Langsung ke konten utama

Tentang Sebuah Permulaan

Makassar, 19119 | Djik22

01
Tentang sebuah tantangan
Tentang sebuah cobaan
Yang terus tiba
Yang terus menyapa

Karena kita baru memulai
Untuk terus mencari
Tanpa harus menyerah
Tanpa harus bersedih

Maka...
Teruslah melangkah
Setiap yang dijalani
Demi sebuah sejarah

02
Kita yang selalu tertatih
Dalam mengasa eja
Dalam merajut aksara
Yang semakin bercahaya

Jika cahaya itu sudah ada
Maka...
Memulai tanpa ragu
Karena banyak yang sedang menunggu

Setidaknya...
Penungguan mereka
Tak jadi jenuh
Tak jadi sedih

03
Sekian hari
Kata menggoda hati
Merayu lewat tangan
Dengan cara menawan

Ialah kata yang menawan diri
Dalam hembusan angin
Sebegitu pagi
Untuk dituliskan

Maka...
Aku menulis tanpa jeda
Sebagai rasa cinta kepada bangsaku
Dan bentuk kasih kepada pulauku

04
Kaki yang ada ini
Telah Engkau restui
Untuk terus melangkah
Untuk ciptakan sejarah

Hingga tangan pun
Ikut berperan
Mencari dan terus mencari
Di berbagai lini kota pertiwi ini

05
Tatangan selalu tiba
Godaan selalu berkata
Bahwa...
Tak mudah menjadi perantau

Maka...
Rasa malu untuk mencari
Sebagian kutinggalkan
Di persimpangan kiri jalan

Karena persimpanganlah
Membuatku gunda
Membuatku tak tau arah
Untuk memilih bagin yang mana

06
Arah langkah selalu dipandu
Oleh amanah yang sakral
Dari petuah
Dan slogan Pulau Pembunuh

Adalah petuah yang tak mati
Dimakan hari
Digilas waktu
Digoda rayu

Hingga sampai sekarang
Hati dan cahaya tetap terang
Melanjutkan amanah itu
Melantunkan dengan kata mendayu

07
Setidaknya...
Kaulah asal-mula
Semua aksara bernyawa
Hingha terus tersenyum menyapa

Kau sapa aku
Dengan mimpi
Kau ingatkan aku
Dengan petunjuk

Maka...
Tetaplah menuntun diri ini
Biar aku tak lekas pergi
Dari keabadian sejarah ini

08
Aku yang terhempas
Aku yang diperas
Dengan segala curiga
Dengan segala goda

Namun pandanganku
Tetap ke arah itu
Tetap ke titik itu
Untuk segera kujutu

Maka...
Tak lagi mempan
Dengan segala rayuan
Hanya untuk mematikan langkah

09
Langkah ini
Berteman keberanian
Bukan ketakutan
Bukan hanya sekedar mimpi

Tapi...
Ia adalah jalan maju
Menuju sebuah uji
Yang harus dilewati

Maka...
Tak ada kata tidak
Untuk terus mengelak
Pada setiap asa dan rasa

10
Tegurlah aku bila salah
Mimbinglah aku bila keliru
Karena aku adalah pemula
Dari sederet luka dan bara

Maka...
Bara keberaniamu
Akan menjadi api
Yang tak pernah padam

Biar di tanah perantaun
Biar kedaan selalu menekan
Tapi...
Aku selalu mencari solusi

11
Ada sebuah jeda
Ketika memasuki tanya
Dengan segala gerogi
Yang tak mau pergi

Padahal...
Kita baru memulai
Pada sebuah titik nadi
Yang terus menyapa lagi

Ialah nadi dari tanya
Tentang sebuah jeda bernada
Dari awal sebuah permulaan
Tentang sebuah cerita

12
Aku akan tetap menulis
Baik yang tragis
Mengorek hati
Menabur benci

Karena aku tak ingin
Kata-kata hanya jadi kenangan
Meninggalkan cerita
Tanpa ada keabadian

Sebab...
Keabadian kata-kata
Merupakan jalan cerita
Untuk menambah sejarah mujarab

13
Pintu rumahku diketuk
Dengan segala tanya yang pelik
Tentang sebuah jeda
Tentang sebuah lara

Tapi...
Segala tanya
Menjadi misteri menuai kegilaan
Yang tak dibantahkan lagi

Karena kitalah sang pemula
Yang terus memulai
Tanpa ada yang dilewati
Dan harus pergi begitu saja

14
Rautmu tetap tertutup
Dengan sebuah buku
Dengan sebuah naskah kaku
Hanya jadikan semua abu-abu

Bukankah kita sedang memulai?
Apakah kau mengujiku?
Sekiranya...
Daratan Sulawesi menjadi temu

Aku tak ingin sebuah permulaan
Dengan janji pertemuan
Dengan kata pengharapan
Yang semakin menawan hati

15
Hatiku tertawan
Tapi...
Aku tak mampu kau goda
Pada sebaris kata-kata

Makanya...
Aku ingin menjadi nyawa
Aku ingin menjadi kata
Yang terus memulai tanpa ada henti

Apakah semua terlalu cepat?
Apakah ini bukan permulaan menjerat?
Yang selalu menguji tanya
Tentang apa dan mengapa

16
Terima kasih untukmu
Yang telah hadir
Yang telah jujur
Walau masih malu-malu

Sekiranya...
Kita memasang kata
Dengan segala cara
Dengan segala rayu

Tetaplah hadir dalam mimpiku
Karena aku ingin mengingat
Tanpa harus menjerat
Pada surga dan kerinduanku

17
Mari sama-sama
Kita memulai
Kita menari dan bernyanyi
Dengan sebait puisi

Biar di bait kedua
Jumlah ke tujuh belas
Mampu mewakili semangat juang
Tentang awal kelahiran merdeka

Apakah dirimu sudah merdeka?
Jika belum dan masih buram
Maka...
Kejarlah dengan semangat mengasa

18
Semakin mencoba
Aku mulai tergoda masuk
Aku mulai terusik
Untuk terus berkata

Kalau aku akan melengkapi
Dengan segala kata
Dengan segala bahasa
Dari penggalan permulaan

Biar suatu hari
Kita akan bertemu
Di bawah langit biru
Bertabur indanya pelangi

19
Saat ini...
aku belum mengerti
Seperti kebanyakan orang
Yang selalu berjuang

Iya...
Mereka berjuang atas nama komitmen
Mereka berjuang atas nama kolektif
Namun aku ingin juangkan mimpi kita

Karena semuanya sudah dibahas
Semuanya sudah dilewatkan
Tinggal satu yang menjadi haus
Yaitu dahaga guratan penamu

20
Hati ini
Semakin ditagi
Untuk tetap berbagi
Untuk tetap terbuka

Iya...
Aku akan selalu terbuka
Aku akan menjadi warna
Setiap tantatap tanyamu

Karena kitalah segala tanya
Yang harus dijawab
Yang harus dicari sebab
Tanpa ada lagi prasangka

Makassar, 21119 | Djik22

21
Sebagai pemula
Kita harus berani terbuka
Menyanyampaikan kebenaran
Menggemakan keadilan

Karena kitalah kaum muda
Kita tak bisa dibonekai
Kita tak bisa dibeli
Oleh sepecer rupiah tanpa kata

Maka...
Marilah bersatu dan jangan takut
Karena kita semakin dijepit
Dengan segala keadaan yang ada

22
Jika suara kita terus dibungkam
Dengan segala alasan yang kelam
Maka...
Teruslah maju tanpa ragu

Jangan takut
Jangan ragu
Pada dunia yang mulai mendayu
Dengan cara melabui dan menipu

Maka...
Kita harus peka
Kita harus objektif
Biar kita tak dituduh provokatif

23
Tangan yang kau beri ini
Terus menari
Tanpa ada dendam
Tanpa ada dengki

Baik sesama manusia
Yang bermuara pada semesta
Yang terhempas pada udara
Yang tegoda oleh suara

Karena tak ada cara yang mempan
Untuk sekedar menggoda
Lalu...
Mematikan setiap lilitan kata

24
Aku mulai menulis lagi
Dari kisah yang pernah ada
Dari cerita yang sempat terhenti
Pada setiap perjalanan manusia

Semua yang kutilis
Bukan hanya masa lalu
Bukan hanya soal rindu
Atau pun perihal yang sadis

Namun kuramu semua
Jadi alkisah yang menarik
Tanpa menolak kritik
Dan menerima setiap saran berkata

25
Kita meyatukan niat
Untuk tatap merawat
Setiap apa yang dilakukan
Setiap apa yang diimpikan

Maka...
Mari sini wahai dirimu yang mulia
Dengar dan pegang tanganku
Untuk kita berjalan bersama

Biar semua yang kita niatkan
Mampu kita raih dengan kebersamaan
Tanpa harus menaruh Dendam
Tanpa harus merawar benci menekan

26
Hujan yang turun
Menemani segala tekanan
Sulit mencari jalan keluar
Pada setiap yang berakar

Maka...
Akar itu tetap kurawat
Biar suatu ketika
Akan tumbuh jadi pohon yang subur

Ialah pohon penyejuk jiwa
Ialah daun pengungkap kata
Ialah tempat bermuara inspirasi
Hingga tak hilang segala imaji

27
Malam itu
Kita memandang lugu
Pada sebuah permulaan
Di jalan setapak persimpangan jalan

Kau datang dengan motor putih
Kau tiba dengan hati bersih
Bahwa kita yang muda
Harus tetap berkarya

Maka..
Persinggahan itu
Yang kami tunggu-tunggu
Sebagai anak muda pengagum sastra

28
Kau ajarkan aku
Tentang cara menghargai
Tentang cara merayu
Tentang cara menyayangi

Tapi...
Kau langgar sendiri
Pada saat aku mulai terbuka
Dengan segala yang kudapat

Kenapa kau ajari aku?
Jika kini kau tak lagi rindu
Untuk sama-sama memulai
Dari awal kehidupan kampus

29
Kita dibesarkan oleh semesta
Dengan segala timangan rasa
Dengan segala kemauan baja
Membuat kita terus bertahan

Kenapa kita harus bertahan?
Kalau memang tak ada lagi kata
Tak ada lagi bahasa
Untuk menjelaskan segala permulaan

Padahal...
Aku sudah memulai
Dengan segala semangat berapi
Hingga bara ada tanpa perantara

30
Oh...
Alam raya
Tempatku sekolah
Dengan sebaris pena berwarna

Kau jadikan aku tetap berlian
Serta terus bertahan
Tanpa harus mati muda
Dengan segala terbuang terhempas

Maka...
Aku harus mensyukuri
Bersekolah tanpa ijazah asli
Karena alam raya jadi sang guru setia

Makassar, 22119 | Djik22

31
Melihat yang lain sudah mulai
Kita ingin bergegas rapi
Tanpa harus jadi peniru
Tanpa harus jadi penunggu

Tapi...
Kita mengangumi
Mereka yang sebagai satu kekuatan
Sebagai bentuk sehatnya perasaingan

Maka...
Mari kita ciptakan ruang kita
Biar tak sama dengan mereka
Biar tak menjadi penjiplak mereka

32
Bangsa lain
Sudah bicara banyak kemajuan
Tapi...
Bangsa kami sibuk dengam pertentangan

Yang mereka tentang
Adalah soal sepele
Yang mereka debatkan
Adalah soal bahaya laten

Maka...
Kita jangan meniru yang sepele
Biar bisa bersaing dengan bangsa lain
Tanpa menjadi bangsa pendikte

33
Kita selalu tersenyum
Untuk saling memotivasi
Untuk saling menguatkan diri
Biar kita tak tampak kelam

Sebab kekelaman berubah
Bila kita membuat suatu sejarah
Walau dari sebuah awalan
Biar dari deretan permulaan

Siapa tahu
Kedepan kita lebih giat lagi
Melahirkan sejarah-sejarah baru
Yang tak putus ke generasi berikut

34
Jadilah penjahat kata
Jadilah penjahat puisi
Yang selalu mencabik-cabik
Yang selalu merobek hati

Biar mata dunia pun tahu
Kalau kata-kata
Mampu jadi peluru
Bertahan jadi sejarah

Maka...
Kita meminta
Kita berharap restunya semesta
Kelak segala kata jadi sejarah berkala

35
Mulut kami diciumi janji
Bibir kami dirapatkan kendali
Dengan segala perkosa
Dari tuan penguasa

Belum lagi...
Badan kami digauli
Dengan para turis mancanegara
Dengan para pembeli dari negeri sana

Oh...
Badan kami
Jadi basah air mata
Karena diperkosa dengan janji

36
Jangan kau rayu aku terlalu pagi
Jika tak mampu bertahan
Jangan kau teruskan lagi
Kalau dirimu keberatan

Karena aku tak ingin pagiku
Hanya ditipu rayu
Digoda oleh kata
Tak bisa dibuka bahasa

Maka...
Buatlah dirimu biasa saja
Biar kita tetap membuat rasa
Tanpa harus memaksa

37
Kita baru memulai
Tapi...
Aku minta pergi
Tanpa menepi lagi

Maka...
Jangan ada air mata
Untuk mengenangku
Untuk menahanku

Karena pergiku takan kembali
Biar kau minta dengan harap
Biar kau rayu sampai lelap
Aku akan tetap pergi

38
Kau ucapkan
Seribu rindu menderu
Tak hanya tentang rayu
Namun ada makna perhatian

Maka...
Kuucapkan kata
Sebagai bentuk terima kasih
Biar tetap jadi sejarah

Hingga kerinduan
Dibalut perhatian
Dipoles rayu
Berkali-kali bahasa mendayu

Makassar, 27119 | Djik22

39
Dari awal kita begitu akrab
Dari ragam segala sebab
Membuat kita terus bersama
Membuat kita terus membagi rasa

Ialah rasa dari sebuah permulaan
Yang menghendaki kita tak harus lari
Yang tak mengizinkan kita untuk pergi
Untuk saling melupakan

Karena di permulaan kita sudah sepakat
Bahwa kita terus memikat dan diikat
Oleh sebuah tali rasa berlabel cinta
Oleh sebuah ikatan bertinta saudara

40
Mulanya kau dengungkan kebenaran
Mulanya kau lantunkan keadilan
Tapi...
Kenapa kau tampak jadi penipu?

Yang suka mengobral kata
Yang suka menaburi janji
Dengan segala tawar yang tak ada usai
Dengan penyakit yang muncul muka dua

Ah...
Kau itu hanya mencari sejarah
Tanpa menanam sejarah secara benar
Kemudian kedepankan diri sebagai tokoh

Makassar, 29119 | Djik22

41
Kutatap keindahan bola matamu
Aku temukan kedalaman cahaya
Yang tak ditekan oleh masa lalu
Yang tak disakiti dengan sengaja

Maka...
Tatapanku terus terasa
Sampai...
Kulihat banyak makna dibalik cahaya itu

Hingga kuputuskan untuk bertahan
Duduk lebih dekat lagi
Dan ingin merangkul lagi
Dengan segala kehangatan tak bertepi

42
Di bawah gubuk tua
Kita bertemu dan bercerita
Sambil kusodori sebuah hadiah
Sebagai kado yang akan jadi sejarah

Biar kelak kau tetap ingat
Kalau kita pernah saling memikat
Di antara gelombang rasa
Di antara sejarah kisah cinta

Maka...
Tetaplah kenang dari segala kebaikan
Jangan kau sekali-kali melupakan
Karena aku tak ingin semua jadi sia-sia

43
Ada sebuah awalan
Yang mengantarkan kita
Yang memberi pandangan menawan
Di bawah tiang bendera pusaka

Iya...
Tiang itulah menjadi saksi
Sampai...
Dengan hari ini

Apakah kau masih ingat?
Kita pernah bersama
Disaksikan oleh bendera pusaka
Yang membawa kita terbang ke langit

44
Kita pernah merasakan duka
Kita pernah melewati bencana
Yang tak membuat kita harus lari
Yang tak membuat kita sombongkan diri

Karena kita dipertemukan oleh semesta
Sebagai pasang juang terus bersama
Hingga maut menjemput
Dan meninggalkan dari segala yang pahit

Maka...
Pupuklah segala kebaikan berkala
Biar menjadi bekal di kemudian hari
Sebagai suatu pristiwa berantai

45
Ingatkan aku yang lupa ini
Tegurlah aku kalau sering salah
Pintaku padamu jangan bersedih
Dari segala nasihat baikmu

Karena aku lemah jika tanpamu
Karena aku selalu merasa kosong
Saat kau tak berada di sampingku
Walau hanya satu hari berselang

Maka...
Teruslah bersama
Jangan saling melepaskan diri
Dan jangan saling melupakan

46
Aku ada karena timanganmu
Aku bertahan karena doronganmu
Maka...
Tetaplah menjadi sumber kekuatan

Biar aku terus bersamamu
Biar aku terus menghargai waktu
Kalau proses mendapatkanmu
Adalah tak mudah hanya menunggu

Maka...
Jangan membuat aku terus menunggu
Karena aku belum siap menunggu
Untuk mencari yang baru dengan rasa

47
Ingatanku masih kuat
Dalam tantangan zaman
Menghadapi segala kesombongan
Yang tiada usai sampai hari ini dirajut

Saat itu...
Kau datang tanpa pergi
Bertahan di satu hati dan nadi
Tanpa kedepankan kesombongan

Karena aku tahu kau pun tahu
Kalau kita sejak awal
Tanpa merasa diri lebih kebal
Di antara label cinta yang bermuara

48
Jangan kau janjikan pertemuan
Biar aku tak terus-terus menunggu
Tanpa kau datang menyapa dan bertanya
Untuk apa aku tetap bertahan

Biarkan waktu mencatat dengan cinta
Biarkan langit bercahaya dengan rasa
Menyaksikan aku yang menunggu
Tanpa seorang pun yang mengganggu

Hingga malam mulai dekat untuk bersua
Kau pun tak tiba
Maka...
Penungguanku hanya sia-sia belaka

49
Pertemuan pertama itu
Tak bisa kulupa
Tak bisa kubiarkan pergi begitu saja
Tanpa harus kususun deretan aksara

Maka...
Izinkan aku mengukir namamu
Dalam catatan berkala
Dari indahnya cerita pertemuan pertama

Biar kelak kujadikan pusaka
Biar kelak tetap menjadi cerita
Bahwa di tanah yang pernah kau pijaki
Adalah sebuah deru tanpa air mata

50
Saat malam mulai menyapa
Kau datang dengan senyum yang kaya
Lalu...
Kau hujani aku dengan segala rayu

Seolah-olah
Rayuanmu itu paling berkesan
Tanpa ada kebohongan
Yang nanti akan tetap jadi sejarah

Maka...
Terus hujani aku dengan rayu
Biar aku tak segera pindah
Dari pertemuan yang bersejarah itu


Komentar

Populer

FILOSOFI DAUN PISANG

Harapan dan mimpi dari setiap kepala tidak semua terpenuhi dengan usaha dan praktik. Tapi masih membutuhkan untuk saling dekat dan merespon segala polomik. Di masa yang akhir ini, perutmu telah melahirkan bayi yang masih merangkak dipaksa berjalan di kerikil jalan persimpangan. Dari rawat dan buaian, telah membuka mata batin, mengevaluasi adalah jalan yang tepat. Karena kurangnya menilai dari setiap sisi. Sehingga lahir dua persimpangan kiri kanan jalan. Mata telah terang, langkah sudah tepat, bersama sudah terpupuk, kesadaran mulai bangkit. Berdiri dan bergerak. Saatnya cahaya jadi penerang. Titipan amanah 20 21 11 14 jadi bahan belajar bersama. Filosofi "Daun Pisang dan Bidikan Panah yang Tepat" telah ditemui jawaban dan makna yang dalam. Dia bukan sekedar kata, tapi dialah nyawa setiap yang di dalam. Makassar, April 2017 By: Djik22

TOGAKU TAK IBU SAKSIKAN

Perjuanganmu ibu Mengantarkanku meraih mimpi Mataku lembab berhari-hari Setiap saat mengingat ibu Harapan ibu Aku tetap kuat Aku tetap melaju Tapi ibu Saat bahagiaku Takku tatap lagi ibu Wajah bersinar hadir dalam mimpiku Kala itu ibu Ibu Toga dan pakian kebahagiaanku Semua untuk ibu Togaku tak ibu saksikan Karena ibu telah tiada Yakinku ibu senyum melihatnya Tetap tersenyum di sisiku ibu Dua puluh tiga November dua ribu tiga belas Dua kali dengan angka tiga Ibu telah berbaring bergegas Makassar Minggu, 1 Oktober 2017 By: Djik22

PERLUKAH JEMBATAN PALMERAH?

Sedikit menggelitik, ketika wacana pembangunan jembatan Palmerah. Wacana ini, hadir di beberapa tahun terakir. Di tahun 2017, tidak kala seksi pendiskusian jembatan Palmerah. Maka muncullah pro dan kontra. Padahal merefleksikan wacana ini sangat penting. Kenapa Wacananya Jembatan Palmerah? Mari kita menganalisa secara seksama. Pertama, jembatan Palmerah adalah sejarah pertama di Indonesia bila terbangun. Karena menyambungkan dua pulau, yaitu Pulau Adonara dan Pulau Flores (Larantuka). Jarak jembatan Palmerah dengan panjang bentangan 800 meter akan dipasang turbin 400 meter. Kedua, persoalan proses pembangunan jembatan Palmerah dibutuhkan dana tidak sedikit. Diperkirakan dana mencapai Rp. 51 triliun. Hal ini, perlu dipikirkan. Karena Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi NTT pada tahun 2016 hanya mencapai Rp. 3,8 triliun. Sama halnya pemerintah mengajak kita mengutang dengan investor (swasta). Ketiga, jembatan Palmerah bukan proses meninabobokan masyarakat Flores Timur

ADONARA DALAM PUISI

Petuah kata sejarah Masih temani kaki untuk melangkah Dalam bayang-bayang ibu kuatkan hari Dalam jelmaan ayah pancarkan cahaya hati Hingga tebal awan kota Ingatkan suasan desa Dihimpit berdiri megahnya Ile Boleng Didekatkan Bukit Seburi tanah kampung Karena kitalah gunung yang berdiri Karena kitalah bukit yang menyapa Membawa bisikan bahari Ketika menghadap ke arah pantai Sampai kata dan petuah terus mengikut Wariskan api dari generasi ke generasi Tentang pentingnya menjaga kata Tentang indahnya memakai tenun ikat Maka... Tak kulupakan petuah indah dan keramat Tak kuingkari segala kata-kata bernyawa Di atas alam ditaburi darah dan air mata Karena air mata Bukan hanya tentang tangisan Bukan hanya tentang derita tanpa rasa Namun air mata darah tanda perjuangan Maka... Untuk mengingatmu yang di gunung Untuk mengenangmu yang di pantai Aku mengisi kata-kata lewat puisi Karena darah dan bisikan kata terus diasa Biar perang telah terganti buka dan pena

ANTARA (576)

Sering ada perbandingan pada kata 'antara' ketika diapit oleh kalimat. Antara kau dan aku ternyata banyak perbedaan, antara kau dan dia memiliki banyak kesamaan. Antara pacar dan mantan adalah orang yang pernah berlabu dan sementara bertahan. Baik terkandas di tengah jalan, mau pun mampu melewati batas getir yang melampau kesabaran. Namun, pada kata 'antara' seolah jadi misteri yang tersembunyi. Serupa kolom kosong yang disembunyikan dengan untain doa. Lalu, dipercaya menjadi sebuah legenda atau mitos. Bagaimana sesuatu yang dipercaya tapi tak pernah diinderai? Apakah setan yang berpenampilan putih pada malam Jumat hanya menakut-nakuti? Kemudian muncul pertanyaan, siapa yang menjahit pakian putih yang dipakai setan? Ulasan ini, aku dapati saat duduk di bangku SD. Sang guru selalu menakut-nakuti pada setiap siswa. Bahwa malam Jumat selalu ada tanda ketika melewati tempat-tempat gelap. Saat itu, aku dan kawan-kawan sebayaku selalu percaya. Namun, batang hidung p

KARYAMU TETAP MEMIKAT

Foto: Abdul Rahim (Khalifah05) Ketika doa-doa Telah kau panjat Dengan lemah-lembut Pada Tuhan Yang Esa Tak lupa pula Pintamu Pada para pendahulu Dengan merinding bulu-bulu Begitu dalam penghayatan Bersama angin Bersama waktu Bercampur masa lalu Maka... Yakin pun mendalam Tak secuil akan buram Tampak pada kaca belaka Namun ia selalu melekat Selalu mempererat Antara roh dan jasat Hingga karyamu tetap memikat Makassar Jumat, 21 September 2018 By: Djik22

PEMUDA SAHABAT PERUBAHAN (397)

Indonesia adalah negara yang terdiri dari ragam perbedaan. Baik suku, ras agama, budaya, dan corak berpikir. Inilah bagian kekhasan dari bangsa ini. Dengan kekhasan tersebut, maka tak heran bangsa Indonesia dikenal dengan kemajemukan dan menjujung tinggi perbedaan. Sebab perbedaan adalah varian dari semangat menuju persatuan. Belum lagi menerobos batas wilayah yang terdiri dari beberapa provinsi. Perlu kita menelisik lebih jauh lagi tentang bagaimana membangun tatanan bangsa. Supaya mampu keluar dari zona ketertinggalan. Ternyata, ketertinggalan adalah salah satu masalah dari apa yang dirasakan setelah revolusi Indonesia didengungkan. Walau merdeka secara pengakuan sudah memhudata sampai ke telinga anak cucu. Tapi pertanyaan besar yang harus dijawab, Kenapa merdeka secara praktik/ penerapan jauh panggang dari api? Ketika secara penerapan dalam kehidupan berbangsa mulai melenceng dengan dasar negara, maka harus kembali mengamalkan nilai-nilai kebaikan yang telah diletakan oleh