yang dipercaya tapi tak pernah diinderai? Apakah setan yang berpenampilan putih pada malam Jumat hanya menakut-nakuti? Kemudian muncul pertanyaan, siapa yang menjahit pakian putih yang dipakai setan? Ulasan ini, aku dapati saat duduk di bangku SD. Sang guru selalu menakut-nakuti pada setiap siswa. Bahwa malam Jumat selalu ada tanda ketika melewati tempat-tempat gelap. Saat itu, aku dan kawan-kawan sebayaku selalu percaya. Namun, batang hidung p

KARYAMU TETAP MEMIKAT

Foto: Abdul Rahim (Khalifah05) Ketika doa-doa Telah kau panjat Dengan lemah-lembut Pada Tuhan Yang Esa Tak lupa pula Pintamu Pada para pendahulu Dengan merinding bulu-bulu Begitu dalam penghayatan Bersama angin Bersama waktu Bercampur masa lalu Maka... Yakin pun mendalam Tak secuil akan buram Tampak pada kaca belaka Namun ia selalu melekat Selalu mempererat Antara roh dan jasat Hingga karyamu tetap memikat Makassar Jumat, 21 September 2018 By: Djik22

PEMUDA SAHABAT PERUBAHAN (397)

Indonesia adalah negara yang terdiri dari ragam perbedaan. Baik suku, ras agama, budaya, dan corak berpikir. Inilah bagian kekhasan dari bangsa ini. Dengan kekhasan tersebut, maka tak heran bangsa Indonesia dikenal dengan kemajemukan dan menjujung tinggi perbedaan. Sebab perbedaan adalah varian dari semangat menuju persatuan. Belum lagi menerobos batas wilayah yang terdiri dari beberapa provinsi. Perlu kita menelisik lebih jauh lagi tentang bagaimana membangun tatanan bangsa. Supaya mampu keluar dari zona ketertinggalan. Ternyata, ketertinggalan adalah salah satu masalah dari apa yang dirasakan setelah revolusi Indonesia didengungkan. Walau merdeka secara pengakuan sudah memhudata sampai ke telinga anak cucu. Tapi pertanyaan besar yang harus dijawab, Kenapa merdeka secara praktik/ penerapan jauh panggang dari api? Ketika secara penerapan dalam kehidupan berbangsa mulai melenceng dengan dasar negara, maka harus kembali mengamalkan nilai-nilai kebaikan yang telah diletakan oleh