Etalase gedung megah
Sering menggiur hati tanpa sedih
Dengan seyum menawan kepalsuan
Melupakan mereka yang tertekan
Jangan kau lupa pada tekanan
Jangan kau lupa pada sengsara
Yang terjadi di atas semesta
Yang menimpa anak manusia
Karena ketika kau lupa
Maka...
Jalan sejarah akan tertutup
Hingga butakan tatapan bercahaya itu
Malam meggoda pada hamparan tempat persinggahan. Hingga aku sedikit dirayu untuk bertahan dalam sebuah gedung putih penuh bayangan. Entah bayangan apa, tapi aku masih mengenali beberapa dari bayangan itu. Karena dari bayangan itu aku lahir penuh dengan kesederhanaan.
Berselang beberapa menit, dua kali dalam waktu berkala jepretan cahaya kamera merayu manja. Seolah-olah, diriku tak mampu menabur senyum. Karena kondisi di sekitarku penuh dengan tekanan yang digilas oleh aturan penguasa. Memang, penguasa selalu punya cara untuk menyingkirkan orang-orang yang mencari hidup. Dengan alasan 'penertiban para pedangan yang mengganggu tempat rekreasi' di hamparan kota.
Sebagai pemuda pemela, maka kita harus tajamkan mata melihat segala penindasan yang menimpa rakyat. Karena bayang-bayang itu kini menjadi lahan bisnis. Semoga saja, segala yang bermuatan seni dan sastra masih berdiri pada prinsipnya. Biar sastra mampu menerawang ke batas paling terkecil dan seni mampu menjama ke segala lini keaadan semesta yang penuh dengan gangguan.
Tajamkanlah matamu seperti penglihatannya elang dan pendengaranmu seperti burung hantu yang menerawang asal suara berfrekuensi. Hingga siang-malam kita bernafas mampu menghirup bau-bau dan jeritan yang perlu dibela.
Makassar
Jumat, 25 Januari 2019
By: Djik22
Komentar