Ketika kuhitung dengan cara sadar,
Dilapisi cahaya malam menyulam,
Berdengung suara panggilan,
Menyejukan perasaan,
Menahan amarah.
Kubuka perlahan,
Memori lama membara,
Membakar tanpa menyalai,
Seperti api yang menghangat,
Padukan lipatan kaki menunduk.
Saat kubacai semua pilihan kalimat,
Yang kau susun berderet senyawa,
Seolah maut begitu mendekati,
Antarkanku dengan gerogi,
Tangan yang bergetar,
Keluarkan keringat,
Di atas papan tua.
Kusapu wajah basahku,
Kueja cotetan bahasamu,
Tak kutemui sebagai damai,
Mengajak bergandeng temali,
Yang mulai usang berputus asa.
Harusnya kau coret dengan hati,
Biar kau pergi jauh tanpa arah,
Aku mengambil sari pelajaran,
Walau dalam sebuah kata pena,
Tanpa ada tertera nama penjelas,
Untuk menutup pertengahan bulan ini,
Yang terus-menerus paksakan terima,
Entah dalam hitungan tak ternilai,
Sampai waktu menjawab perlahan.
Makassar
Kamis, 17 Mei 2018
By: Djik22
Komentar