Hari-hari telah dilalui,
Dengan kepastian gerak,
Yang bukan hanya momen,
Apalagi lupakan tentang jati diri,
Pelopor semangat tak kenal lelah,
Hingga meminta ampun menyerah,
Tanpa syarat dengan janji-janji berbau,
Kepentingan individu maupun kelompok.
Terus kenapa bergerak?
Kalau leher dicekik bungkam,
Suara protes dikutuk penjahat,
Digolongkan kaum suka anarkis,
Dari jalanan sukar terjepit,
Sampai tatanan banci.
Bergeraklah dari sekarang,
Tanamlah benih-benih sejarah,
Penghormatan pada jasa pendahulu,
Melanjutkan tongkat gagasan berlian.
Sampai dimana nyali diuji?
Kalau hanya sebatas,
Simbol dan warna,
Mengungkung,
Diri sendiri.
Waktu terus mengejar,
Mengaja, menulis, membaca,
Hingga ke penghujung,
Sebuah pembuktian,
Kalau setia saatnya,
Belum ada pengakuan,
Kalah tanpa perlawanan.
Dengunglah dengan lantang,
Rayulah dengan cara manis,
Dekatilah pada kemesraan,
Biar tetap sinergis,
Temui buah penat,
Hasil jerih payah.
Dari penjuri mana pun,
Harus digandeng beriring,
Menghapus penindasan,
Menuju tatanan masyarakat,
Adil dan makmur.
Makassar
Senin, 30 April 2018
By: Djik22
Komentar