Tepat hari ke-9 awal bulan November, tangan ini terus memencet dawai yang digenggam. Seolah pancaran cahaya masa lalu terus merayu. Namun pikiran ini tak mau terjebak pada suatu pristiwa, pada beragam polemik, dan pada sebaris kata yang menekan. Karena cahaya jalan terus menyapa dan mengajak untuk pergi. Sampai diri ini mengikuti pikiran yang baik, sambil melangkah pasti di jalanan yang penuh keributan yang tak ujung usai. Maka, lahirlah sebuah puisi LUKA MASA LALU yang sesaat lagi dibaca oleh siapa pun yang singgah di layar kaca pemegang dawai.
LUKA MASA LALU
Pijakan kita
Masa dewasa
Masih mengawang dingin
Dibawa terbang oleh angin
Hingga terus mencari
Tentang jati diri
Kemana tempat yang tepat?
Atau mengikuti arah angin yang ribut
Sekiranya...
Arah sebagai jalan
Yang terus menekan
Untuk mencapai tujuan kita
Namun kembali lagi
Ke masa lalu yang kaku
Seolah badan ini
Terserang trauma yang pilu
Segeralah mendapat tempat
Mengisi ruang yang pahit
Dengan bahagia
Dengan rasa yang gembira
Lupakan segala yang buruk
Kemudian tanamkan niat
Yang terus memikat
Untuk mendapat tempat yang elok
Maka...
Luka masa lalu akan pergi
Dengan sendiri
Tanpa harus diusir oleh kata
Makassar
Jumat, 9 November 2018
By: Djik22
LUKA MASA LALU
Pijakan kita
Masa dewasa
Masih mengawang dingin
Dibawa terbang oleh angin
Hingga terus mencari
Tentang jati diri
Kemana tempat yang tepat?
Atau mengikuti arah angin yang ribut
Sekiranya...
Arah sebagai jalan
Yang terus menekan
Untuk mencapai tujuan kita
Namun kembali lagi
Ke masa lalu yang kaku
Seolah badan ini
Terserang trauma yang pilu
Segeralah mendapat tempat
Mengisi ruang yang pahit
Dengan bahagia
Dengan rasa yang gembira
Lupakan segala yang buruk
Kemudian tanamkan niat
Yang terus memikat
Untuk mendapat tempat yang elok
Maka...
Luka masa lalu akan pergi
Dengan sendiri
Tanpa harus diusir oleh kata
Makassar
Jumat, 9 November 2018
By: Djik22
Komentar