Inilah negeri para penjamu janji,
Di depan bersikap bijaksana,
Di belakang jatuhkan kawan,
Hidup dalam percaturan rumit,
Tak kala politik menuju sepiring nasi,
Sampai kawan jadi lawan,
Lawan jadi kolega,
Kalau program kebohongan senada.
Maling teriak maling,
Siang malam berganti,
Rupa dipoles seindah-indah,
Tampilkan dunia khayal jadi nyata,
Yang nyata jadi suram-buram,
Biar warnanya terang.
Bagaimana keadilan merata?
Suburkan tanaman beracun di pertiwi,
Setengahnya dikuasai tuan berdasi,
Lenggangan menggaet pekerja,
Yang didatangkan dari luar negeri,
Sampai pekerja lokal diasingkan,
Di negeri sendiri dengan upah murah.
Mahalnya kebenaran,
Masalah kecil dibesarkan,
Lalu polemik besar ditutupi,
Sumbatkan uang hasil korupsi.
Kenapa penjara dihuni orang lemah?
Bukankah yang kaya sula mencuri?
Atau mereka dilindungi topeng,
Dikantongi uang pelumasanis,
Sampai kedok tak terbuka.
Tapi kepercayaan akan terang,
Jika hari ini adalah awal memulai,
Perbaiki yang salah,
Menata rapi keadilan,
Membuka segala macam tipuan,
Hingga para penjilat terkuak,
Diganti orang-orang suci,
Yang mementingkan publik,
Bukan kepentingan parpol,
Kepentongan kelompok,
Apalagi individu.
Teruslah berusaha,
Jangan takut pada ancaman,
Kalau menambah bibit orang bejat,
Di ibu yang memiliki rahim murni,
Suci yang telah dikotori,
Oleh anak kandung sendiri.
Makasaar
Jumat, 4 Mei 2018
By: Djik22
Komentar