Banyak tanda bahaya,
Yang dijebak dengan masa lalu,
Tepat diriku sebatas sandaran hama,
Meninggalkan gumpalan umpan.
Hadirku hanya sebatas jelmaan,
Mungkin banyak kecocokan,
Masa lalumu yang rumit,
Ada dalam ragaku.
Separuh riwayatku,
Telah banyak kau tahu,
Tentang hitam, putih, merah,
Sebagai simbol makna pernah dirasai.
Tapi kenapa aku kau larang mematuk?
Menghantam campurkan lukamu,
Yang bukan pada masaku.
Apalagi detak rasa.
Dimana kau bersebunyi?
Kalau pelampiasan tak kau akui,
Pelarian tak akan kau iyakan senada,
Dipertimbangkan dengan bijak,
Jadi tak ada keliru buta,
Salah serapah apalagi.
Makassar
Jumat, 20 April 2018
By: Djik22
Komentar