Arah jarum jam berpindah dari 11.41-ke 16.31 WITA saat kumandang suara panggilan telah lewat. Menelisik dalam suramnya jalan kusam, kau hadir dalam batas ingatan sandiwara. Kemudian protes pada siapa yang benar dan siapa yang salah. Lalu, membatasi pertikaian dengan alasan yang tak pasti. Hingga perbedaan pun tak mampu diretas.
Kau memilih pergi tanpa sebuah alasan; sedangkan aku bertahan di titik sebagai patok kesepakatan yang telah dikhianati. Hingga senja tak berarti bagi hati yang tak sedang berhati-hati, maka kau pun PROTES TENTANG LUKA yang menemani dada pada bulan November. Seolah-olah hujan turun pun tak mampu membasahi hati yang kering.
PROTESMU TENTANG LUKA
Bencimu pada kata setia
Yang dilantun ikuti suara
Pada waktu hujan sedang ribut
Tak bisa dielak dalam jerit
Kemudian air hujan
Mulai basahi tanah
Hingga kering lagi menawan
Tanpa obati luka tak bernanah
Lalu...
Untuk apa mengharap hujan?
Kalau toh tak berarti rasa malu
Sebagai manusia yang ditekan
Tanpa pinta yang bijak
Tanpa pamit yang terbuka
Pergimu dengan duka
Yang dibuat sendiri terus mengelak
Sampai berdirimu di sandaran yang lain
Sampai bertahan
Hingga kini
Penuh dengan luka bara tak bertepi
Terus kau kabari diri
Kalau tak lagi simpati
Kalau tak lagi cinta
Pada rasa dan karsa
Terus diriku berdiam
Memandang jalan kelam
Sambil kau kabari kata
Lewat protesmu tentang luka
Makassar
Jumat, 9 November 2018
By: Djik22
Komentar