Sumber foto: Kartini Lia
Kalau kemarin tatapanku membuat kita saling kaku. Sampai aku menunggu kapan senyummu menebar jantung hilangkan ketegangan. Ternyata, kau tak kehabisan cara untuk menghipnotis suasana. Maka, kita mulai saling senyum menatap antara satu sama lain.
Untukmu yang sering disapa Lia. Aku menemukanmu di antara serpihan luka dan bahagia. Aku mencoba berdiri di tengah-tengah. Tanpa ada kepentingan yang bersembunyi. Namun, kusembunyikan yang sudah-sudah; kumulai dengan yang baru. Biar kau dan aku menggenggam sebuah tiang yang dinamai kekuatan.
Apa sebenaranya yang membuat optimismemu di anatara malam bercerita? Atau senyum di wajahmu masih kabur kupandang? Semoga kekaburan pandangan pun kita tak saling curiga. Karena kecurigaan hanyalah ketakutan untuk saling percaya. Maka, aku memulai dengan sebuah kepercayaan. Sampai tanganku terus mengeja; tanganku terus menyusun aksara. Lalu, kupadukan cerita dari gambar-gambarmu.
Kenapa gambarmu kupadukan dengan kata-kata? Sampai sekarang, aku belum menemukan jawaban pasti. Aku tak butuh kepastian, karena jalan langkah kau dan aku tak terjerumus ke arah jurang pemisah. Atau jurang kau artikan tempat berbahaya?
Kukira, kita tak lagi buta melihat soal-soal yang terjadi; menatap yang burum terus gelap. Namun, kau dan aku sudah saling menggenggam. Maka, genggamlah kayu kepercayaan dengan tangan kananmu. Lalu, tangan kirimu dengan tegak temani berdirimu. Saat itu, kau berdiri di garis-garis berwarna orange. Entalah, kenapa kau memilih latar itu. Tapi, aku ingin terus melihat objek itu. Tanpa mengabaikan latar-latar kau berdiri.
Lupakanlah segala yang buram. Sudahi saja segala yang gelap. Biar tak ada kepasrahan yang bertahan pada kerasnya hati bagai batu. Mungkin, aku salah memaknai kerasnya hati seperti batu. Tapi, aku tahu cara melembutkan hati; aku tahu membuat gelap jadi terang. Kemudian, kau dan aku dikelilingi cahaya yang bernama arah merah dan langkah putih. Kalau disatukan, jadi merah putih yang terus berkibar. Maka, mari kita kibarkan merah putih di mana pun tempat.
Makassar
Minggu, 25 November 2018
By: Djik22
Komentar