Keringat telah mengalir,
Jatuh basahi dahi merembes,
Hingga pancarkan cahaya terang,
Ditambah sinar sang singa memancar.
Tenaga telah dikorbankan beriring,
Berganti langkah atur strategi,
Ibarat menyerang musuh,
Yang bersenjata rapi.
Suara telah disuguhkan,
Sampai serak-serak basah,
Tapi tak matikan lantunan merdu,
Hingga telinga mereka merasa bising.
Apa yang dicapai bila nyawa taruhan?
Apakah demi uang?
Tegas berkata,
Kepada siapa saja,
Bila penindasan adalah musuh,
Represif adalah tamparan si rapih,
Menaikan pangkat korbankan pejuang,
Yang murni bergerak mengutuk keras,
Tentang anti pati melihat sinis,
Membiarkan kebobrokan,
Meraja lela tuduhan,
Sambil sembunyi,
Tangan maling,
Seolah suci.
Bukan uang yang dikejar dibayar,
Apalagi jual gerakan dengan jaminan,
Korbankan penjaran demi keadilan,
Sampai kulit bertambah hitam,
Mengkilat tubuh karena berjemur,
Dihadang tembakan peluru,
Barisan anti huru-hara,
Sudah menunggu.
Katakan dengan tegas,
Tak ada jaminan uang,
Sampai kapan pun ujian,
Yang mengajak merayu-rayu,
Tapi tidak akan terjadi,
Pemgkhianatan dalam gerak.
Makassar,
Jumat, 4 Mei 2018
By: Djik22
Komentar