Hari-hari menari irama,
Yang kubalut dalam puisi,
Tersusun diksi pilihan rasa,
Sepanjang waktu kugores tinta.
Kaulah mata cahaya yang berlinang
Saat-saat kehampaan tiba,
Menanam benih-benih,
Jadi bibit merana.
Kau hadir begitu lama
Mengapit nyaman,
Di sandaran,
Bahu senja.
Matamu meratap,
Tenggelamnya bola jingga,
Di batas laut bertemu langit gelap,
Lalu setetes jatuh menunduk,
Tak ingin kutinggalkan,
Dalam waktu dekat,
Atau tak dihitung,
Hingga tentang,
Kapan diriku,
Kembali,
Pulang.
Makassar
Selasa, 24 April 2018
By: Djik22
Komentar